"Daripada kelak sy tidak akan sanggup menerima yg akan terjadi antara kita, lebih baik kau bunuhlah aku".
"ini silet dan ini urat nadiku, kau potonglah", kata pemuda itu sembari menyodorkan silet dan tangannya yg lain kepada gadis yg duduk di sampingnya.
ini adalah yg pertama kalinya mereka duduk bersama setelah tiga bulan berlalu.
"xixixi... " cekikik tawa si gadis terdengar.
"kenapa tertawa ?"
"abis kamu becandanya sampai segitunya"
"saya tidak becanda, saya serius.. "
"ini adalah yg ketiga kalinya saya sakit, sy mungkin takkan sanggup utk keempat kali, maka selesaikanlah sekarang juga".
"Haduuuhhh.. mikir dong, mikir...."
"kalau kamu mati kan aku bisa masuk penjara... enak gak tuh.. "
"Kau tidak perlu khawatir, sy bersumpah, seminggu setelah kematianku kau akan kujemput"
"kita akan bersama di dunia lain yg takkan ada lagi sakit menyakiti"
Entah pengaruh darimana yg membuat pemuda itu begitu yakin dengan ucapannya sampai tubuhnya bergetar saat mengucapkan kalimat2 itu seakan pasti akan terjadi seperti kata-katanya.
Si gadis pun terdiam, mau tak mau menanggapi dengan serius.
"Maafkan aku, Di.. kamu telah banyak menderita karena aku".
"izinkanlah aku utk memperbaiki kesalahan kesalahanku kepadamu itu".
"baiklah... saya harap berikanlah kata kata yg bisa saya pegang".
"Kamu peganglah tanganku.. Aku berjanji takkan menyakitimu lagi, takkan mengkhianati cinta kita.."
"Dan siapapun diantara kita yg berkhianat, tidak akan tenang selamanya.. langit dan bumi menjadi saksi.. "
"iyah, langit dan bumi menjadi saksi"
Suasana sunyi sesaat. Lalu si gadis menyandarkan kepalanya di pundak pemuda itu...
ahhh... Dasar pemuda bodoh, dia diam saja :D
Mungkin karena kepolosannya membuatnya menjadi bodoh
(xixixixi....)
Dan lima belas tahun kemudian...
Sebuah percakapan inbox pada sebuah akun Facebook:
"Kamu kah itu, Di...?"
"kamu tidak pakai namamu sih.. coba kalau tidak melihat foto-fotomu, aku pasti takkan tahu bahwa itu kamu"
"iya.. saya..."
"akhirnya saya menemukanmu juga setelah lima belas tahun, Alhamdu lillah...".
"Iya lima belas tahun.. waktu yg begitu lama.. tak henti2nya aku menanyakan tentangmu, mencari tahu keberadaanmu"
"dan kini pertemuan ini adalah anugerah yg sangat besar buatku
aku mohon maafmu.. sudilah kamu memaafkan kesalahan kesalahanku..
semoga dengan begitu akan terang jalanku ke depannya nanti.."
"maafkan aku, Di... "
Tirtanadi, 09 Desember 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H