"Orang itu yang menolongku."
"Iya aku dengar begitu. Bayu kebetulan lewat di situ. Beruntung kamu, kalau tidak, orang lain mana berani pegang tanganmu yang bersih begini, menggotongmu yang bercelana pendek begitu, bisa mati kehabisan darah kamu!"
Mereka menertawakan diri masing-masing.
Setelah suasana menghangat, Sheron berujar lagi, "Kamu masih belum mau menyebut namanya?"
"Siapa...."
"Pura-pura tidak tahu lagi. Siapa lagi?"
"O, itu."
Jawaban begitu membuat Sheron geleng-geleng kepala. "Erlin, manusia tidak punya kekuatan melebihi Tuhan."
"Maksud kamu apa?"
"Tuhan saja yang menguasai perasaan manusia, menghukum manusia, bisa memaafkatn siapa saja yang dikehendaki. Kenapa kita tidak?"
"Aduh, Sheron, maaf. Untuk urusan ini aku benar-benar belum bisa berpikir sejauh itu. Kalau belum mau, ya belum. Aku sudah berterima kasih pada orang itu karena telah menolongku. Kurasa kewajibanku sudah tuntas sampai di situ."