Mohon tunggu...
Agastya Dedy Kusuma
Agastya Dedy Kusuma Mohon Tunggu... Pengelana -

Lone ranger

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Doa Penjual Pisau

31 Juli 2018   10:09 Diperbarui: 31 Juli 2018   10:14 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ini merknya Yashica, bukan?"

Saya terkejut pertanyaan ini datang dari seorang kakek sepuh bersepeda onthel yang sedang menjajakan perkakas dapur. Ia bertanya sembari menunjuk kamera DSLR bermerk Canon yang saya kalungkan.

Berikutnya ia bercerita dulu pernah punya kamera bermerk Yashica itu yang dibelinya pada tahun 1957. Kamera itu hilang jejaknya setelah dipinjam temannya. Saya agak terheran-heran tahun segitu ada warga biasa, orang desa, yang bisa punya kamera.

Mbah Adi Suwito, namanya, usianya saat ini sudah mencapai 89 tahun. Hari itu saya tak sengaja melihatnya menggelar dagangannya berupa aneka macam pisau, arit, dan golok di halaman Kantor Desa Sumberrahayu, Moyudan, Sleman.

Berupa-rupa benda tajam itu dihamparnya di atas selembar karung plastik berwarna putih bekas karung beras. Di sebelahnya sepeda onthel yang gagah dan mengkilap terparkir.

dokpri
dokpri
Dia tak henti merokok dengan tembakau lintingan yang baunya mirip bau kemenyan. Bau itu tercium dari dalam ruangan yang 10 meter jauhnya. Saya heran lagi karena rupanya simbah ini sehat wal afiat dan murah senyum meskipun tak henti-hentinya merokok sejak muda.

Mbah Adi Suwito bersama cucunya di rumahnya di Kentheng, Nanggulan, Kulonprogo, 10 kilometer jauhnya dari sini. Setiap hari ia berkeliling berjualan, biasanya di kantor pemerintah, sekolah, atau dimanapun ada orang berkumpul.

"Itu yang rapat di dalam masih lama selesainya?" tanyanya dalam bahasa Jawa halus.

Ia agak kecewa waktu saya menjawab selesainya masih nanti sore, sedangkan sekarang masih siang menjelang Dzuhur.

Mbah Adi Suwito berjualan sejak tahun 1965 seusai pensiun dari pekerjaan kantorannya. Lagi-lagi saya terheran-heran karena di tahun itu kedua orang tua saya masih balita sedangkan bapak ini malah sudah pensiun.

Saya senang setiap mengobrol dengan kaum sepuh karena mereka selalu mendoakan saya. Semoga murah rejeki, sehat, dan lainnya yang baik-baik. Mendoakannya pun dengan tutur kata lembut, menenangkan, membesarkan hati, dan sangat bijak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun