Mohon tunggu...
Wirawan Agahari
Wirawan Agahari Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Sarjana Teknik Telekomunikasi ITB yang gemar menulis untuk menyampaikan ide, inspirasi, ataupun hanya sekedar berbagi cerita.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Benar Itu Belum Tentu Baik

23 Agustus 2012   02:36 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:26 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kami pun membiarkan si taksi putih pergi dan takkan kembali lagi. Diskusi pun terjadi antara saya dengan Alan. Dia bilang kalau apa yang saya lakukan sebenarnya sudah benar dan terkadang dia ingin memiliki keberanian yang sama seperti yang saya lakukan. Saya jadi malu sendiri ketika disebut seperti ini, hehehe. Tapi kondisi yang saya alami ini menunjukkan bahwa sepertinya masih ada jurang pembatas antara sesuatu yang “benar” dan yang “baik”. Saya merasa bahwa saat itu saya melakukan sesuatu yang benar, karena saya punya dasar kuat atas hal itu. Jelas bahwa tidak boleh mendahului dari sebelah kiri, artinya posisi saya benar dan si sopir taksi salah. Namun ternyata yang saya lakukan tidak berdampak baik karena berpotensi mengancam nyawa saya dan malah mengganggu pengendara lain. Akhirnya muncullah opsi yang lebih “baik” yaitu membiarkan saja si sopir taksi melakukan perbuatan yang salah.


Paradigma seperti ini rasanya sudah tidak asing lagi di kehidupan kita sehari-hari, apalagi di Indonesia. Kita terlanjur lebih memilih melakukan sesuatu yang “baik tapi belum tentu benar” dibanding sesuatu yang “benar tapi belum tentu baik”. Pelanggaran terhadap peraturan yang sudah jelas merupakan sesuatu yang tidak “benar” kini sudah banyak dibiarkan saja karena terlanjur menjadi sesuatu yang “baik”. Saya pun sering mengalami hal-hal seperti ini, tentu di luar pengalaman yang saya alami diatas. Mungkin hal ini sudah mengakar di kultur bangsa kita sehingga bangsa ini tidak maju-maju.


Lantas, bagaimana seharusnya? Pilih yang benar atau yang baik? Sulit memang memilih salah satu diantara kedua hal ini. Namun mengapa tidak kita coba untuk melakukan keduanya? Mengapa kita tidak mencoba melakukan sesuatu yang benar dengan baik? Sudah terlalu lama kita terpaku dalamcomfort zone dan tidak peduli dengan keadaan sekitar yang jelas-jelas salah. Mungkin ada juga yang berusaha melakukan sesuatu yang benar seperti yang saya coba lakukan, tapi karena pendekatannya tidak baik maka hal ini pun menjadi sia-sia. Sama seperti yang saya alami. Karena itu yuk mari kita mulai sedikit-sedikit membongkar kebiasaan lama, seperti kata iklan kopi yang lagi ngetop itu. Contoh simpelnya seperti menegur dengan halus orang-orang yang merokok dan membuang sampah di sembarang tempat. Mulailah dicoba dari hal-hal yang kecil, maka kita akan bisa memperbaiki sesuatu yang besar. Think globally, act locally.


Mungkin ada yang menganggap tulisan ini sok ide. Tapi tak apalah, setidaknya kita berusaha menyebarkan semangat positif. Lebih baik dibanding diam sama sekali kan? Saya sadar, saya pun belum bisa melakukan hal ini, karena itulah saya terus berusaha. Semoga kita semua bisa bisa bangkit lagi setelah terjatuh cukup lama seperti ini, tidak seperti lirik salah satu lagu yang sedang hits itu.


Selamat Idul Fitri 1433 H.

Mohon maaf lahir dan batin.

Semoga suatu saat kita tak perlu lagi memilih antara yang benar dan yang baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun