Mohon tunggu...
Afriza Rakka Putra
Afriza Rakka Putra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Halo Rakka disini, saya cuma mau menyampaikan rasa terimakasih saya yang sebesar-besarnya karena sudah mau mengunjungi blog saya semoga bermanfaat udah itu saja dari saya karena saya aslinya introvert jadi gabisa panjang lebar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Memahami Etika Berbangsa dan Bernegara: Perspektif dari Prinsip-Prinsip Islam

31 Desember 2023   09:00 Diperbarui: 31 Desember 2023   09:15 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

   

            Secara etimologi kata “etika” berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu ethos dan ethikos. Ethos berati sifat, watak, kebiasaan, tempat yang biasa. Ethikos berarti susila, keadaban, kelakuan, dan perbuatan yang baik. Istilah lainnya yang memiliki makna hampir sama dengan etika adalah moral. Moral berasal dari kata Latin : mos (bentuk tunggal), atau mores (bentuk jamak) yang berarti adat istiadat, kebiasaan, kelakuan, watak, tabiat, akhlak, cara hidup.

            Secara terminologis etika adalah ilmu tentang baik buruknya suatu perbuatan manusia atau dalam kata lain etika digunakan untuk meninjau perbuatan manusia dari sisi keilmuan. Dalam filsafat, etika disebut sebagai filsafat moral, yakni studi yang sistematik tentang sifat dasar dari berbagai konsep nilai baik dan buruk. Etika juga sering diartikan sebagaiaturan yang tidak tertulis diaman setiap orang diharapkan untuk mematuhinya.

            Dalam Bahasa Inggris, istilah bangsa dikenal dengan nama “nation” yang memiliki dua pengertian, yakni pengertian antropologis-sosiologis dan politis. Dalam pengertian antropologis dan sosiologis, bangsa adalah suatu masyarakat yang merupakan suatu persekutuan hidup yang berdiri sendiri dan masing-masing merasa satu kesatuan ras, bahasa, agama, sejarah dan istiadat. Adapun yang dimaksud bangsa dalam pengertian politik adalah masyarakat dalam suatu daerah yang sama dan mereka tunduk kepada kedaulatan negaranya sebagai suatu kekuasaan tertinggi ke dalam dan ke dalam. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa bangsa adalah sekumpulan manusia yang memiliki kesamaan sejarah, asal keturunan, agama, adat istiadat, bahasa dan lain sebagainya yang hidup dalam suatu wilayah tertentu dan dalam jangka waktu tertentu.

            Istilah negara atau “state” berasal dari Bahasa Latin “status” atau “statum” yang berarti menempatkan dalam keadaan berdiri, membuat berdiri, dan menempatkan. Kata status sendiri dalam Bahasa Latin klasik berarti sesuatu yang memiliki sifat-sifat tegak dan tetap. Sedangkan menurut para ahli seperti yang diungkapkan oleh George Jellinek, negara adalah organisasi kekuasaan yang dari sekelompok manusia yang mendiami wilayah tertentu. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa etika berbangsa dan bernegara adalah suatu aturan yang merupakan keharusan bagi seorang warga negara dalam menjalankan aktivitasnya dalam berbangsa dan bernegara.

            Sudah menjadi kodrat manusia bahwa manusia memang ditakdirkan oleh Allah Swt berbangsa-bangsa dan bersuku-suku dengan tujuan agara bisa saling mengenal sebagaimana yang telah disebutkan di dalam Al-Qur’an surat Al-hujurat ayat 13:

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْاۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ

Artinya :

“Wahai manusia!Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal.Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.” (Q.S Al-Hujurat :13)

            Tentu saja tugas manusia tidak berhenti di saling tapi juga saling memberi manfaat. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Quraish Shihab ketika menjelaskan ayat tersebut bahwa semakin kuat sikap pengenalan satu pihak kepada selainnya, semakin terbuka peluang untuk saling memberi manfaat. Karena itu ayat di atas menekankan perlunya saling mengenal. Apalah arti perkenalan jikalau tidak saling memberikan manfaat. Oleh karena itu dalam Islam manusia terbaik adalah manusia yang memberikan manfaat untuk orang lain sebagaimana hadits Nabi Saw:

خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun