Mohon tunggu...
Fandi Sido
Fandi Sido Mohon Tunggu... swasta/hobi -

Humaniora dan Fiksiana mestinya dua hal yang bergumul, bercinta, dan kawin. | @FandiSido

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Consolas

16 Oktober 2013   07:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:29 601
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Tolong jelaskan kalimat Anda, Tuan," ujar penjaga toko itu. "Dengan siapa saya berbicara?" tanyanya dengan pandangan yang semakin tajam. Terpancar kecurigaan langsung dari caranya menatap dan bersikap. Tangannya mulai disembunyikan.

"Saya mencari dedaunan ini." Richard kemudian menyodorkan tangannya yang berisi selinting daun kering dengan kemasan perak yang khas. "Tampaknya Anda masih punya kemasan yang lebih baru. Mereknya, Consolas, bukan? Sama dengan nama saya. Sekarang, bisakah saya mendapatkan satu?"

Pemilik toko itu bergeming. Richard melanjutkan todongan kata-katanya.

"Dedaunan ini dikenal dengan cannabis. Di dunia Latin orang menyebutnya sebagai Marijuana. Ini memang banyak ditemukan di Sumatra, Persia sampai Afrika, Jake. Diperkiraan berasal dari 2.900 tahun sebelum Masehi di Cina, tumbuhan ini kemudian menyebar lewat perdagangan karena kepercayaan orang akan khasiatnya untuk penyembuhan dan pemulihan sifat tubuh. Sampai akhirnya pada 1799 tentara Napoleon membawanya dari Mesir ke Perancis. Bahkan George Washington pernah menanamnya sebagai hemp, tanaman obat di Mount Vernon Amerika. Dan kukira, ada banyak generasi sebelum kita yang akhirnya membawa benda-benda dari tumbuhan ini sampai ke tanah Inggris Raya. Kalangan dokter masih memperdebatkan apakah tanaman ini berkhasiat untuk tubuh atau tidak, meskipun dampak negatifnya lebih banyak membawa petaka. Nah, Tuan Morris, boleh saya tahu siapa penyuplai Anda untuk barang-barang ini?"

Richard mulai waspada, melihat pergerakan pemilik toko yang bergetar ketakutan. Jake sendiri yang mulai merasakan ada sesuatu yang berbahaya akan terjadi, ikut bersiap-siap, meminta anak kecil yang dibawanya untuk keluar dan menunggu di kuda. Richard melangkah tiga ke depan, dan dengan sekali gerakan berhasil menyergap Alex yang hendak berlari ke arah dinding dengan gantungan senapan laras sedang di belakang sana.

"Jake, tali!" Richard menyeru. Morris diikat dan diamankan, setelah berkomat-kamit dan dibuat diam dengan sekali hantaman tinju di depannya.

"Anda telah menyalurkan barang terlarang di tanah ini tanpa sepengetahuan pemerintah. Dan Anda memanfaatkan nama seseorang untuk melambungkan popularitas toko Anda. Dari mana Anda mendapatkan ide untuk menyematkan Consolas sebagai merek dagangan terlarang seperti itu? Anda telah membuat seseorang terbaring sakit, dan mungkin yang lainnya telah mati. Siapa sponsor Anda?" Richard memukul membabi buta, kemudian dilerai oleh Jake. Pedagang itu tidak bisa berkata apa-apa lagi.

Hening menyeruak setelah terdengar bunyi gelas pecah ke lantai. Richard baru saja ingin merapikan pakaiannya kembali ketika tiba-tiba mendengar pintu dibuka, dan seseorang memanggil namanya.

"Son," kata laki-laki tua di pintu toko itu. Jaketnya lusuh namun sikapnya masih memancarkan kebengisan. Di tangan kirinya tergenggam senapan angin panjang yang sangat terkenal. Sementara tangan kanannya membekap mulut seorang anak laki-laki yang meronta dan ketakutan. Anak yatim itu membuat Jake marah meski langkahnya tertahan.

Richard tertegun melihat sosok itu. "Ayah?"

----------------------------------------

Ilustrasi: gravelroots.net.

*

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun