3. Kritik Terhadap Moralitas Ekstrinsik
Dengan metafora cincin Gyges, Plato juga mengkritik moralitas yang bersifat ekstrinsik, yakni tindakan yang hanya dilakukan karena tekanan atau konsekuensi dari luar. Glaucon berargumen bahwa kebanyakan manusia hanya berbuat baik karena adanya ancaman hukuman atau pandangan sosial.Â
Kisah Gyges memperlihatkan bahwa jika seseorang tidak memiliki rasa takut terhadap hukuman atau penghakiman sosial, mereka mungkin akan berani melakukan tindakan-tindakan yang menguntungkan dirinya, bahkan jika tindakan itu tidak adil.
Dalam filsafat Plato, moralitas ekstrinsik dianggap kurang stabil dibandingkan moralitas intrinsik, yaitu moralitas yang dihayati karena diyakini sebagai nilai yang benar-benar berharga.Â
Dengan demikian, kisah Gyges menyoroti pentingnya memiliki nilai moral yang internal, yang tetap dijunjung tinggi meskipun tidak ada pengawasan atau ancaman hukuman. Plato melalui Socrates menekankan bahwa moralitas sejati adalah yang berasal dari dalam diri, dan bukan hanya sebagai respons terhadap tekanan eksternal.
4. Relevansi dalam Pembentukan Etika dan Hukum di Masyarakat
Metafora cincin Gyges penting sebagai dasar dalam pembentukan sistem hukum dan etika di masyarakat. Cerita ini mengilustrasikan bahwa jika individu tidak diawasi atau merasa bebas dari konsekuensi, maka kecenderungan untuk melanggar keadilan akan meningkat.Â
Oleh karena itu, sistem hukum modern menekankan pentingnya transparansi, pengawasan, dan akuntabilitas sebagai cara untuk mencegah penyalahgunaan kekuasaan. Dalam dunia modern, konsep ini menjadi dasar bagi banyak institusi, mulai dari peradilan hingga pemerintahan, di mana kekuasaan dibatasi oleh peraturan yang ketat untuk mencegah ketidakadilan.
Kisah ini mengajarkan bahwa keadilan dan moralitas perlu diperkuat dengan aturan dan sanksi, sehingga setiap individu merasa bertanggung jawab atas tindakannya, dan tidak ada yang merasa kebal hukum. Banyak negara modern telah menerapkan prinsip ini dalam bentuk sistem hukum dan aturan yang ketat, di mana transparansi dan akuntabilitas menjadi prinsip utama untuk mencegah munculnya penyalahgunaan kekuasaan.
5. Pembelajaran tentang Kehidupan yang Berkesadaran
Plato melalui kisah ini mendorong pembaca untuk menjalani kehidupan yang berkesadaran, yaitu kehidupan yang dipandu oleh nilai-nilai moral yang dihayati secara mendalam. Menurut pandangan ini, seseorang harus bertindak adil bukan karena takut pada konsekuensi, tetapi karena meyakini bahwa keadilan itu sendiri adalah kebajikan tertinggi.Â