Hidup Gusti Yesus adalah wujud nyata Kasih, dan mempertaruhkan segalanya, bahkan nyawaNya sendiri demi tegaknya ajaran Kasih. Sejatinyalah kita tidak hanya mengikuti cara hidup Yesus apalagi hanya melafalkan ke-Ilahian Yesus lewat ibadah pada hari tertentu saj, tetapi menjadi anak-anak Allah, menjadi “Yesus” itu sendiri, menjadi terang dan garam bagi dunia. Adakah terang atau garam yang pilih kasih, serta mengharapkan sesuatu atau balasan atas segala pemberiannya ? Tidak !, karena sifat sejati Kasih adalah memberi, memberi dan memberi saja.
Demikian juga hendaknya cinta kita terhadap Yesus Kristus tidak lagi dilandasi cinta murahan. Bukan cinta selamat yang mau untungnya saja. Bukan cinta pengecut yang lari dari tanggungjawab kesalahan dan bersembunyi dibalik belas kasih Tuhan. Angkat salibmu-kukmu sendiri, jangan timpakan ke pundak Gusti Yesus lagi. Salibkan dirimu, egomu, ke-akuan yang merasa paling benar dan paling berharga dimata Tuhan.
Saya setuju dengan penulis yang tidak beragama Kristen ini. Kristus adalah milik dunia, bukan milik lembaga. Kristus adalah semangat Kasih itu sendiri. Menerima Yesus bukanlah dengan menjadi beragama Kristen. Siapapun dia, apapun agama dan budayanya, ketika dia mengasihi sesamanya seperti dirinya sendiri maka Dialah murid Kristus yang sejati. Murid yang tidak mengharapkan apa-apa dari Kristus selain mengasihi dan mengasihi sebatas kemampuannya. Inilah jalan keselamatan, kebenaran dan hidup.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H