Well, untuk bagian ini sangat fleksibel dan tergantung sudut pandang kita masing-masing. Bisa saja 20% tanggung jawab pribadi terhadap tulisan ditambah 10% estetika penulisan. Atau, 15% tanggung jawab merespon komentar-komentar dan 15% tergantung pada keberuntungan dan mood. Semua bisa jadi variabel kan?
Intinya adalah, CJ tidak akan berjalan optimal kalau orang-orang yang hidup di dalam masyarakat tidak memikirkan inisiatif. Saya sering ketemu dengan puluhan orang yang menenteng kamera-kamera canggih mereka di sebuah taman atau plaza bangunan mewah, namun mereka gunakan hanya untuk berfoto ria, memiringkan kepala sedikit lalu menyentuh pipi dengan ujung jari telunjuk, tersenyum manis padahal lenscap-nya belum dibuka. Hal-hal seperti ini sungguh bikin saya sedih, satu sisi karena mereka belum memikirkan inisiatif dan hal-hal menarik dari wisata mereka, satu sisi lagi karena saya yang memikirkan insiatif, belum punya kamera! Duh... duh... duh...! Dunia memang adil.
Menjadi penggiat CJ memang seseorang harus berani dilihat "aneh", kadang. Karena masyarakat kita belum paham betul, maka kita-kita yang belajar menjadi inisiator-inisiator kemajuan laporan warga harus pasang muka tebal setiap kali menjadi orang yang membaca buku catatan sendiri atau mengetik sendiri di tengah kerumunan orang bercakap-cakap. Tapi kalau mau, tidak lama lagi CJ akan menjadi tren positif yang membuat banyak orang ngiri karena mereka akhirnya menyadari bahwa orang-orang yang berani berinisiatif, akan menciptakan perubahan yang lebih besar.
Salam CJ.
Malam semuanya. Nanti mau makan sahur apa nih? :D
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H