Mohon tunggu...
Afriza Yohandi Putra
Afriza Yohandi Putra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

NIM : 43223110005 | Program Studi : Sarjana Akuntansi | Fakultas : Ekonomi dan Bisnis | Jurusan : Akuntansi | Universitas : Universitas Mercu Buana | Dosen : Prof. Dr. Apollo, M.Si., Ak.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Rudolf Steiner Mengembangkan Potensi Diri melalui Holistci Education

1 Oktober 2024   21:25 Diperbarui: 1 Oktober 2024   22:11 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Steiner menawarkan satu gagasan yang disebut Anthroposofi . Berasal dari kata Yunani antropo (manusia) dan sophia (kebijaksanaan), berarti kajian tentang manusia dalam aspek dan levelnya kebijaksanaannya, meyakini adanya dunia spiritual yang dapat dipahami oleh intelek manusia dan dapat diakses oleh manusia melalui pengalaman hidup batiniahnya. 

Meskipun alatnya tidak sama persis dengan alat pengembangan sains modern. Antithesis modern yang dikenal sebagai anthroposentis berpusat pada manusia humanisme. Tapi menurut Steiner manusia modern melihat intelektualitas hanya dari akal dan panca indera, padahal ada alat-alat yang lain tidak dipakai seperti intuisi, naluri, insting, imajinasi, yang di dunia modern tidak terlalu diperhitungkan.

 

Gagasan utama Anthroposofi ada empat. Yang pertama adalah Spiritual knowledge dan freedom. Kebebasan ini bukan 'kebebasan untuk melakukan apa', tapi titik tekannya adalah lebih 'kebebasan dari apa'. Seringnya orang membahas kebebasan selalu tentang kebebasan untuk melakukan apa. Sementara jawaban atas kebebasan dari apa lebih rumit. Termasuk jawaban atas pertanyaan apakah dunia spiritual itu bebas dari diri manusia itu sendiri, dari pikiran-pikirannya sendiri.

 

Yang kedua dan ketiga adalah Nature of Human Being dan Evolution -Emanation. Kenapa manusia dengan yang alam dan lainnya disebut satu? Karna menurut Steiner mereka adalah pancaran, karena manusia dan semesta muncul dari dzat yang satu dan sama. 

Jika ditarik lagi ke atas manusia semuanya berasal dari Pencipta, muncul dariNya dan akan kembali lagi kepadaNya, inilah gagasan evolution-emanation. Hampir semua filosof peripatetik menyebutkan bahwa alam itu diciptakan secara emanasi. Evolution-emanation kurang lebih berarti perjalanan perubahan manusia dimulai dengan Pencipta memancarkan ciptaanNya hingga terciptalah manusia, dan diakhiri dengan puncak evolusi; kembalinya manusia kepada Pencipta. 

Dan satu-satunya jalur untuk menempuh perubahan itu adalah Ethic yang sekaligus juga merupakan gagasan keempat. Menurut Steiner Etika di sini adalah tata laku batin, yang mungkin dalam Islam berpadanan dengan akhlak. Tata laku batin dan rohani perlu diatur dan ditata hingga sanggup berevolusi menuju kesempurnaan.

 

WHAT 

 

modul prof apollo
modul prof apollo

Kata "holistik (holistic) berasal dari kata "holisme (holism). Kata "holisme pertama kali digunakan oleh J.C. Smuts pada tahun 1926 dalam tulisannya yang berjudul Holism and Evolution, bahwa asal kata "holisme" diambil dari bahasa Yunani, holos, yang berarti semua atau keseluruhan. Smuts mendefinisikan holisme sebagai sebuah kecenderungan alam untuk membentuk sesuatu yang utuh sehingga sesuatu tersebut lebih besar daripada sekedar gabungan-gabungan bagian hasil evolusi (Nobira: 2012).

 

Pembelajaran holistic adalah turunan dari konsep pembelajaran holistik (holistic learning) yang merupakan suatu filsafat Pendidikan yang berangkat dari pemikiran bahwa pada dasarnya seorang individu dapat menemukan identitas, makna dan tujuan hidup melalui hubungannya dengan masyarakat, lingkungan alam, dan nilai-nilai spiritual.

 

Pendidikan holistik adalah pendekatan yang bertujuan untuk membina seluruh individu, yang mencakup aspek emosional, fisik, sosial, kognitif, dan spiritual dalam kehidupan siswa. Alih-alih hanya berfokus pada pencapaian akademis, pendekatan ini memprioritaskan pengembangan kesadaran diri, nilai-nilai, dan kesejahteraan emosional siswa.

 

Prinsip-Prinsip Dasar Pendidikan Holistik

 

  1. Keterhubungan: Pendidikan holistik memandang bahwa semua aspek kehidupan saling terkait. Pembelajaran tidak terpisah dari pengalaman sehari-hari dan lingkungan sosial siswa.
  2. Pengembangan Kreativitas: Steiner menekankan pentingnya seni dan kreativitas dalam pembelajaran. Aktivitas artistik seperti menggambar, musik, dan drama menjadi bagian integral dari kurikulum.
  3. Pembelajaran Melalui Pengalaman: Anak-anak belajar paling baik melalui pengalaman langsung. Oleh karena itu, pendidikan holistik sering melibatkan kegiatan praktis dan eksperimen.
  4. Perhatian pada Tahapan Perkembangan Anak: Steiner mengembangkan kurikulum berdasarkan tahapan perkembangan anak. Setiap fase memiliki pendekatan dan metode pengajaran yang berbeda untuk memenuhi kebutuhan perkembangan anak.
  5. Pendidikan Berbasis Nilai: Pendidikan holistik tidak hanya mengajarkan pengetahuan tetapi juga nilai-nilai moral dan etika. Ini membantu siswa membangun karakter yang kuat.

 

WHY

Pengembangan potensi diri melalui pendidikan holistik sangat penting dalam membentuk individu yang utuh dan seimbang. Sistem pendidikan yang hanya berfokus pada hasil akademis dan prestasi intelektual sering kali mengabaikan aspek-aspek lain dari perkembangan manusia, seperti kemampuan sosial, emosional, dan spiritual. 

Hal ini dapat menyebabkan individu tumbuh menjadi orang yang pintar secara intelektual, namun kurang mampu memahami dirinya sendiri dan lingkungan sosialnya, serta kesulitan dalam mengelola emosi.

 

Steiner percaya bahwa setiap individu memiliki potensi diri yang unik, yang hanya dapat berkembang secara optimal jika diberi kesempatan untuk mengintegrasikan seluruh aspek dirinya. Dalam pendidikan holistik, anak-anak diajak untuk menemukan dan mengembangkan bakat serta minat mereka melalui eksplorasi yang bebas dan kreatif. 

Selain itu, pendidikan ini juga memberikan ruang bagi anak untuk mengalami kegagalan dan kesuksesan dengan cara yang sehat, sehingga mereka mampu mengembangkan ketahanan emosional dan mental yang baik.

 

Salah satu alasan utama mengapa pendidikan holistik dapat membantu dalam pengembangan potensi diri adalah karena pendekatan ini menghargai ritme dan proses alami perkembangan manusia. Dalam pendidikan Waldorf, misalnya, setiap tahap perkembangan anak dianggap memiliki karakteristik yang berbeda dan memerlukan pendekatan yang berbeda pula. 

Steiner membagi perkembangan manusia ke dalam tiga fase utama: dari kelahiran hingga usia 7 tahun, 7 hingga 14 tahun, dan 14 hingga 21 tahun. Setiap fase ini melibatkan perubahan signifikan dalam fisik, mental, dan emosional anak, yang semuanya perlu ditangani dengan metode pendidikan yang sesuai.

 

Holistic education adalah pendekatan pendidikan yang bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi individu, mencakup aspek intelektual, moral, kreativitas, sosial, dan spiritual. Konsep ini berfokus pada pembentukan manusia yang utuh dan seimbang, dengan tujuan akhir membentuk individu yang mampu mengembangkan semua potensi yang ada pada dirinya. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai holistic education dalam konteks pengembangan potensi diri.

 

1. Mengembangkan Potensi Intelektual

Pendidikan holistik mendorong siswa untuk berpikir kritis dan analitis. Dengan memberikan konten yang sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif mereka, siswa dapat memahami materi secara mendalam dan mengaitkannya dengan pengalaman hidup mereka. Ini membantu mereka tidak hanya dalam penguasaan akademis tetapi juga dalam kemampuan berpikir kreatif.

 

2. Mengembangkan Potensi Moral

Aspek moral dalam pendidikan holistik sangat penting. Siswa diajarkan nilai-nilai etika dan tanggung jawab sosial, sehingga mereka dapat menjadi individu yang berintegritas dan peduli terhadap lingkungan sekitar. Pendidikan moral ini membantu membentuk karakter siswa dan menyiapkan mereka untuk menghadapi tantangan kehidupan.

 

3. Mendorong Kreativitas

Holistic education memberikan ruang bagi siswa untuk mengekspresikan diri melalui seni dan kreativitas. Dengan melibatkan kegiatan artistik dalam kurikulum, siswa dapat mengembangkan imajinasi dan kemampuan inovatif mereka. Hal ini tidak hanya meningkatkan keterampilan kreatif tetapi juga membantu mereka menemukan cara baru untuk memecahkan masalah.

 

4. Mengembangkan Keterampilan Sosial

Pendidikan holistik menekankan pentingnya keterampilan sosial. Siswa dilatih untuk bekerja sama, berkomunikasi secara efektif, dan menghargai perbedaan antar individu. Melalui proyek kelompok dan kegiatan kolaboratif, siswa belajar bagaimana membangun hubungan yang sehat dengan orang lain.

 

5. Memperkuat Hubungan dengan Alam

Pendidikan holistik juga memperhatikan hubungan manusia dengan alam. Siswa diajarkan untuk menghargai lingkungan dan memahami pentingnya keberlanjutan ekosistem. Melalui kegiatan luar ruangan dan proyek lingkungan, mereka belajar tentang tanggung jawab ekologis dan bagaimana tindakan mereka dapat mempengaruhi dunia di sekitar mereka.

 

HOW

 

 

modul prof apollo
modul prof apollo
modul prof apollo
modul prof apollo

Holistic education adalah pendekatan belajar yang menyeluruh, berfokus pada pengembangan keseluruhan individu, termasuk aspek fisik, emosional, sosial, dan spiritual. Berikut adalah penjelasan tentang bagaimana holistic education mengembangkan potensi diri melalui berbagai aspek:

 

1. Pembelajaran agar Peserta Didik Menyadari Keunikan Diri dengan Semua Potensinya

Holistic education memperhatikan pentingnya mengenali dan mengembangkan potensi individu secara menyeluruh. Anak-anak diajarkan untuk mengerti dan menghadapi perasaan mereka dengan cara yang sehat, sehingga mereka dapat berinteraksi dengan lebih baik dan mengembangkan hubungan yang lebih harmonis dengan orang lain. Dengan demikian, mereka dapat menyadari keunikan diri mereka dan mengembangkan semua potensi yang dimiliki.

 

2. Pembelajaran agar Peserta Didik Dapat Berpikir Analitis/Linier dan Insitusif

Pendidikan holistik tidak hanya berfokus pada pengembangan kognitif, tetapi juga pada pengembangan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Anak-anak diajarkan untuk berpikir analitis dan linier melalui proyek-proyek yang membutuhkan analisis dan penyelesaian masalah. Selain itu, mereka juga diajarkan untuk berpikir insitusif melalui kegiatan eksperimental dan berbasis proyek, yang membantu mereka mengembangkan kemampuan berpikir kreatif dan inovatif.

 

3. Pembelajaran agar Peserta Didik Dapat Menumbuhkan Multiple Intelligence

Holistic education mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu untuk mengembangkan multiple intelligence. Anak-anak diajarkan melalui kurikulum yang mencakup seni, olahraga, dan pembelajaran berbasis proyek. Hal ini membantu mereka mengembangkan berbagai jenis inteligensi, seperti inteligensi spasial, linguistik, logis-matematis, kinestetik, interpersonal, intrapersonal, dan naturalis.

 

4. Pembelajaran agar Peserta Didik sebagai Manusia Sosial, Berbudaya, Kerjasama, dan Hub Sama Manusia

Pendidikan holistik sangat menekankan pentingnya mengembangkan keterampilan sosial. Anak-anak diajari keterampilan seperti bekerja sama, berkomunikasi efektif, dan menghargai perbedaan. Mereka juga diajarkan untuk mengembangkan hubungan yang harmonis dengan orang lain melalui kegiatan kelompok dan proyek komunitas. Hal ini membantu mereka menjadi individu yang dapat berinteraksi dengan baik dalam berbagai situasi sosial dan berkontribusi pada masyarakat.

 

5. Pembelajaran agar Peserta Didik Hubungan Manusia dengan Alam (Ekologis)

Holistic education juga memperhatikan pentingnya hubungan manusia dengan alam. Anak-anak diajarkan untuk mengerti dan menghargai lingkungan sekitar melalui kegiatan ekologi dan lingkungan. Mereka belajar tentang pentingnya menjaga keseimbangan alam dan berkontribusi pada keberlanjutan lingkungan. Hal ini membantu mereka mengembangkan kesadaran ekologis dan menjadi individu yang bertanggung jawab terhadap lingkungan.

 

 

Daftar Pustaka

 

Nurcholis, A. (2021, December). Holistic Educational Philosophy Ideas in Waldorf Education by. 16. doi:https://doi.org/10.21111/at-tadib.v16i2.6918

 

PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN. (n.d.). Retrieved from https://samsusmpn215.wordpress.com/wp-content/uploads/2019/07/6.-prinsip-prinsip-pembelajaran-holistik-kontekstual-dan-futuristik.pdf

 

Mutiara Hikmah (2021). "Peran Sekolah Dalam Membangun Pendidikan Holistik."

 

Budi Santoso (2023). "Pengaruh Pendidikan Holistik terhadap Perkembangan Karakter Siswa." Jurnal Pendidikan Karakter.

 

Siti Aisyah (2023). "Pendidikan Holistik: Konsep dan Implementasinya di Sekolah." Jurnal Pendidikan Holistik.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun