Mohon tunggu...
Fandi Sido
Fandi Sido Mohon Tunggu... swasta/hobi -

Humaniora dan Fiksiana mestinya dua hal yang bergumul, bercinta, dan kawin. | @FandiSido

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Consolas

16 Oktober 2013   07:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:29 601
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Richard mengangguk dan mengiyakan.

"Akan tetapi Anda tentu akan berlari pulang jika mendengar Ayah Anda sedang sekarat dan mungkin karena sesuatu. Saya kira Anda bisa tahu perasasaan saya?"

Jake mengalihkan perhatiannya kepada sebuah foto di atas meja dekat situ, foto Richard dengan Consolas senior. Dengan pakaian ala pemburu lengkap dengan topi tabir surya dan senapan laras panjang. Potret ayah dan anak yang begitu akur, berkelas dan tidak nampak sama sekali celah kehidupan yang kurang berkesan. Richard berterima kasih untuk pujian itu dan meminta tamunya kemudian melanjutkan.

"Maka saya pulang hari itu juga," lanjut Jake.

"Di rumah, saya tidak banyak bertanya kepada Joyce, selain bagaimana kronologi sebelum ayah saya terkapar. Cerita-cerita justru lebih banyak saya dapatkan dari anak-anak yatim yang tinggal di bagian lain rumah. Biasanya mereka dikunci dan oleh perawat tidak diperbolehkan keluar saat ada pesta, karena itu tidak baik buat mereka. Akan tetapi menurut pengakuan beberapa yang menyelinap, mereka sempat melihat ayah saya merokok suatu bentuk gulungan lain. Antara campuran kertas, beberapa serat tumbuhan, dan dedaunan. Itu baru pertama kali saya temukan, dan langsung mencurigai dedaunan dan tumbuhan itu sebagai penyebab ayah saya seperti keracunan. Hal yang tidak pernah dilakukannya sebelumnya.

Saya pernah mendengar beberapa tumbuhan dari Sumatra, Semenanjung Persia bahkan Perancis serupa dengan dedaunan ini. Saya memerlukan bantuan Anda untuk memeriksa, sekaligus kalau bisa, menyembuhkan James. Reputasi Anda sebagai dokter sudah terdengar di mana-mana. Dan karena keramahan hati Anda pula, saya tidak punya banyak pertimbangan untuk langsung menemui Anda malam ini. Tuan."

Richard menangkap ketulusan di wajah Jake. Tamu itu mungkin hanya tiga-atau-empat tahun lebih muda dari dirinya, tetapi menunjukkan penghormatan yang cukup tinggi kepadanya. Mungkin karena ia melihat celana Richard yang mengkilap karena cahaya bulan, atau memang dia terbiasa menunduk-nunduk di depan orang. Yang jelas, Richard langsung tertarik dengan sikap laki-laki itu, juga niatannya. Ia kemudian meminta penjelasan lebih banyak, perkenalan yang lebih dekat dan terbuka, sebelum akhirnya memutuskan untuk membantu tamunya itu. Perbincangan kemudian lebih banyak berputar-putar tentang pesta, kehidupan gipsi dan sanjungan-sanjungan yang terbawa oleh kemabukan dan niat-niat tambahan.

Sekitar pukul delapan keesokan harinya, Richard Consolas menambatkan kekang kudanya di pinggir jalan Chisel tempat Rumah Yatim Myrtle Eggs berdiri. Bangunan itu masih menyisakan ciri rumahnya. Terbuat dari sebagian besar kayu dengan dua jendela besar di lantai duanya. Di lantai bawah, ada empat jendela yang disekat dengan kayu lapisan ek yang tua tapi tetap kokoh, meski tiga anak tangga di bagian depan serambi nampak sudah membengkok karena tekanan beribu-ribu kali. Halaman rumput dengan tatakan kecil tanaman anggur dan labu menambah ciri kalau tempat itu memang digunakan sebagai harapan hidup. Saat Richard baru turun dari kudanya, sebuah tasnya sudah disambut dan dibawa oleh dua orang anak kecil berbintik di wajahnya. Mereka semua menyapa dengan "Selamat datang, Tuan. Anda tiba di Myrtle's Eggs."

Di pintu Richard disambut oleh orang yang dikenalnya, tidak lain adalah Jake Pisthrow, yang kini sudah nampak lebih rapi dengan lengan panjang dan rompi, meski tetap mengenakan celana rumbai dan syal gipsi di lehernya. Satunya lagi adalah seorang perempuan paruh baya yang lebih senang menaruh dua tangan di pinggangnya, memperkenalkan diri sebagai Joyce James, sang istri. Hawa dingin merambat dari rerumputan, memaksa mereka segera masuk dan menutup pintu. Perapian dinyalakan. Sambil meminta anak-anak yang berkeliaran untuk lebih tenang dan atau mengerjakan pekerjaan mereka masing-masing, Jake kemudian menemani Joyce yang nampak kikuk di depan tamu barunya.

"Saya kira lebih baik kita langsung saja melihat keadaan Tuan Pisthrow?" saran Richard, yang ternyata dengan cepat disambut oleh kedua tuan rumahnya.

Lantai rumah itu berderit di sana-sini, yang membuat Richard yakin ia harus melangkah berhati-hati jika tidak ingin sepatunya amblas dan kakinya teriris retakan kayu. Aroma daun terbakar bercampur dengan teh bening yang menyeruap ke udara. Ruangan tempat James dirawat berada di sayap kanan rumah itu, langsung menghadap dengan sisi luar rumah yang dihiasi lahan sayur. Richard langsung meminta tasnya dan membongkar peralatan. Setelah melakukan pemeriksaan awal di bagian denyut nadi leher dan pergelangan tangan, ia menggunakan alat pengukur suhu yang sedari tadi ingin sekali ditarik dan dimainkan oleh satu-dua anak yatim itu. Kondisi awal pasien relatif normal, katanya kepada Joyce dan Jake, meminta mereka untuk selalu menyiapkan air dingin sebagai kompresan jika sewaktu-waktu pasien demam tinggi atau mengigau. Sosok yang terbaring itu nampak sangat tersiksa tubuhnya. Getaran terlihat di tangannya --entah secara sadar ataupun tidak. Matanya nampak lebih cekung dan hidungnya bergerak-gerak mencoba meraih celah udara yang serasa sempit. Jake menjelaskan bahwa ayahnya tidak punya kebiasaan lebih buruk selain minum alkohol. Hanya sesekali merokok, dan pernah ditegur untuk lebih banyak beristirahat di usianya yang memasuki senja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun