Saat ini, perundungan di tempat kerja bukanlah hal yang baru, tapi seharusnya juga tidak normal.Â
Di balik pintu-pintu kantor yang tampak profesional, sering kali ada budaya kerja toxic yang memperburuk kondisi mental karyawan.Â
Sayangnya, perundungan di tempat kerja kerap menjadi hal yang diabaikan perusahaan, padahal efeknya besar, baik bagi individu maupun perusahaan secara keseluruhan.
Mengapa Perundungan Terjadi?
Pertama, penting untuk memahami kenapa perundungan di tempat kerja bisa terjadi.Â
Sering kali, ini bermula dari sikap atasan atau rekan kerja yang lebih senior yang merasa berkuasa, sehingga menganggap tindakan negatif sebagai sesuatu yang lumrah.Â
Mereka merasa punya hak untuk mem-bully, mengkritik secara berlebihan, atau bahkan merendahkan orang lain karena merasa lebih hebat atau berpengalaman.Â
Pola pikir inilah yang bikin suasana kerja jadi enggak nyaman.
Selain itu, dalam budaya perusahaan yang toxic, sering kali tidak ada regulasi atau tindakan nyata untuk menangani perundungan.
Alhasil, karyawan merasa perundungan dianggap wajar atau, parahnya, "bagian dari pekerjaan".Â
Keadaan ini akhirnya membuat korban merasa sulit untuk melawan atau berbicara, karena mereka takut dianggap lemah atau bahkan takut kehilangan pekerjaan.
Dampak Negatif Perundungan di Tempat Kerja
Dampaknya, tentu aja, sangat berbahaya. Mental karyawan bisa terganggu karena terus-menerus ditekan.Â
Karyawan yang mengalami perundungan mungkin merasa cemas, stress, atau bahkan depresi.Â
Hal ini bisa menurunkan produktivitas mereka, karena karyawan yang tidak nyaman otomatis tidak akan bisa bekerja maksimal.
Selain itu, tingkat turnover alias karyawan resign juga meningkat.Â
Karyawan yang merasa di-bully cenderung mencari lingkungan kerja yang lebih sehat, sehingga mereka memutuskan keluar dari perusahaan tersebut.Â
Masalah ini tentu berdampak besar bagi perusahaan, terutama dalam hal biaya untuk rekrutmen dan pelatihan karyawan baru.
Cara Mengatasi Perundungan di Tempat Kerja
Agar perundungan di tempat kerja bisa diatasi, perusahaan harus mulai menciptakan budaya kerja yang positif.Â
Misalnya, perusahaan perlu menetapkan aturan yang jelas soal perundungan dan konsekuensinya, serta memberikan pelatihan untuk atasan atau pemimpin agar tahu bagaimana cara menangani konflik dengan baik.
Lebih dari itu, HR (Human Resources) juga harus punya peran aktif dalam memberikan ruang aman bagi karyawan untuk melapor tanpa takut akan adanya pembalasan.Â
Dengan memberikan rasa aman dan dukungan, karyawan yang jadi korban akan merasa dihargai dan didukung oleh perusahaan.
Menumbuhkan Empati dan Keterbukaan di Lingkungan Kerja
Perusahaan yang ingin memiliki budaya kerja sehat harus menumbuhkan empati di antara karyawan.Â
Empati dan komunikasi yang terbuka adalah kunci untuk mengurangi konflik dan perundungan.Â
Ketika setiap individu bisa memahami dan mendukung satu sama lain, maka perundungan akan jauh berkurang.
Di sisi lain, perusahaan harus mulai berpikir bahwa menjaga mental karyawan sama pentingnya dengan menjaga performa mereka.
Ketika perusahaan menciptakan kultur positif, dampaknya juga akan langsung terlihat pada performa karyawan, loyalitas, dan keberhasilan perusahaan itu sendiri.
Kesimpulan
Perundungan di tempat kerja adalah hasil dari kultur perusahaan yang toxic dan kurangnya regulasi yang jelas.Â
Tanpa perubahan yang nyata, perundungan akan terus menjadi masalah yang berdampak buruk bagi karyawan dan perusahaan.Â
Dengan menumbuhkan budaya kerja yang positif, empati, dan keterbukaan, perusahaan bisa menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan produktif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H