" sssstttttt......" (suara radio)
" Hey! judul apa lagu apa itu?"
" ssssstttttt..... " (suara radio)
" Aku bisa mengikuti iramanya, Ini seperti perasaan yang tercermin dari sebuah lagu. Lagu yang memberikan pembenaran pada situasi yang kita alami. Padahal tak menguntungkan kita. Klik... Itu laguku... Itu irama sebagaimana aku mencintai musik, aku suka pada iramanya! bukan pada liriknya... Aku benci kemunafikan lirik! Lirik adalah perusak irama, kenapa kebudayaan manusia tak bisa mencegah hal seperti itu terjadi... Kenapa kejujuran harus dibiaskan pada perkataan-pernyataan?"
" ssssttttttt......" (suara radio)
" Penyiarmu tak membacakan judul lagu sebagaimana yang lain. Itu permintaan siapa? kepada siapa? Request siapa? titip-titip salam untuk siapa? Tidak ada ya? Benar, permintaanlah yang membuat kita hidup. Kiranya Tuhan meminta, maka kehidupan itu ada... Adakah Tuhan dalam lagumu? Adakah permintaan dalam iramamu?"
" sssttttttt......" (suara radio)
" Aku harus tahu perihal itu!"
Kemudian aku lari mendekap radio didada, berlari tanpa suara jejak. Suara radio masih mendominasi.
" Radio aku datang, untuk bertanya judul lagumu tadi..."
Aku sampai. Aku masuk ke ruang penyiar dan menanyakan judul lagu tadi.