Mohon tunggu...
Afriza Yohandi Putra
Afriza Yohandi Putra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

NIM : 43223110005 | Program Studi : Sarjana Akuntansi | Fakultas : Ekonomi dan Bisnis | Jurusan : Akuntansi | Universitas : Universitas Mercu Buana | Dosen : Prof. Dr. Apollo, M.Si., Ak.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Diskursus Sigmund Freud Dan Fenomena Kejahatan Korupsi Di Indonesia

23 November 2024   22:59 Diperbarui: 23 November 2024   22:59 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

2. Pengembangan Kesadaran Diri dan Pengendalian Diri

Program-program yang mengembangkan kesadaran diri dan pengendalian diri dapat membantu individu dalam mengelola dorongan id mereka. Teknik-teknik seperti pelatihan mindfulness dan manajemen stres dapat membantu individu untuk tetap tenang dan tidak tergoda untuk melakukan tindakan koruptif ketika menghadapi tekanan.

3. Meningkatkan Transparansi dan Akuntabilitas

Implementasi sistem yang transparan dan akuntabel dalam pengelolaan sumber daya publik dapat mengurangi peluang terjadinya korupsi. Teknologi seperti blockchain dan sistem e-governance dapat memainkan peran penting dalam menciptakan lingkungan yang tidak kondusif untuk korupsi.

4. Penegakan Hukum yang Konsisten dan Adil

Hukum harus ditegakkan secara konsisten tanpa pandang bulu. Pelaku korupsi harus diadili dengan adil dan diberikan hukuman yang setimpal untuk memberikan efek jera. Penguatan lembaga penegak hukum dan pengawasan internal dalam institusi pemerintah dan bisnis sangat penting untuk mencegah korupsi.

5. Perubahan Budaya dan Norma Sosial

Masyarakat perlu diajak untuk mengubah persepsi tentang korupsi dari sesuatu yang dapat diterima menjadi tindakan yang tidak dapat diterima. Kampanye kesadaran publik dan partisipasi aktif masyarakat dalam pengawasan pemerintahan dapat membantu menciptakan budaya yang menolak korupsi.

Kesimpulan

Fenomena korupsi di Indonesia merupakan masalah yang kompleks dan multifaset, yang dipengaruhi oleh faktor-faktor internal individu maupun faktor-faktor eksternal sosial dan budaya. Melalui perspektif teori Freud, kita dapat memahami bahwa korupsi tidak hanya merupakan hasil dari kesempatan atau tekanan eksternal, tetapi juga berasal dari dinamika internal kepribadian individu yang terlibat. Dominasi id, kelemahan superego, dan fungsi ego yang memadai memainkan peran penting dalam mendorong perilaku koruptif.

Untuk mengatasi korupsi secara efektif, diperlukan pendekatan yang holistik dan terintegrasi, yang mencakup pendidikan moral, penguatan institusi pengawasan, penegakan hukum yang adil, dan perubahan budaya sosial. Dengan memahami akar psikologis korupsi melalui teori Freud, kebijakan anti-korupsi dapat dirancang lebih efektif untuk mengatasi tidak hanya gejalanya, tetapi juga penyebab dasarnya. Upaya-upaya ini harus dilakukan secara konsisten dan berkelanjutan untuk menciptakan masyarakat Indonesia yang lebih adil, transparan, dan bebas dari korupsi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun