Mohon tunggu...
Agus Hendri
Agus Hendri Mohon Tunggu... Lainnya - Skill in the muisc, planting, class and beyond

Menyatukan kekuatan budaya daratan/pedalaman & lautan/pesisir, mjdi sebuah kekuatan yg mendasar utk semua kalangan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mengajar dengan Video, Metode yang Baik atau Sebaliknya?

13 Februari 2018   06:09 Diperbarui: 19 Februari 2018   18:00 3382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Shutterstock

Ketiga, Video boleh kita katakan bahan referensi tidak praktis kalau hanya disimpan dalam piringan (CD/DV) karena rentan tergores dan rusak, namun bisa jadi praktis bila dapat juga di smpan dalam berbagai format yang bisa diputar di PC atau gadget untuk menyegarkan sesuatu yang telah kita lupakan.  Dokumen video tak kalah pentingnya dengan dokumen teks. Bukan berarti dokumen video lebih penting dari dokumen teks. Dokumen teks adalah referensi utama dan pertama, jauh lebih berguna. Walau keduanya bisa sama-sama diedit, namun mengeditnya butuh keahlian yang tidak  dimiliki semua pendidik.

Jadi, bagaimana kita sebaiknya sekarang dengan video?

Pertama, jangan jadikan tutorial video sebagai taskmaster. Anak-anak tidak bisa duduk selama 50 menit hanya untuk fokus mereka menyimak. Bagi orang dewasa juga belum tentu bisa fokus selama itu. Biarkan mereka berkeliaran sesekali untuk memecah kebosanan itu. Selipkan kuis atau permainan sesekali dalam setiap sesi. Kendalikan dan biarkan anak-anak bersenangsenang. Ingat, ini adalah pelajaran tambahan dan pelengkap apa yang disebut teks tapi tak bisa digambarkan oleh teks. Dukungan Video untuk memberikan kemudahan dalam pengajaran dan pembelajaran (flexibility in teaching and learning).

Kedua, tetapkan beberapa gol. Gol yang mampu guru mengarahkan dan murid rata-rata bisa melakukan apa intruksi kita, apa yang hendak dikuatkan dari materi tentang pemutaran video. Sesuaikan keadaan dan kondiai kelas maupun murid dengan video dan karakter kita sendiri dalam menelaah kedalaman diksi video. Jadilah fleksibel karena komputer dan anak-anak, ketika memulai, saat berlangsung, hal-hal aneh terjadi dan kita sebagai penyedia konten harus siaga akan permasalahan saat timbul.

Ketiga, video hanya bahan referensi selain buku cetak yang kita miliki, keduanya bisa saling melengkapi. Referensi terbaik berikutnya adalah murid kita sendiri. Saat sesi pemutaran video berlangsung akan ada berbagai macam permintaan dan komentar siswa, semua itu rujukan kita agar pembelajaran melalui video mempunyai makna.

Jikapun banyak  dari murid tidak bisa mendapatkan sesuatu atau tidak bisa memahami materi yang di bahas video, setidaknya satu dari yang lain dapat melihat manfaatnya yaitu kolaborasi antar media belajar video dan teks dalam belajar. Kolaborasi adalah raja.

Keempat, butuh satu anak satu CPU dan  monitor. Terkadang video melompati sesuatu tanpa detail yang cukup dipahami. Video tidak tahu apakah murid kita sudah faham atau belum, ia akan terus bergerak dan berceloteh sesuai waktunya .  Jadi bagi anak-anak yang lambat telaahnya bisa mengulang video kembali sampai memahami apa yang disampaikan. Itu jika murid berada di kelas satu anak, satu komputer. Atau satu anak satu gadget.

Video adalah alat yang bagus namun tidak akan melakukan trik sebagai satu-satunya alat sempurna yang berperan master. Guru tetaplah masterpiecenya. Belum bisa mengantikan peranan guru. Saat guru menjelaskan apa yang dalam teks namun butuh penjelasan yang tidak bisa dijelaskan, di saat seperti itulah video bisa menjelaskan. Di saat penjelasan teks membahana nun jauh ke  lingkungan dan tempat yang sulit dijangkau dan dikunjungi saat itulah video kita tampilkan dan bisa memahami murid kita dengan mudah. Sejumlah pengalaman, keahlian, dan trik diperlukan untuk menjadikannya alat yang benar-benar bermanfaat.

Saya akan terus menggunakan video untuk belajar dan mengajar, lagipula, ada banyak hal bagus di luar sana, yang perlu kita bangun melalui bukti gambar dan video. Tapi mencoba membangun keseluruhan belajar, apalagi sampai menghabiskan waktu efektif 2 jam pelajaran hanya untuk menonton video bukanlah cara mentranfer pengetahuan yang bijaksana. Selamat mencoba!

Bagaimana Menurut Anda?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun