Jejak Anak. Pagi itu kami berencana untuk menuju ke Lido -- Sukabumi, namun beberapa hari sebelumnya ayah berkomunikasi dan berkoordinasi dengan teman ayah yang bernama om Ekam, kata ayah om Ekam itu seorang senior mapala Cicera (sebuah oraganisasi Mapala di Universitas Pancasila) untuk janjian ketemuan Ciawi -- Bogor untuk kemudian menuju ke Lido.
Kami packing peralatan dan barang-barang lainnya sesuai kebutuhan dan karena kami hanya merencanakan one day trip maka tidak terlalu banyak peralatan yang kami bawa. Peralatan yang selalu ada dalam mobil dan sangat jarang sekali turun dari mobil adalah seperangkat alat masak yang kami packing dalam box hijau tentara bekas kotak amunisi salah satunya adalah kompor TRANGIA satu set, sebuah kompor segala medan biasa kami menyebutnya.
Kompor segala medan kami biasanya selalu berpasangan dengan botol Spirtus sebagai bahan bakarnya, dan perlengkapan lainnya yang berada dalam box hijau adalah peralatan makan. Selain itu perlengkapan kami yang lainnya adalah adalah meja kursi satu set beserta tenda dengan kapasitas 4 orang.
Saat packing perlengkapan barang-barang menjadi lebih cepat karena kami sudah terbiasa untuk membantu melakukannya dan seperti biasa pembagian perannya adalah Bunda menyiapkan sarapan untuk di jalan sedangkan kami membantu ayah untuk packing perlengkatan dan barang-barang.
Selesai packing dan memastikan tidak ada yang tertinggal kami pun berangkat menuju ke Bodogol, bagi sebagian orang mendengar kata BODOGOL terasa asing karena mungkin belum banyak orang mengenal Bodogol.
Bodogol merupakan salah satu desa yang terletak kaki Gunung Gede Pangrango secara administrasi masuk ke wilayah kabupaten Sukabumi. Desa Bodogol menjadi nama sebuah tempat Pendidikan Konservasi Alam di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, sebuah tempat yang berada diketinggian 800 meter dari permukaan laut (mdpl), berada diketinggian tersebut hawa sejuk sudah sangat terasa dan kadang kabut datang menyelimuti ketika kita berada disana.
Ayah bercerita bahwa Bodogol berdiri sejak tahun 1998 sebagai Pusat Pendidikan Konservasi Alam dan merupakan tempat yang tepat untuk kita belajar tentang fungsi Hutan Hujan Tropis, letaknya yang berada di Zona Pemanfaatan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango memiliki variasi keaneragaman hayati yang cukup tinggi dan merupakan habitat asli dari beberapa jenis flora dan fauna endemik di Indonesia. Berdirinya Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol pada tahun 1998 diprakarsai oleh 3 lembaga diantaranya: Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Conservation International Indonesia (CI-IP) dan Yayasan Alam Mitra Indonesia (ALAMI).
Lanjut cerita ayah bahwa Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol atau biasa di sebut dengan PPKAB, memiliki peran yang sangat penting untuk meng-edukasi masyarakat umum maupun masyarakat sekitar kawasan untuk menjaga hutan agar hutan tidak musnah, meng-edukasi akan pentingnya peran dan fungsi hutan sebagai daerah serapan air dan penghasil oksigen.
Di hutan PPKAB banyak sekali tumbuh pohon Rasamala (Altingia Exelsa) pohon yang dapat tumbuh hingga ketinggian 60 meter, tegakkan pohon rasamala sungguh gagah terlihat seperti kebanyakan pohon yang tumbuh di pedalaman hutan-hutan Kalimantan dan Sumatera, dan di dalam kawasan PPKAB juga terdapat banyak banyak spot-spot yang dapat di eksplorasi sebagai tempat pembelajaran diantaranya Jembatan Gantung Canopy Trail seperti di Ciwalen (Cibodas), Penangkaran Owa Jawa (Javan Gibbon), Sungai dan Air Terjun (Curug) Cipadaranten,
Ayahku kurang lebih paham tentang keberadaan PPKAB Bodogol karena selain anggota Sukarelawan Taman Nasional Gunung Gede Parngrango, pada saat masih kuliah ayahku membantu melaksanakan pembangunan Jembatan Canopy Trail di Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol bersama beberapa rekan dari berbagai Mahasiswa Pencinta Alam Jakarta, kurang lebih hampir setahun proses pembangunannya dikarenakan letak Jembatan Canopy Trail yang berada di hutan dan di lembah serta jauh dari akses jalan normal sehingga proses mobilisasi material menjadi kendala yang sangat dominan dan pada waktu itu proses pembangunan Jembatan Canopy Trail berbarengan dengan pembangunan fasilitas PPKAB lainnya lanjut cerita ayah.