Pelajaran dari Idul Adha: Kecerdasan Nabi Ismail AS, Kecerdasan Yahudi, Kecerdasan Nabi Ibrahim AS dan Kecerdasan Nabi Muhammad SAW
Hari Idul Adha menjadi momen pembelajaran bagi umat Islam. Selain ibadah haji bagi yang mampu dan mau, ada pula ibadah qurban bagi umat Islam. Yang keduanya berawal dari ujian Tuhan kepada Ibrahim AS, untuk menyembelih anak kesayangan yang kelahirannya sangat dinanti-nantikan.
Perintah yang sangat ekstrim, namun pada hakikatnya itu sekedar ujian apakah Ibrahim lebih mendahulukan perintah Allah dan cinta-Nya, atau cinta kepada keluarganya khususnya kepada anaknya. Dan nyatanya, Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail alaihimassalaam berhasil lulus dari ujian tersebut dengan sempurna.
Nabi Ibrahim AS dipuji karena ketaatannya kepada perintah Allah. Akhirnya qurban anak-nya diganti dengan seekor domba sembelihan, dan namanya diabadikan dan jadi pujian untuk generasi kemudian.
Maka ketika keduanya telah berserah diri dan dia (Ibrahim) membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (untuk melaksanakan perintah Allah).
Lalu Kami panggil dia, "Wahai Ibrahim! Sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu."Â
Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.
Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.
Dan Kami abadikan untuk Ibrahim (pujian) di kalangan orang-orang yang datang kemudian,
"Selamat sejahtera bagi Ibrahim."
Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
Sungguh, dia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman.
(QS Ash-Shaffat 37:103-111)
Sementara Nabi Ismail AS dipuji karena ketaatan kepada perintah Allah, taat kepada orangtua, dan atas kesabarannya. Sungguh menarik dialog yang dilakukan oleh Ibrahim kepada anaknya Ismail:
Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, "Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!" Dia (Ismail) menjawab, "Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk golongan orang-orang yang sabar."
(QS Ash-Shaffat 37:102)
Didalamnya terdapat pelajaran penting terkait sifat rendah hati. Perhatikan kalimat yang digunakan oleh Ismail AS:
Â
"Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk golongan orang-orang yang sabar." (QS 37:102)
Sungguh berbeda dengan kalimat yang yang dipakai oleh Musa AS ketika ditanya oleh Guru-nya seorang Hamba Allah yang telah mendapat Rahmat dan Ilmu dari sisi-Nya:
"Insya Allah engkau akan mendapatiku sebagai orang yang sabar." (QS 18:69)
Sungguh Nabi Ismail rendah hati. Dia beranggapan bahwa di dunia ini banyak orang-orang yang sabar, dan dia berharap dia termasuk salah seorang diantaranya. Beda dengan jawaban Nabi Musa yang terlalu percaya diri. Dan nyatanya Nabi Musa tidak bisa melanjutkan pelajaran bersama gurunya karena gagal untuk bersabar dalam tiga kesempatan.
Inilah kecerdasan Nabi Ismail AS. Lebih tepatnya lagi Kecerdasan Emosional (EQ), karena memiliki sifat rendah hati dan lemah lembut kepada orang lain. Demikian catatan tentang kelahiran Nabi Ismail AS yang diabadikan dalam Al-Qur'an:
"... Maka Kami beri kabar gembira kepadanya (Ibrahim) dengan (kelahiran) seorang anak yang memiliki sifat hilm (lemah lembut), (yakni Ismail)." (QS 37:101)
Sifat hilm artinya lemah lembut, santun, tidak kasar, tenang, menahan emosi, tidak mudah marah, sabar, baik hati, dan lainnya. Ini hal-hal yang terkait dengan Kecerdasan Emosi (EQ). Â
Agak berbeda dengan catatan tentang kelahiran Nabi Ishaq AS sbb:
"... Sesungguhnya kami memberi kabar gembira kepadamu (Ibrahim) dengan (kelahiran) seorang anak yang alim (pandai), (yakni Ishaq)." (QS 15:53)
Di sini dipakai kata,alim, yang artinya pandai, lebih terkait dengan Kecerdasan Intelektual (IQ). Karenanya tidak heran, bangsa Yahudi yang menjadi anak keturunan dari Nabi Ishaq AS terkenal cerdas dari sisi intelektual. Beberapa nama ilmuwan terkenal seperti Albert Einstein, Sigmund Freud, Niels Bohr, Robert Oppenheimer, adalah Yahudi. Mereka mendominasi bidang iptek di abad modern ini. Sejak tahun 1901-2014 tercatat ada 194 orang Yahudi atau berdarah campuran Yahudi telah menerima hadiah Nobel di beragam bidang: kedokteran, fisika, dan kimia.
Kecerdasan Nabi Ibrahim AS
Melihat kedua keturunan ini, maka bisa diperkirakan bahwa kedua kecerdasan ini bersumber dari Nabi Ibrahim AS.
Bagaimana kecerdasan intelektual Nabi Ibrahim? Bisa dilihat dari kecerdasannya mengamati fenomena astronomi, terkait pergerakan bintang, bulan dan matahari, yang dipakainya sebagai bahan argumentasi dakwah kepada kaumnya (QS 6:76-78). Dan ketika ia mendebat seorang Raja yang sangat berkuasa bahkan mengaku bisa menghidupkan dan mematikan, namun terdiam ketika diminta untuk menerbitkan matahari dari arah Barat (QS 2:258). Juga terlihat kecerdasan argumentasinya menghancurkan patung berhala sesembahan kaumnya lalu meletakkan kapak penghancur di tangan sebuah patung besar yang disisakannya (QS 21:52-67).
Adapun terkait kecerdasan emosional, beliau memiliki sifat halim.
"Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun." (QS 9:114)
Demikian pula ketika beliau mendoakan kebaikan bagi ayahnya meskipun ayahnya hendak merajam atau mengusirnya (QS 19:47).
Beliau sangat baik hati, sehingga dicatat dalam Al-Qur'an termasuk golongan dengan qolbun salim, orang-orang yang memiliki hati yang suci. Bersih dari rasa dengki, hasad, dendam, buruk sangka, dll.
"Dan sesungguhnya Ibrahim benar-benar termasuk golongannya (Nuh), (lngatlah) ketika ia (Ibrahim) datang kepada Tuhannya dengan hati yang suci" (QS 37:83-84)
Kecerdasan Nabi Muhammad SAW
Dan kecerdasan Nabi Ibrahim AS ini, menurun kepada Nabi Muhammad SAW. Lihatlah kecerdasan intelektual dan emosional Muhammad muda ketika menyelesaikan pertikaian di antara para pemuka Quraisy ketika berebutan ingin memindahkan batu Hajar Aswad. Ingatlah kecerdasan Muhammad SAW ketika menasehati seorang Arab Badui yang kencing di masjid dengan cara yang lembut. Ingatlah cara Beliau menasehati seorang anak muda yang minta izin diperbolehkan berzina. Ingatlah ketika Beliau mendoakan kebaikan bagi kaum Thaif yang telah menolak dakwahnya bahkan melemparinya batu sampai berdarah-darah.
"Dengan rahmat dari Allah engkau (Nabi Muhammad) lemah lembut terhadap umat, seandainya engkau kaku dan keras hati niscaya umat akan menyingkir darimu." (QS 3:159)
Tidak heran maka Allah memuji Beliau dan mencatatnya dalam Al-Qur'an:
"Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur."Â (QS 68:4)
Demikian beberapa pelajaran terkait Kecerdasan Nabi Ibrahim AS, Nabi Ismail AS, Nabi Ishaq AS, dan Nabi Muhammad SAW. Semoga kita bisa mengambil pelajaran.
FB@2024.6.14
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H