Mohon tunggu...
Ceritamakvee
Ceritamakvee Mohon Tunggu... Freelancer - Agata Vera

"Bersoraklah, dunia ini panggungmu" Selamat datang di akun liputan saya Kompasiana Twitter @makvee_vee Facebook Agata Vera Setianingsih Instagram ceritamakvee www.makveestory.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Anak Berkebutuhan Kasih

18 Oktober 2017   21:05 Diperbarui: 18 Oktober 2017   21:35 724
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Que sera-sera

Whatever wil be will be

The future not our to see

Que sera-sera

It will be will be

Saya sering mendengar cerita mengenai anak tidak normal. Masyarakat sering meyebut anak-anak yang tidak sama dengan orang lain dengan sebutan tidak normal. Saya membayangkan perasaan orang tua yang memiliki sebutan "anak tidak normal" tersebut. Pikiran saya melanglang jauh membayangkan andai saya sudah punya anak, pasti sedih rasanya jika dikatai demikian. 

Bahkan ada orang tua yang depresi dan merasa gagal sebagai orang tua. Ada pula yang dengan tabah menjaga dan menyayangi anak tersebut tanpa membedaka-bedakannya. Masyarakat kita memang masih perlu belajar lagi mengenai perilaku anak dan kebutuhannya. Anak berkebutuhan khusus disingkat ABK terdengar lebih enak di telinga dibandingkan menyebut mereka anak tidak normal. Lalu apa yang kalian pikirkan mengenai down syndrome? Apakah yang kalian pikirkan mengenai anak berkebutuhan khusus. Kemudian apa yang terpikir tentang autisme dan anggapan mengenai anak tidak normal.

img-0881-ed-jpg-59e75f6c486932556d5fc5f2.jpg
img-0881-ed-jpg-59e75f6c486932556d5fc5f2.jpg
Pengertian anak berkebutuhan khusus yaitu anak yang memiliki kelainan, baik dalam fisik, emosional, mental ataupun sosial, dalam proses pertumbuhannya jika di bandingkan dengan sejumlah anak yang lainnya yang memang seusia dengannya. Maka dari itu, seorang anak yang memiliki kebutuhan khusus membutuhkan pendidikan anak berkebutuhan khusus.

Kesetaraan pendidikan inilah yang perlu diperhatikan orang tua dan pemerintah. Karena walaupun anak tersebut memiliki ketidakmampuan tertentu, ia masih punya hak untuk belajar seperti anak yang lainnya. Tentunya di tempat atau sekolah yang menyediakan pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus. Mengingat dari Data Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah Kemendikbud Tahun 2015 bahwa jumlah anak berkebutuhan Indonesia mencapai 1,6 juta orang.

Ada berbagai macam jenis-jenis anak berkebutuhan khusus. Namun khusus untuk kebutuhan pendidikan inklusi, anak yang berkebutuhan khusus dikelompokan menjadi 9 jenis, yaitu tunanetra/anak yang mengalami gangguan penglihatan, Tunarungu/anak yang mengalami gangguan pendengaran, Tunadaksa/mengalami kelainan angota tubuh/gerakan, Tunagrahita perkembangan mental jauh di bawah rata-rata, Lamban belajar (slow learner), Anak yang mengalami kesulitan belajar spesifik, Anak yang mengalami gangguan komunikasi, dan Tunalaras/anak yang mengalami gangguan emosi dan perilaku.

Pada tanggal 22 September 2017. Saya mendapatkan kesempatan untuk bergabung bersama Kompasiana Jogja untuk dolan sosial di SLB Negeri 2 Yogyakarta. SLB Negeri 2 Yogyakarta masuk ke dalam kategori SLB C. Kategori ini digunakan untuk sekolah yang menampung difabel grahita. Namun, tidak jarang orang tua murid yang merasa nyaman memasukkan anaknya sekolah di SLB N 2 Yogykarta, walaupun anaknya bukanlah difabel grahita. Selain karena lokasinya yang strategis. Kenyamanan dan pelayanan di SLB Negeri 2 Yogyakarta menjadi hal yang diutamakan.

Saya datang bersama 3 orang teman saya dan 1 orang dari SAPDA sebuah yayasan yang telah lama malang melintang di bidang advokasi perempuan difabel dan anak yang berpusat di Jogja. Pengalaman pertama bertemu dan berinteraksi dengan anak-anak baik ini, membuat saya menahan air di ujung mata saya. Kepolosan dan kejujuran mereka bagaikan manusia yang tanpa dosa. Meskipun memiliki kekurangan mereka nampak gembira. Kami bermain dan belajar. Membagikan buku dan hadiah-hadiah agar anak-anak terlatih untuk membaca buku dan berani bicara di depan teman-temannya.

dok
dok
Kebahagiaan membuncah di hati saya. Pak Eko sebagai pemimpin permainan hari itu nampak bersemangat. Anak-anak pun bergerak riang mengikuti permainan Pak Eko. Anak-anak semakin semangat manakala setiap pertanyaan yang diajukan oleh kami yang datang memiliki hadiah. Keberanian mereka untuk maju dan unjuk diri patut di diacungi jempol. Sungguh kebahagiaan datang dari hal kecil saat berinteraksi bersama mereka. Kebahagiaaan terasa lengkap apabila kita membaginya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun