Mohon tunggu...
Fandi Sido
Fandi Sido Mohon Tunggu... swasta/hobi -

Humaniora dan Fiksiana mestinya dua hal yang bergumul, bercinta, dan kawin. | @FandiSido

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Botol Susu di Pinggir Jalan (1)

12 Juni 2010   17:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:35 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Merasa ada yang tidak beres, Nenek pengemis yang membawa bayi tersebut mengangkat kepalanya. Ia kaget bukan kepalang karena melihat kini di depan matanya mendekat sebuah mobil merah berukuran lebih besar dari mobil kota biasanya mendekat dalam kecepatan tinggi menuju tempatnya berdiri.

Dari arah mobil merah tadi klakson tak henti-hentinya bersuara bagaikan sengaja dipencet agar siapapun yang menghalangi jalannya segera menyingkir.

Sang nenek dengan sekuat tenaga berlari, berusaha mengejar dan pindah ke atas pembatas jalan yang berjarak tinggal 2 meter di depannya kini. Ia harus cepat, atau ia dan bayinya bisa celaka.

"Masya Allah....", nenek itu sontak berteriak.

Sementara itu orang-orang di pinggir jalan sudah ikut-ikutan berteriak spontan. Beberapa penjaga toko bahkan berteriak histeris tanda kekhawatiran akan terjadi sesuatu.

Dari salah satu sisi jalan ini nampak semuanya terasa lama dan berjalan lambat, hingga akhirnya mobil merah yang dari semping ternyata adalah sebuah mobil bak terbuka itu melewati lampu hijau dan memotong persimpangan mengarah ke timur.

Semua mata orang-orang di sekitar situ kini sontak kembali ke jalan yang baru saja dilalui mobil itu. Benar saja, di sana terbaring lemas seorang nenek tua di atas aspal yang basah. Ia tersambar mobil tadi.

Orang-orang di sekitar situ berlarian ke arah tempat nenek itu terbaring. Salah satu dari mereka berusaha mengalihkan alur kendaraan, sambil memberitahukan dengan singkat kejadian apa yang terjadi kepada beberapa pengendara yang bertanya. Sementara itu seorang berseragam polisi mendekat dari arah pos polisi di seberang jalan yang satunya. "Bak terbuka Mitsubishi merah, AB 2431 PE", ia kemudian berbicara dengan temannya di seberang jalan melalui walkie talkie setelah beberapa saat sebelumnya menengok ke arah belakang mobil merah tadi.

Dari seberang jalan kemudian terdengar suara sirine yang semakin nyaring. Nampak sebuah mobil polisi berwarna putih bergaris warna biru dan merah kini memasuki jalan lingkar mengikuti mobil pelaku itu.

Nenek pengemis tadi pingsan. Uang kertas seribuan terhambur di sampingnya ditemani beberapa koin logam berwarna perak. Sedangkan bayinya menangis tidak karuan. Sedikit lebam nampak di bagian kepala depan bayi itu. Botol susu itupun terjatuh entah kemana.

Hujan gerimis yang kembali mengguyur itu membasahi kain jarik bermotif batik yang sedari tadi menempel di tubuh nenek malang itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun