Mohon tunggu...
Afzar Harianja
Afzar Harianja Mohon Tunggu... Lainnya - Bhumi

Bumi Pertiwi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perempuan Wujud Sakti

21 April 2024   16:14 Diperbarui: 21 April 2024   16:36 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sang "pemikir" gelisah: "Burung-burung itu tidak punya otak. Mereka tidak bisa berpikir. Manusia bisa berpikir." Burung-burung itu punya otak, bung.

Mereka pun bisa berpikir. Mereka pun sadar akan hubungan mereka dengan anak-anak mereka. Mereka bisa mengumpulkan bahan untuk membuat sarang bagi mereka. Mereka dapat mengumpulkan makanan bagi mereka.

"Ya, ya, tapi pikiran mereka belum berkembang. Mereka tidak dapat membedakan kesucian dari yang tidak suci!. Apa yang Suci, dan Apa Pula yang Kotor? Saat haid, seorang perempuan justru menjalani proses pembersihan. Selama puluhan hari ia menyimpan darah kotor, yang saat haid dikeluarkannya. Lalu, masa mana yang mesti disebut masa kotor --- dan masa mana masa bersih?

Kita boleh melarang seorang perempuan untuk beribadah, pun untuk memasuki tempat ibadah saat haid. Namun, bagaimana memastikan bahwa setiap perempuan mengindahkan larangan itu? Apakah kita harus memeriksa setiap perempuan yang hendak memasuki "wilayah suci"?

Soal Kesucian dan Kekotoran Ini Memang Urusan Berat. Sebagian masyarakat kita beranggapan bahwa proses kelahiran dan kematian pun tidak suci. Sebab itu, rumah yang baru saja mendapatkan kelahiran atau kematian --- dianggap "kurang suci". Seisi rumah tidak diperkenankan untuk mengikuti upacara keagamaan dan sebagainya. Ada kalanya seluruh desa dianggap tidak suci. Mau bilang apa?

Kita sungguh telah terjebak dalam pemahaman yang sangat sempit. Pemahaman yang jelas bertentangan dengan Kebijakan Vednta yang senantiasa menyerukan kebebasan.

Janganlah Menangisi Nasibmu, Wahai Perempuan, wahai ibuku, saudaraku, anakku, istriku, kekasihku --- janganlah menangisi nasibmu. Jangan pula mengharapkan pengertian dari masyarakat yang masih sibuk berdebat tentang arti kesucian. Mereka tak akan memahami kesucianmu. Mereka tak dapat menghargai derajatmu.

Berdirilah di atas kakimu sendiri! Janganlah mengharapkan jatah khusus dari kaum pria. Jatah itu ibarat sedekah. Dengan menerima jatah itu kau menghina dirimu, menghujat keperempuananmu.

Pun kau tidak membutuhkan pembelaan dari dan oleh kaum pria. Dengn Liberalisasi dan Emansipasi tidaklah berarti apa-apa bagimu. Kau adalah Wujud Energi, Sakti. Keberadaan ini ada karenamu. Sadarilah kebenaran dirimu!

SELAMAT HARI IBU KARTINI  21 APRIL 2024

Sumber :

Anand Krishna. Vedanta : Memaknai Kembali Hindu Dharma. Pusat studi Veda dan Dharma. 2016. 271 hal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun