Mohon tunggu...
agata wahyu
agata wahyu Mohon Tunggu... Lainnya - Low profil blogger

Bio

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Ketika Akurasi Berita Dinomorduakan dengan Kecepatan

14 April 2016   21:05 Diperbarui: 15 April 2016   09:23 903
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inovasi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Jurnalistik bukanlah menjadi hak yang asing lagi bagi kita dimasa kini. Menurut Effendy jurnalistik merupakan kegiatan untuk mengelola berita, mulai dari mendapatkan bahan-bahan pemberitaan, penulisan berita, sampai pada penyebaran (pendistribusian) berita kepada masyarakat.

Dunia jurnalistik sudah dikenal oleh bangsa Indonesia sejak masa penjajahan Belanda. Pada saat itu, surat kabar menjadi salah satu bagian penting dalam membela kaum kolonialis. Hingga saat ini pun, dunia jurnalistik masih tetap dibutuhkan oleh masyarakat dan masih tetap menjadi media masyarakat dalam memenuhi kebutuhan akan informasi.

Tidak dapat dipungkiri, jika kemajuan teknologi yang terjadi saat ini semakin dapat membantu manusia dalam melakukan segala kegiatannya. Selain itu, dampak dari adanya kemajuan teknologi saat ini pun sudah memunculkan adanya perilaku budaya instan dalam kehidupan masyarakat, termasuk kebutuhan akan informasi yang harus dipenuhi secara cepat. Melihat adanya perilaku budaya instan yang dialami oleh masyarakat inilah yang akhirnya membuat dunia jurnalistik pun mencoba untuk tetap bisa memfasilitasi kebutuhan masyarakat yang ingin serba instan tersebut.

Salah satu cara yang dilakukan oleh dunia jurnalistik dalam memenuhi kebutuhan masyarakat yang serba instan itu adalah dengan “melebarkan sayap” di dunia jurnalistik sendiri. Melebarkan sayap dalam hal ini terlihat dari bagaimana perkembangan dunia jurnalistik sendiri. Semula dunia jurnalistik hanya berfokus pada media cetak saja, namun lambat laun, dunia jurnalistik pun akhirnya mulai berkembang menjadi jurnalistik penyiaran, dan hingga saat ini dunia jurnalistik pun sudah merambah pada jurnalistik online – atau yang lebih kita kenal dengan jurnalisme online – yang diharapkan bisa memenuhi kebutuhan masyarakat akan informasi secara cepat.

Jurnalisme online dapat didefinisikan sebagai kegiatan pelaporan berita dengan menggunakan teknologi internet yang menyajikan informasi dengan cepat dan mudah diakses di mana saja dan kapan saja. Secara umum, kegiatan yang dilakukan jurnalisme online sendiri tidak jauh berbeda dengan apa yang dilakukan oleh jurnalis media cetak atau jurnalis media penyiaran. Baik jurnalistik media cetak, jurnalistik media penyiaran, maupun jurnalistik media online semuanya menghasilkan konten produk berita yang paling  up to date dan penting (bahkan berpengaruh) bagi kehidupan masyarakat.

Hanya saja, seperti namanya, jurnalistik online menggunakan media online sebagai sarana dalam menyampaikan informasi. Dalam praktiknya, jurnalisme online selain berpatokan pada Kode Etik Jurnalistik, jurnalisme online juga berpatokan pada Undang-Undang Informasi Transaksi Elektronik (UU ITE).  Selain itu, berbeda dengan jurnalistik media cetak yang hanya dituntut untuk bisa menghasilkan informasi secara objektif, akurat, dan berimbang, lalu seperti jurnalistik media penyiaran yang hanya dituntut untuk melaporkan berita dari tempat kejadian, menyajikan gambar yang mendukung pemberitaan, jurnalistik online dituntut untuk menjadi lebih dari itu. Tuntutan jurnalistik online diantaranya adala mampu menyajkan berita secara cepat dan tetap menaati peraturan jurnalistik yang ada (bahkan jurnalistik online satu dengan lainnya pun berlomba-lomba untuk menjadi penyampai berita yang pertama), jurnalistik online perlu mempertimbangkan kriteria pembacanya, dan juga jurnalistik online dituntut untuk dapat mengaplikasikan perkembangan teknologi yang ada untuk membuat beritanya menjadi semenarik mungkin di mata pembaca dan agar berita tidak terlihat monoton.

Berbicara mengenai tuntutan jurnalistik online, sampai saat ini tidak semua jurnalistik online mampu memenuhi tuntutan tersebut. Masih ada jurnalistik yang hanya mampu memenuhi beberapa tuntutan dari sekian tuntutan yang ada.

Dari sekian banyaknya portal berita online yang ada di web, nyatanya pemberitaan yang dilakukan oleh jurnalis online masih belum sepenuhnya memenuhi tuntutan yang ada. Tuntutan jurnalis online untuk dapat menyampaikan berita secara cepat dan sesegera mungkin menjadi acuan utama oleh jurnalis online sehingga pada akhirnya jurnalis lupa jika ia harus juga tetap menjaga keakuratan berita yang dipublikasikannya. Keakuratan sebuah berita menjadi sangat penting karena ada beberapa alasan yang menjadikan keakurasian berita harus dipenuhi. 

Pertama, akurasi dapat menunjukkan kualitas suatu berita. Kedua, akurasi menjadi sangat penting bagi subjek berita dimana reputasi dan kepentingannya dipertaruhkan oleh pemberitaan. Dan ketiga, akurasi juga penting bagi surat kabar atau portal media online yang bersangkutan karena keakuratan berita berkaitan pula dengan kredibilitas surat kabar atau portal media online tersebut di mata pembaca atau penggunanya. Akurasi dalam pemberitaan dapat diukur dengan menggunakan beberapa dimensi, diantaranya adalah verifikasi terhadap fakta, relevansi sumber berita, dan akurasi penyajian.

Verifikasi terhadap fakta berkaitan dengan sejauh mana berita yang disajikan oleh jurnalis berkorespondensi dengan fakta yang benar-benar terjadi dilapangan, misalnya apakah ada cek dan ricek dalam verifikasi fakta. Verifikasi terhadap fakta juga menyangkut ada atau tidaknya pencantuman sumber berita. Lalu verifikasi terhadap fakta juga menyangkut ada atau tidak adanya kesalahan dalam pengutipan data, nama narasumber, tanggal, nama institusi atau alamat. Tahapan-tahapan verifikasi ini perlu dilakukan secara teliti dan cermat oleh wartawan, karena jika tidak, maka kredibilitas berita yang disampaikan akan diragukan oleh pembaca.

Relevansi sumber berita terkait dengan kompetensi sumber berita sebagai sumber fakta atau narasumber. Idealnya, yang menjadi sumber berita adalah orang yang bersangkutan langsung dengan peristiwa, baik pelaku, saksi, ataupun ahli yang menguasai permasalahan. Sumber berita yang relevan dapat membantu proses cek dan ricek fakta yang akan disajikan oleh jurnalis baik media cetak, penyiaran, maupun online.

Akurasi penyajian fakta berkaitan dengan hal-hal teknis semacam konsistensi penulisan berita, misalnya pada ejaan kata dan tanda baca, kesesuaian antara judul dan isi berita yang disajikan, dan tingkat kesesuaian antara penyajian foto dan teks berita. Akurasi penyajian berita ini dapat diukur berdasarkan tiga komponen. Pertama, konsistensi penulisan teknis berita, misalnya seperti ejaan kata dan tanda baca. Konsistensi ini sangat penting karena dapat membantu menunjang pemahaman pembaca terakit berita yang disajikan. 

Kedua, kesesuaian antara judul dan isi berita yang menjadi salah satu aspek internal accuracy. Kesesuaian antara judul dan isi berita ini penting bagi kebenaran pemahaman pembaca terhadap fakta yang disajikan. Dan ketiga, kesesuaian penampilan foto dan isi berita yang juga menjadi salah satu unsur internal accuracy. Jika foto yang ditampilkan tidak relevan dengan isi berita, maka foto akan justru mengaburkan atau menyesatkan pembaca terhadap isi berita.

Salah satu media yang mepraktikkan jurnalistik online adalah portal berita online www.liputan6.com. Portal berita online yang sudah ada sejak 14 Agustus 2000 ini mengalami perubahan secara besrar-besaran. Pada awalnya portal berita online ini hanya menyajikan tayangan Liputan 6 SCTV, namun pada Oktober 2012, perombakan terjadi secara besar-besaran, mulai dari pendistribusian artikel dan berita yang berjumlah ratusan, bahkan semakin bervariasinya kanal berita yang ada. Dalam situs www.alexa.com portal berita www.liputan6.com di Indonesia berada diperingkat 8.

Hanya saja, tinggi atau rendahnya suatu peringkat belum sepenuhnya menjamin kredibilitas jurnalis online yang ada di liputan6.com. Terbukti dalam pemenuhan tugasnya sebagai sumber informasi bagi masyarakat secara cepat ini membuat jurnalis liputan6.com tidak sepenuhnya memperhatikan kaedah penulisan berita yang baik dan benar.

Dalam kasus meninggalnya mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY), Erri Yunanto misalnya, pemberitaan yang dilakukan oleh jurnalis online liputan6.com masih belum memenuhi keakuratan suatu berita.

Misalnya dalam berita yang berjudul “Sebelum Berangkat ke Merapi, Eri Yunanto Punya Permintaan ‘Aneh’” (http://news.liputan6.com/read/2235381/sebelum-berangkat-ke-merapi-eri-yunanto-punya-permintaan-aneh), dalam pemberitaan tersebut, terlihat jika jurnalis tidak sepenuhnya melakukan verifikasi terhadap fakta. Adanya kesalahan pengutipan data, nama korban yang seharusnya ditulis dengan “Erri” dalam pemberitaan hanya ditulis “Eri”. Kesalahan selanjutnya ada pada pengutipan nama institusi, nama Universitas Atma Jaya Yogyakarta dalam pemberitaan disambung menjadi Universitas Atmajaya Yogyakarta. Selain itu tidak konsistennya penulisan nama pada kata Erri, pada pemberitaan ada yang ditulis dengan Eri dan ada juga yang ditulis dengan Erri.

Lalu pada pemberitaan “Eri Mahasiswa Atma Jaya Jatuh ke Kawah Merapi Sedalam 200 Meter” (http://news.liputan6.com/read/2233669/eri-mahasiswa-atma-jaya-jatuh-ke-kawah-merapi-sedalam-200-meter), dalam pemberitaan lagi-lagi terjadi kesalahan dalam verifikasi terhadap fakta, di mana nama Eri masih terjadi kesalahan. Lalu terdapat kalimat “Eri dilaporkan jatuh di jurang kawah Gunung Merapi yang cukup dalam.” Tanpa di perjelas siapa yang memberikan pernyataan tersebut, dalam hal ini relevansi sumber fakta tidak sepenuhnya dilakukan oleh jurnalis.

Selanjutnya pada berita yang berjudul “Tim SAR Dilarang Evakuasi Eri dari Kawah Merapi saat Gelap” (http://news.liputan6.com/read/2234266/tim-sar-dilarang-evakuasi-eri-dari-kawah-merapi-saat-gelap) juga terdapat kesalahan dalam akurasi penyajian data. Kesalahan tersebut tampak dari tidak sesuainya foto yang disajikan oleh jurnalis dengan judul dan isi pemberitaan. Selain itu kesalahan juga tampak dalam kalimat “Mahasiswa yang mendaki pada Sabtu 16 Mei siang itu tengah berfoto-foto di salah satu puncak Gunung Merapi bersama 5 temannya sesaat sebelum terjatuh ke kawah.” Pada penulisan kalimat ini jurnalis tidak menyisipkan tanda baca koma (,) pada keterangan waktu (Sabtu, 16 Mei siang), lalu kesalahan juga terjadi dalam penyajian sejauh mana berita yang ditampilkan berkorespondensi dengan fakta yang benar-benar terjadi dilapangan. Karena pada nyatanya, dikutip dari beberapa porta berita online lainnya jika Erri sesaat sebelum terjatuh ke kawah Gunung Merapi bukan bersama kelima temannya, melainkan hanya bersama seorang temannya, Dicky.

Lalu pada pemberitaan yang berjudul “Ayahanda Ikhlaskan Pendaki Eri Yunanto Meninggal di Kawah Merapi” (http://news.liputan6.com/read/2235232/ayahanda-ikhlaskan-pendaki-eri-yunanto-meninggal-di-kawah-merapi) juga mengalami kesalahan pada akurasi penyajian data, dimana foto yang ditampillkan dalam berita tidak sesuai dengan judul dan isi pemberitaan. Selain itu kesalahan dalam penulisan nama institusi juga dilakukan dalam pemberitaan ini, nama Universitas Atma Jaya Yogyakarta kembali ditulis dengan disambung menjadi Universitas Atmajaya Yogyakarta.

Dari keseluruhan berita yang disajikan oleh www.liputan6.com terjadi kesalahan data dalam penulisan nama korban yaitu Erri Yunanto, bukan Eri Yunanto.

Melihat kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam penyajian berita terkait Erri Yunanto yang terjatuh di kawah Gunung Merapi dan meninggal, mungkin jurnalis online perlu mengingat kembali elemen pertama bahwa jurnalisme mengejar kebenaran dan elemen ketiga bahwa jurnalis harus melakukan pemberitaan secara objektifitas (disiplin melakukan verifikasi). Jika jurnalis online sudah mengingat-ingat kedua elemen tersebut, maka pemberitaan yang dihasilkan oleh jurnalis akan menjadi berita yang akurat dan kualitas berita akan menjadi baik di mata pembaca dan masyarakat.

 

Refrensi:

Black, Jay., Steele, Bob., dan Barney, Ralph. (1995). Society of Profesional Journalist Doing Ethics in Journalism a Handbook with Case Studies. United States of America: Paramount Publishing.

Effendy, Onong Uchjana. (2006). Ilmu Komunikasi Teori dan Prakte. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Harsono, Anderas. (2010). Agama Saya adalah Jurnalisme. Yogyakarta: Kanisius.

Rahayu. (2006). Menyingkap Kinerja Surat Kabar di Indonesia. Jakarta: Pusat Kajian Media dan Budaya Populer, Dewan Pers dan Departemen Komunikasi dan Informasi.

http://aji.or.id/upload/article_doc/Media_Online.pdf (diakses pada 12 Maret 2016 pukul 18.00)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun