Mohon tunggu...
Afriza Yohandi Putra
Afriza Yohandi Putra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

NIM : 43223110005 | Program Studi : Sarjana Akuntansi | Fakultas : Ekonomi dan Bisnis | Jurusan : Akuntansi | Universitas : Universitas Mercu Buana | Dosen : Prof. Dr. Apollo, M.Si., Ak.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Diskursus Sigmund Freud Dan Fenomena Kejahatan Korupsi Di Indonesia

23 November 2024   22:59 Diperbarui: 23 November 2024   22:59 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendahuluan

Korupsi merupakan salah satu masalah sosial dan ekonomi yang paling kompleks dan merusak di Indonesia. Fenomena ini tidak hanya menghambat pertumbuhan ekonomi, tetapi juga merusak kepercayaan publik terhadap institusi pemerintahan dan menciptakan ketidakadilan sosial. Untuk memahami akar penyebab korupsi, berbagai pendekatan telah diusulkan, salah satunya adalah perspektif psikologi Sigmund Freud. Freud, seorang tokoh utama dalam psikologi, mengembangkan teori kepribadian yang terdiri dari tiga struktur utama: id, ego, dan superego. Teori ini dapat digunakan untuk menganalisis motivasi psikologis di balik perilaku koruptif, memberikan wawasan mendalam tentang faktor-faktor internal yang mendorong individu terlibat dalam kejahatan korupsi.

What (Apa Itu Korupsi dan Teori Freud?)

Korupsi adalah tindakan penyalahgunaan kekuasaan atau jabatan untuk kepentingan pribadi yang melanggar norma hukum, moral, atau etika. Definisi ini meliputi berbagai bentuk tindakan, seperti penyuapan, penggelapan dana, nepotisme, dan pemerasan. Secara legal, korupsi di Indonesia didefinisikan dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yang mencakup perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain yang merugikan keuangan negara.

Namun, korupsi bukan hanya masalah hukum. Fenomena ini mencerminkan dinamika yang lebih kompleks, termasuk sistem sosial, budaya, dan psikologi yang membentuk perilaku individu dan kolektif. Di Indonesia, korupsi telah menjadi bagian dari sistem yang sering disebut dengan istilah "korupsi yang sistemik," di mana praktik-praktik koruptif dianggap sebagai bagian dari mekanisme kerja yang normal dalam beberapa sektor.

Skala dan Jenis Korupsi di Indonesia

Indonesia menghadapi berbagai jenis korupsi yang terjadi di banyak level, baik di sektor publik maupun swasta. Berikut adalah beberapa bentuk korupsi yang umum ditemukan:

  1. Korupsi Politik

    • Penyalahgunaan kekuasaan oleh pejabat publik untuk keuntungan pribadi.
    • Contoh: Penggunaan dana kampanye secara ilegal atau praktik jual beli jabatan.
  2. Korupsi di Sektor Pemerintahan

    • Manipulasi pengadaan barang dan jasa, mark-up anggaran proyek, atau penggelapan dana publik.
    • Kasus e-KTP adalah contoh signifikan yang menunjukkan kerugian negara dalam jumlah besar akibat korupsi di level birokrasi.
  3. Korupsi di Sektor Swasta

    • Penyuapan untuk memenangkan tender proyek atau manipulasi laporan keuangan.
    • Contoh: Kolusi antara perusahaan swasta dan pejabat pemerintah untuk memenangkan kontrak tertentu.
  4. Korupsi di Tingkat Lokal

    • Praktik korupsi yang dilakukan oleh aparat daerah, termasuk kepala desa dan camat.
    • Contoh: Penyalahgunaan dana desa untuk kepentingan pribadi kepala desa.

Dampak Korupsi di Indonesia

Korupsi memiliki dampak luas yang tidak hanya memengaruhi stabilitas ekonomi, tetapi juga memperburuk ketidakadilan sosial dan merusak nilai-nilai moral dalam masyarakat. Berikut adalah beberapa dampak utama:

  1. Dampak Ekonomi

    • Menyebabkan kebocoran anggaran negara yang seharusnya digunakan untuk pembangunan infrastruktur, pendidikan, dan layanan publik.
    • Mengurangi kepercayaan investor, sehingga memperlambat pertumbuhan ekonomi.
  2. Dampak Politik

    • Menggerus kepercayaan publik terhadap pemerintah dan institusi negara.
    • Membuka ruang untuk ketidakstabilan politik akibat ketidakpuasan masyarakat terhadap pemerintahan yang tidak transparan.
  3. Dampak Sosial

    • Meningkatkan ketimpangan sosial karena dana publik yang seharusnya dinikmati oleh seluruh masyarakat hanya menguntungkan segelintir orang.
    • Merusak tatanan moral masyarakat dengan menciptakan persepsi bahwa korupsi adalah hal yang wajar.
  4. Dampak Psikologis

    • Korupsi tidak hanya melibatkan pelaku, tetapi juga memberikan tekanan emosional pada pihak yang menjadi korban. Ketidakadilan yang dirasakan oleh masyarakat sering kali menciptakan frustrasi kolektif.

Pandangan Sigmund Freud tentang Perilaku Koruptif

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun