Mohon tunggu...
Eko Setiaone
Eko Setiaone Mohon Tunggu... Freelancer - Human-Center Oriented Activism, Participatory Planner, Story Teller, Free man

"Kesalahan besar bangsa ini adalah seringkali melupakan sejarah, dan mengabaikan aspirasi orang-orang kecil. Dunia sudah modern, seharusnya tak menjadi penghalang. Saya memelajari sejarah dan mencari aspirasi dari masyarakat marginal untuk melawan kesembarangan pemerintah/ perusahaan/ pelaku usaha. Dunia tak akan adil jika semua orang menjadi kapitalis"

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

ITB, Kampus Eksklusif

25 Oktober 2019   08:03 Diperbarui: 25 Oktober 2019   12:49 3064
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hal yang menarik, Kota ini menampilkan sisi keunggulan Sumber Daya manusia-nya. Ada yang bilang, kalau kota kreatif itu Kota Bandung. Ada pula yang bilang, orang-orang teknokrat/ wirausaha, mayoritas berkuliah di Bandung. 

Adapula, yang bilang kalau Bandung sendiri dihuni oleh masyarakat yang sudah menerapkan konsep SMART CITY (Kota pintar), dengan kesiapan masyarakat terhadap penggunaan teknologi. 

Kota Bandung, sebagai ibukota Jawa Barat dan ikon kemajuan Jawa Barat, seharusnya memiliki modal sosial yang baik karena pendatang yang datang/ singgah ke Kota Bandung adalah pendatang yang berkualitas. 

Apalagi sebagian mereka, berusia produktif (17 s.d. 24 tahun) yang sedang menempuh pendidikan tinggi (bertitel sarjana). Namun realita ini justru berkata lain, bagi keseimbangan pembangunan masyarakat di Jawa Barat. Artinya, justru masyarakat sendiri berpotensi tersingkir di provinsi sendiri. Saya berkata demikian karena yang terbukti menurut Indeks Pembangunan Pemuda (IPP) Jawa Barat berada di angka 31 dari 34 provinsi (2018).

 Selain itu, menurut Indeks Pembangunan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat (2019) juga berada di urutan kelima belas, dengan unggul pada indikator ekonomi budaya, warisan budaya dan ekspresi budaya, pendidikan dan rendah pada indikator ketahanan sosial-budaya, budaya literasi dan pengarusutamaan gender. 

Hal ini makin menguatkan asumsi saya bahwa pembangunan kesejahteraan manusia di Jawa Barat benar-benar tak diperhatikan, oleh pemerintah. Justru menyingkirkan eksistensi masyarakat lokal sendiri dan melahirkan gap antara kaum pendatang dengan masyarakat lokal. 

Dengan beban kota Bandung, sebagai Ibukota / etalase Jawa Barat tentunya ada yang perlu dikoreksi dan dibenahi mengapa sarana pendidikan tinggi tidak berkolerasi kuat pada ketahanan sosial-budaya dsb.

Bandung, Dihuni Kampus Kelas Dunia, dengan Riset Unggulan 

Hampir 200 perguruan tinggi, yang ada di Bandung memiliki tingkatan/ standar masing-masing. Maaf, karena Saya hanya bisa menyebut sedikit, di antaranya mereka seperti ITB, ITHB, UNIKOM, STKS, UNPAD-S2 (di Kec. Coblong), UPI (Kec. Sukasari), dan Unisba, dan UNPAS- Tamansari (Kec. Bandung Wetan). 

Tentunya, kampus-kampus tersebut sudah menjadi destinasi bagi para pemburu pendidikan tinggi dalam negeri. Wajar mengapa mereka dicari, tak lain karena level mereka yang unggul di tingkat nasional dan internasional menurut pengamat pendidikan atau situs peringkat perguruan tinggi di dunia. 

Hingga disimpulkan-lah, kalau ITB adalah yang paling terbaik di Kota Bandung dengan berbagai pertimbangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun