Mohon tunggu...
Lyfe

Blues Revival

12 November 2016   01:25 Diperbarui: 13 November 2016   01:41 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Senang rasanya ketika mendengar lagu-lagu blues diputar di beberapa komputer/laptop, iPod, atau alat-alat pemutar musik lainnya. Kamu bisa nonton dan nge-like yang ada di YouTube sambil ikut-ikutan nyanyi (dan nge-jam). Apalagi ketika melihat mereka menyanyi dan memainkan gitarnya. Wah umur mereka tampaknya masih begitu muda dan mereka kelihatannya senang sekali memainkan lagu blues yang kesannya adalah musiknya orang tua. Apa iya blues musiknya orang tua? Mungkin dulu orang-orang tua kita di jaman mereka masih muda dengerinnya musik blues. 

Saat kini sudah tua, mereka masih mendengarkannya. Ya, itulah kesan yang kita terima. Sebagai catatan, tulisan ini adalah tulisan lama yang saya tulis sewaktu jadi "pengamat musik" tentang musik dan komunitasnya. Jangan terlalu serius ya? Oke, mari kembali lagi ke tulisan saya. 

Musik tua yang sempat menjadi ‘wabah’ ini sepertinya harus ditularkan ke generasi muda sekarang, generasi milenial, mengingat produk-produk industri musik Indonesia hingga saat ini masih mengalami krisis kualitas. Akhirnya kita terus mengonsumsi musik-musik dari luar. Belum lagi sekarang udah jamannya spotify dan kawan-kawan. Terlepas dari apapun itu, coba buatlah musik yang berkualitas. Mari kita belajar ke masa lalu. Banyak lagu yang menjadi masterpiece dan dapat terus dikenang selama beberapa dekade. Memang mudah untuk mengatakannya tapi saya rasa kita butuh karya yang seperti ini.

Cobalah belajar dari jazz. Ada begitu banyak acara jazz yang digelar di berbagai penjuru dunia. Di Jogja, misalnya, dulu di Big Belly setiap Senin malam ini kita bisa lihat teman-teman musisi jazz bermain dan mereka yang mengapresiasikan musik ini kelihatannya akan terus bertambah. Banyak musisi jazz Indonesia yang sudah menghasilkan karya dan bisa diterima oleh masyarakat. Bagaimana dengan blues? Padahal blues diakui sebagai akar musik populer di hampir seluruh dunia. 

Ada begitu banyak orang yang menyukai blues. Mungkin sejak lama blues sudah mencoba bangkit dalam industri musik. Melalui tulisan ini juga, saya ingin mengajak teman-teman untuk melihat fenomena ‘blues revival’, dan kini saatnya blues untuk bangkit, ‘bergema’ di forum yang lebih luas, dan acara yang lebih besar serta berskala internasional. Kira-kira pada Agustus 2008 lalu di Jakarta, pada Jakarta Blues Festival 2008, momentum kebangkitan blues di Indonesia digelar. Oh iya, Bandung juga punya banyak cerita tentang musik blues.

Kebangkitan kembali musik blues menjadi trend musik populer atau blues revival (‘blues boom’) sebetulnya sudah terjadi beberapa kali dalam sejarah musik dunia. Di Indonesia, blues pernah menjadi trend musik dunia pad akhir ‘60-an sampai awal ‘70-an. Seperti heavy metal di era ‘90-an, disco di era ’80-an, dan punk di pertengahan ’70-an. Pada era 70-an, John Mayall muncul sebagai tokoh penting yang mempopulerkan blues. Blues menjadi trend saat itu karena kondisi keterbukaan di awal orde baru. Dari Indonesia yang terkekang sampai bebas sehingga dapat menerima apa pun bentuk kebudayaan dari luar negeri, tanpa ada sistem filtrasi yang jelas. 

Faktor pendukung lainnya adalah dikarenakan munculnya beberapa radio amatir. Musik yang diputar di radio-radio amatir ini adalah blues dan ini adalah trendnya. Sekitar 80 % adalah hitsnya John Mayall. Musisi lainnya ialah Chicken Shack, Cuby + Blizzards, dll. Musisi kulit hitam juga ada namun masih sedikit, di antaranya Mudy Waters, B.B. King, dll. Sebetulnya blues pernah mengalami kejayaan pada tahun ‘50-an. Masa ini juga dikenal sebagai ‘The Golden Years’. Saat itu orang kulit hitam-lah yang menguasai trend musik, sebut saja Mudy Waters. Namun musik ini masih dianggap sebagai musik kelas dua karena hanya sukses dikalangan kulit hitam. 

Orang kulit putih memiliki idolanya sendiri yang juga orang kulit putih. Apalagi saat itu wacana rasisme masih kuat sehingga menempatkan orang kuit hitam pada masyarakat kelas bawah, sehingga musik mereka juga musik kelas bawah. Trend blues pada era ’70-an tidak bertahan lama. Setelah trend ini pudar, ternyata masih ada beberapa orang yang masih setia semisal Budy Guy. Mereka tetap menjalani hidup di blues, tidak sekedar mengikuti trend dan selera pasar. Setelah itu blues tenggelam dan kembali populer pada pertengahan tahun 80-an sampai dengan puncaknya tahun 90-an. Masa ini disebut ‘Blues Revival Two’. Orang yang berjasa kali ini adalah Robert Cray dan Stevie Ray Vaughan (SRV) muncul sebagai figur sentral.

Teknologi sangat berpengaruh dalam kemajuan industri musik saat itu. Era ini ialah eranya teknologi compact disc (CD). Sehingga katalog musik blues pada masa ini adalah yang paling lengkap. Orang-orang yang ingin belajar blues, katalognya lebih luas dibandingkan era tahun ’60-an. Piringan hitam era sebelumnya akhirnya dirilis ulang (mulai dari era ’60-an, ’50-an, sampai era ’20-an/’30-an). Masyarakat yang bisa mengakses CD kebanyakan adalah masyarakat menengah ke atas, lalu disebarkan ke radio-radio sehingga tak tertutup kemungkinan semua lapisan masyarakat dapat mendengarkan blues. Pada tahun ‘90-an, semua album-lagu dirilis ulang. Robert Johnson akhirnya menjadi lebih terkenal saat itu.

Ternyata trend blues saat itu juga tidak dapat bertahan lama. Musik rock, dan metal perlahan menjadi trend. Lalu muncullah orang-orang yang kreatif dan jenuh dengan musik-musik ‘sulit’ (baca: ber-skill tinggi), yang membuat trend baru yakni rock alternatif. Jenis musik seperti ini terdengar lebih easy listening, cukup mudah dipahami, dan (yang paling penting) memainkannya tidak sesulit blues, jazz, metal, rock, dan lain-lain. Trend ini juga yang akhirnya mengembalikan trend musik pop sebagai pilihan musik yang paling gampang. Banyak penyanyi bagus dan berkualitas yang muncul. Lirik-lirik sederhana, sedikit puitis, dan bertemakan cinta semakin merajai industri musik populer. Walaupun masih banyak orang blues, jazz, dan metal yang tetap setia dengan pilihan musik mereka. Inilah evolusi musik.

Kini era tahun 2000-an sepertinya blues mau mencoba bangkit kembali. Ada sebagian orang yang merasa seperti itu. Namun ada juga yang merasa, “Blues kan populernya udah jaman dulu, buat apa jadi nge-trend lagi?” Nggak salah memang, toh setiap orang bebas berpendapat. Terlepas dari itu, mari kita tengok luar. Teman-teman mungkin tahu John Mayer. Mungkin masih banyak orang nggak terlalu ngeh sama gitaris/vokalis muda ini, tapi sebuah majalah musik di AS telah menobatkannya sebagai “The New Guitar Gods”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun