Mohon tunggu...
Afriza Yohandi Putra
Afriza Yohandi Putra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

NIM : 43223110005 | Program Studi : Sarjana Akuntansi | Fakultas : Ekonomi dan Bisnis | Jurusan : Akuntansi | Universitas : Universitas Mercu Buana | Dosen : Prof. Dr. Apollo, M.Si., Ak.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Rudolf Steiner Mengembangkan Potensi Diri melalui Holistci Education

1 Oktober 2024   21:25 Diperbarui: 1 Oktober 2024   22:11 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

modul prof apollo
modul prof apollo

Kata "holistik (holistic) berasal dari kata "holisme (holism). Kata "holisme pertama kali digunakan oleh J.C. Smuts pada tahun 1926 dalam tulisannya yang berjudul Holism and Evolution, bahwa asal kata "holisme" diambil dari bahasa Yunani, holos, yang berarti semua atau keseluruhan. Smuts mendefinisikan holisme sebagai sebuah kecenderungan alam untuk membentuk sesuatu yang utuh sehingga sesuatu tersebut lebih besar daripada sekedar gabungan-gabungan bagian hasil evolusi (Nobira: 2012).

 

Pembelajaran holistic adalah turunan dari konsep pembelajaran holistik (holistic learning) yang merupakan suatu filsafat Pendidikan yang berangkat dari pemikiran bahwa pada dasarnya seorang individu dapat menemukan identitas, makna dan tujuan hidup melalui hubungannya dengan masyarakat, lingkungan alam, dan nilai-nilai spiritual.

 

Pendidikan holistik adalah pendekatan yang bertujuan untuk membina seluruh individu, yang mencakup aspek emosional, fisik, sosial, kognitif, dan spiritual dalam kehidupan siswa. Alih-alih hanya berfokus pada pencapaian akademis, pendekatan ini memprioritaskan pengembangan kesadaran diri, nilai-nilai, dan kesejahteraan emosional siswa.

 

Prinsip-Prinsip Dasar Pendidikan Holistik

 

  1. Keterhubungan: Pendidikan holistik memandang bahwa semua aspek kehidupan saling terkait. Pembelajaran tidak terpisah dari pengalaman sehari-hari dan lingkungan sosial siswa.
  2. Pengembangan Kreativitas: Steiner menekankan pentingnya seni dan kreativitas dalam pembelajaran. Aktivitas artistik seperti menggambar, musik, dan drama menjadi bagian integral dari kurikulum.
  3. Pembelajaran Melalui Pengalaman: Anak-anak belajar paling baik melalui pengalaman langsung. Oleh karena itu, pendidikan holistik sering melibatkan kegiatan praktis dan eksperimen.
  4. Perhatian pada Tahapan Perkembangan Anak: Steiner mengembangkan kurikulum berdasarkan tahapan perkembangan anak. Setiap fase memiliki pendekatan dan metode pengajaran yang berbeda untuk memenuhi kebutuhan perkembangan anak.
  5. Pendidikan Berbasis Nilai: Pendidikan holistik tidak hanya mengajarkan pengetahuan tetapi juga nilai-nilai moral dan etika. Ini membantu siswa membangun karakter yang kuat.

 

WHY

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun