Mohon tunggu...
Ageng Priyanto Age
Ageng Priyanto Age Mohon Tunggu... Konsultan - Outdoor Educator

Praktisi Pendidikan dan Parenting, Founder Jejak Anak, Penulis Buku Jejak Anak

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Medan Offroad Menuju PPKAB Bodogol

7 Agustus 2023   13:10 Diperbarui: 7 Agustus 2023   13:14 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Offroad menuju Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol - Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (Dok. pribadi)

Jejak Anak. Pagi itu kami berencana untuk menuju ke Lido -- Sukabumi, namun beberapa hari sebelumnya ayah berkomunikasi dan berkoordinasi dengan teman ayah yang bernama om Ekam, kata ayah om Ekam itu seorang senior mapala Cicera (sebuah oraganisasi Mapala di Universitas Pancasila) untuk janjian ketemuan Ciawi -- Bogor untuk kemudian menuju ke Lido.

Kami packing peralatan dan barang-barang lainnya sesuai kebutuhan dan karena kami hanya merencanakan one day trip maka tidak terlalu banyak peralatan yang kami bawa. Peralatan yang selalu ada dalam mobil dan sangat jarang sekali turun dari mobil adalah seperangkat alat masak yang kami packing dalam box hijau tentara bekas kotak amunisi salah satunya adalah kompor TRANGIA satu set, sebuah kompor segala medan biasa kami menyebutnya.

Kompor segala medan kami biasanya selalu berpasangan dengan botol Spirtus sebagai bahan bakarnya, dan perlengkapan lainnya yang berada dalam box hijau adalah peralatan makan. Selain itu perlengkapan kami yang lainnya adalah adalah meja kursi satu set beserta tenda dengan kapasitas 4 orang.

Saat packing perlengkapan barang-barang menjadi lebih cepat karena kami sudah terbiasa untuk membantu melakukannya dan seperti biasa pembagian perannya adalah Bunda menyiapkan sarapan untuk di jalan sedangkan kami membantu ayah untuk packing perlengkatan dan barang-barang.

Selesai packing dan memastikan tidak ada yang tertinggal kami pun berangkat menuju ke Bodogol, bagi sebagian orang mendengar kata BODOGOL terasa asing karena mungkin belum banyak orang mengenal Bodogol.

Bodogol merupakan salah satu desa yang terletak kaki Gunung Gede Pangrango secara administrasi masuk ke wilayah kabupaten Sukabumi. Desa Bodogol menjadi nama sebuah tempat Pendidikan Konservasi Alam di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, sebuah tempat yang berada diketinggian 800 meter dari permukaan laut (mdpl), berada diketinggian tersebut hawa sejuk sudah sangat terasa dan kadang kabut datang menyelimuti ketika kita berada disana.

Ayah bercerita bahwa Bodogol berdiri sejak tahun 1998 sebagai Pusat Pendidikan Konservasi Alam dan merupakan tempat yang tepat untuk kita belajar tentang fungsi Hutan Hujan Tropis, letaknya yang berada di Zona Pemanfaatan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango memiliki variasi keaneragaman hayati yang cukup tinggi dan merupakan habitat asli dari beberapa jenis flora dan fauna endemik di Indonesia. Berdirinya Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol pada tahun 1998 diprakarsai oleh 3 lembaga diantaranya: Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Conservation International Indonesia (CI-IP) dan Yayasan Alam Mitra Indonesia (ALAMI).

Lanjut cerita ayah bahwa Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol atau biasa di sebut dengan PPKAB, memiliki peran yang sangat penting untuk meng-edukasi masyarakat umum maupun masyarakat sekitar kawasan untuk menjaga hutan agar hutan tidak musnah, meng-edukasi akan pentingnya peran dan fungsi hutan sebagai daerah serapan air dan penghasil oksigen.

Di hutan PPKAB banyak sekali tumbuh pohon Rasamala (Altingia Exelsa) pohon yang dapat tumbuh hingga ketinggian 60 meter, tegakkan pohon rasamala sungguh gagah terlihat seperti kebanyakan pohon yang tumbuh di pedalaman hutan-hutan Kalimantan dan Sumatera, dan di dalam kawasan PPKAB juga terdapat banyak banyak spot-spot yang dapat di eksplorasi sebagai tempat pembelajaran diantaranya Jembatan Gantung Canopy Trail seperti di Ciwalen (Cibodas), Penangkaran Owa Jawa (Javan Gibbon), Sungai dan Air Terjun (Curug) Cipadaranten,

Ayahku kurang lebih paham tentang keberadaan PPKAB Bodogol karena selain anggota Sukarelawan Taman Nasional Gunung Gede Parngrango, pada saat masih kuliah ayahku membantu melaksanakan pembangunan Jembatan Canopy Trail di Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol bersama beberapa rekan dari berbagai Mahasiswa Pencinta Alam Jakarta, kurang lebih hampir setahun proses pembangunannya dikarenakan letak Jembatan Canopy Trail yang berada di hutan dan di lembah serta jauh dari akses jalan normal sehingga proses mobilisasi material menjadi kendala yang sangat dominan dan pada waktu itu proses pembangunan Jembatan Canopy Trail berbarengan dengan pembangunan fasilitas PPKAB lainnya lanjut cerita ayah.

Proses pembangunan fasilitas PPKAB yang berbarengan dengan pembangunan Jembatan Canopy Trail  membuat ayah dan teman-temanya merasa tidak sendirian di dalam hutan pada saat siang hari, namun ayah bercerita bahwa para pekerja fasilitas PPKAB kalau sudah sore mereka tidak menginap di dalam hutan melainkan pulang ke desa terdekat yaitu desa Bodogol, mereka sangat jarang sekali menginap di dalam hutan, hal ini berbeda dengan ayah dan teman-temannya pada saat pembangunan Jembatan Canopy Trail yang berada di tengah-tengah hutan dan setiap hari menginap. Pada dasarnya mereka suka dengan petualangan maka menginap di dalam hutan bukan halangan yang berarti buat mereka, ayah dan teman-temannya sangat menikmati momen dan proses kala itu, suatu karya yang dapat mereka sumbangkan untuk proses pendidikan konservasi di Indonesia menurut ayahku.

Jaman itu memang tidak banyak pekerja yang berani untuk menginap di dalam hutan selain ayah dan teman-temannya dikarenakan kawasan hutan PPKAB Bodogol kala itu adalah hutan yang masih rawan karena selain satwa primata seperti Owa Jawa dan Elang Jawa yang merupakan satwa endemik, namun ada juga satwa endemik lainnya yang biasa di kenal dengan Macan Tutul (Panthera Pardus). Satwa inilah yang membuat para pekerja tidak berani untuk menginap di dalam hutan, namun ayahku dan teman-temannya berpendapat dan berkeyakinan kala itu bahwa selagi "nawaitu kita baik" maka Insya Allah akan di lindungi oleh Allah.

(Age Mallory - Founder Jejak Anak) 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun