Dulu Dataran Sundaland Menyatu Dengan Subkontinen India (sekarang Modern India, Pakistan, Bangladesh, Nepal, Myanmar dan Bhutan), sekarang pulau-pulau Sunda terpisah. Sebelum terfragmentasi, seluruh region tersebut disebut Jambudwipa, “luas” atau “dataran yang besar”. Memang keberadaan Sundaland yang memberikan nama tersebut ke wilayah yang luas itu. Jambu merupakan jenis guava yang besar yang masih dapat ditemukan di Kepulauan Indonesia. Saya merasa bahwa kata “jumbo” berasal dari “jambu” (AK).
Demikianlah, pulau-pulau pecahan dari Sundaland mulai dikenal dengan berbagai nama. Epos Ramayana dari India, yang ditulis oleh Resi Valmiki sekitar 8.000 BC, menyebut Yavadwipa – Java or Jawa. Yava sering diartikan sebagai Barley, sorgum tapi itu juga bisa berarti biji-bijian, semua tipe biji-bijian yang putih. Kondisi ini mengindikasikan bahwa Yavadwipa kaya akan berbagai macam produksi biji-bijian.
Proses Fragmentasi Ini Berlangsung Selama Ribuan Tahun, menyebabkan munculnya ribuan pulau besar dan kecil. Nama baru dibuat dan diperkenalkan. Salah satu yang paling terkenal diantaranya adalah Svarnabhumi atau Svarnadwipa – hari ini disebut dengan Sumatera, pulau terbesar kedua setelah Yavadwipa. Svarna adalah kata Sanskrit untuk “Emas” dan Bhumi adalah “Tanah”, sedangkan Dvipa adalah “Pulau”. Oleh karena itu Svarnabhumi dapat diterjemahkan sebagai Pulau yang tanahnya mengandung Emas.
PERADABAN MESIR KUNA. Banjir bandang kedua (11.500 tahun yang lalu) dan fragmentasi Sundaland memaksa lebih banyak warga Sundaland untuk meninggalkan kampung halamannya mengikuti jalan yang telah dilalui leluhur mereka menuju dataran tinggi. Mereka mengalami trauma yang lebih berat dibandingkan dengan migrasi yang pertama. Sangat menyedihkan melihat tanah di dibawah kaki mereka retak dan memisahkan kota-kota mereka serta menelan kampung-kampung mereka.
Dan yang memperburuk keadaan adalah terjadinya ledakan gunung berapi dan gelombang tinggi yang tidak terprediksi dan membunuh ribuan hanya dalam sekejap mata. Pada saat itu, mereka betul-betul terpecah-pecah. Mereka mengambil beberapa rute yang berbeda untuk mencari dataran yang aman.
Demikianlah, satu group besar, setelah berjalan beberapa ratus tahun dan beberapa generasi, akhirnya mereka tiba di tanah si Hitam, anak dari Mama Africa. Dalam perjalanan menuju kesitu, mereka berinteraksi dan kawin campur dengan beberapa suku yang berbeda, termasuk dengan sepupu jauh mereka, suku Sunda yang pertama migrasi dan menetap di Inda, Dimana mereka dipanggil Mishra artinya campuran atau gabungan.
Mereka adalah warga Masyarakat Kosmopolitan yang pertama. Dan mereka bangga akan hal itu dan dinamakan Mishra- kosmopolis- karena telah menemukan tanah yang baru dan menjadi tempat tinggal mereka. Inilah Mesir Kuno, dulunya disebut “Kemet”, yang artinya “hitam”.
PERADABAN YUNANI KUNO. Banjir bandang ketiga terjadi seekitar 8.500 tahun yang lalu, sekali lagi, memindahkan warga Sundaland. Saat itu, pulau utama mereka, Pulau Yavadwipa yang mengalami perpecahan.
Java, hari ini, adalah pulau yang paling padat penduduknya, merupakan pecahan dari Yavadwipa yang lebih besar sebelum terjadinya banjir bandang ketiga. Beberapa kelompok penting pada saat migrasi besar tersebut bergerak menuju daerah yang kita sebut dengan Greek. Saat itu adalah tanah luas yang tidak berpenghuni. Warga Sundaland dari Yavadwipa bukan hanya pembangun yang hebat tapi juga artistik.
Mereka menyebut mereka sendiri dan negerinya dengan sebutan Yavan, artinya “dari pulau yava”. Ribuan tahuan kemudian, pelancong dari China akan menyebut Yavan sebagai Yunan. Greek Kuna- sumber demokrasi modern dan filosopi barat- tidak lain adalah cabang dari Sundaland yang besar atau Vangadesh, demukian warga sunda kuno menyebut tempat mereka.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!