1a Dilarang Untuk Menolak Suaminya yang sedang ngebet, walau dirinya tidak siap. Untung, undang-undang di negeri kita melarangnya. Untung di negeri ini, sisa-sisa peradaban kuno masih terasa.
Selama berabad-abad Barat menganggap bahwa wanita tidak berjiwa. la tidak memiliki jiwa. Bagaimana bisa memiliki jiwa, bukankah ia tereipta dari tulang rusuk pria? Baru belakangan ini, pandangan itu dikoreksi secara resmi oleh institusi agama.
Tidak Demikian di Negeri Kita, di wilayah peradaban kita. Di sini, perempuan memiliki derajat dan kesempatan yang sama pria. Sebab itu, kita tidak pernah merasa perlu mengangkat derajat perempuan. la sudah setara dengan pria.
Jauh sebelum Shakespeare mengungkapkan pendapatnya --- "jatuhnya kaum perempuan adalah pertanda awalj atuhnya sebuah peradaban" -- kita sudah memahami hal itu. Arjuna sudah pernah mengungkapkannya dalam percakapannya dengan Sri Krsna di Medan Perang Kurukshetra.
Sebab itu, kita tidak perlu ikut-ikutan beremansipasi segala. Emansipasi merupakan penghinaan terhadap kaum Perempuan. Karena, derajatnya sebagai seorang Ibu yang Melahirkan ---- adalah jauh lebih tinggi dan mulia dari derajat pria.
Lihat Saja Wanita Indonesia... Sejak zaman dahulu, sejak Tunggadewi dan Ratu Sugita dan para Sultanah di Aceh, bahkan jauh sebelumnya --- perempuan sudah dihargai karena kemampuannya. Tiada yang menghalanginya untuk menjadi pemimpin negara dan bangsa --- jika ia memang mampu.
Kemudian Kartini, dan sederet pahlawan perempuan lainnya... Termasuk Presiden Megawati... Timur Tengah tidak bisa membayangkan seorang perempuan sebagai permimpin negara. Mereka baru membuka diri bagi emansipasi. Mereka baru mau belajar tentang kesetaraan jender.
Dengan melihat adat-istiadat mereka yang baru belajar --- kita menghujat, menghina kedewasaan diri kita sendiri. Wacana Emansipasi Hanyalah sebuah Wacana. Perempuan adalah perempuan, dan pria adalah pria. Keduanya bisa berdiri setara. Keduanya bisa berada di atas panggung yang sama. Namun, perempuan tetaplah perempuan. Dan, pria tetaplah pria.
Bagi pekerjaan yang membutuhkan otot --- silahkan mempekerjakan pria. Perempuan tidak cocok bagi pekerjaan seperti itu. Hormatilah kelembutan perempuan yang tidak dimiliki oleh kaum pria. Kenapa harus mengubah perempuan menjadi keras dan kaku seperti pria?
Sebaliknya, pria tidak menyusui. Apakah ia harus dipaksa, diberi suntikan hormon supaya puntingnya mengeluarkan susu? Tidak perlu. Janganlah merampas hak seorang perempuan untuk menyusui anaknya dengan dalih emansipasi. Janganlah membebaskan dia dari tugas mulia itu hanya karena ia harus bckcrja di kantor. Bagi scorang bayi, tiada pcngganti bagi Air Susu Ibu. Air Susu lbu itulah yang kclak mcncntukan kualitas hidupnya. Air Susu Ibu itulah yang mcnjamin kcschatannya hingga usia lanjut.
Kaum Laki dan Kaum Percmpuan --- kcduanya mcmiliki tugas dan kcwajiban masing-masing. Mcrcka saling mcngisi, mclcngkapi. Apa saja yang dilakukan olch scorang pria, dapat dilakukan olch scorang wanita. Kcmudian, apakah ia harus mcnjadi supir taksi? Tidak pcrlu.