Berjumlah 10 episode, drama ini mengangkat beberapa kasus yang dilakukan oleh para remaja. Mulai dari pembunuhan, korban KDRT, pencurian, bullying, prostitusi anak, hingga kebocoran soal ujian.
Kasus yang diangkat menyadarkan kita tentang pentingnya tidak mengabaikan kenakalan remaja, sebab tindakan kriminal mereka akan berdampak pada masyarakat dan mengabaikannya bukanlah solusi.
Baca juga:Â Stop Berkata, "Namanya Juga Anak-Anak"
Remaja-remaja yang terlibat dalam kasus, mayoritas di antara mereka memiliki latar belakang keluarga yang kurang harmonis, sehingga memicu mereka melakukan tindak kriminal sebagai bentuk pelarian akan kurangnya perhatian dan kasih sayang dari orang tua maupun orang terdekat. Sebab, anak cenderung meniru perilaku orang tua maupun orang-orang di sekitarnya. Maka dari itu, peran keluarga sangatlah penting dalam membangun karakter baik buruknya seorang anak.
"Biasanya, awal kenakalan remaja adalah keluarga" - Shim Eun-seok.
Hukum yang Melindungi Remaja di Bawah Umur
Di drama ini, kita akan dibuat kesal dengan vonis hukum yang membatasi pidana terhadap remaja di bawah umur. Untuk beberapa kasus, rasanya sangat tidak masuk akal jika kejahatan yang mereka lakukan tidak mendapatkan hukuman yang setimpal hanya karena mereka masih di bawah umur, mengingat betapa besar kerugian yang dialami oleh korban-korbannya.
"Tetap saja, walau mereka masih di bawah umur, seseorang tewas dan satu keluarga hancur karenanya" - Shim Eun-seok.
Sosok Shim Eun-seok sangat berperan penting dalam drama ini. Sebagai seorang hakim, tugas dia tidak hanya membacakan vonis maupun tuntutan bagi pelaku, ia juga ingin memastikan bahwa pelaku tidak bisa meremehkan hukum.
Hal tersebut ia lakukan agar ketika mereka dewasa nanti, mereka tidak mengulangi perbuatan mereka. Walaupun nyatanya tidak semua hukuman yang diterima oleh para pelaku kriminal remaja membuat mereka jera.