Mohon tunggu...
Afrizal Septian Agung Pratama
Afrizal Septian Agung Pratama Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Merkantilisme dalam Perdagangan Internasional: Studi Kasus Penggunaan Nikel Indonesia dalam Pembuatan Mobil Listrik Tiongkok

7 Maret 2024   21:23 Diperbarui: 7 Maret 2024   21:43 819
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

6. Penggunaan Proteksi, meningkatkan dan mempertahankan surplus perdagangan, salah satu caranya adalah melakukan kebijakan tarif terhadap barang impor.

Ide Dasar Merkantilisme 

            Dalam sebuah ide dasar Merkantilisme, sebuah negara dalam meningkatkan pendapatannya dengan menggunakan kelebihan koloni, yang memiliki bahan mentah yang kemudian dapat mereka olah. Pada awalnya negara ibu (negara yang memiliki kekuasaan diatas negara koloni) membangun kesepakatan berupa kerjasama dengan koloni, kemudian melakukan kontrol dan membuat regulasi perdagangan, negara koloni melakukan ekspor ke negara ibu, negara ibu mengolah bahan mentah menjadi bahan siap pakai yang dijual pada negara koloni.

ruangguru.com
ruangguru.com

            Sistem tersebut tentu lebih menghasilkan keuntungan pada negara ibu, dikarenakan bahan mentah yang dibeli murah dari negara koloni kemudian diolah menjadi barang siap pakai yang lebih bernilai dan menjualnya kepada koloni, secara otomatis akan terjadi ketimpangan, dan negara koloni akan merasa dirugikan. Hal ini merupakan dampak negatif dari adanya merkantilisme, adanya negara yang dirugikan.

Contoh Kasus Merkantilisme di Indonesia

            Sistem Merkantilisme di Indonesia berlaku pada kebutuhan ekonomi masyarakat, barang yang dipakai oleh masyarakat Indonesia tidak seluruhnya merupakan produksi dalam negeri, namun bahan baku dasar berasal dari Indonesia, dalam kasus kali penulis mengambil contoh beredarnya mobil listrik asal Tiongkok secara pesat di Indonesia sebagai fenomena merkantilisme.

            Mobil Listrik saat ini cukup digemari oleh masyarakat Indonesia, keberadaan mobil listrik di Indonesia kian tahun kian meningkat, selama periode Januari hingga Agustus 2023 penjualan whosales mobil listrik mencapai 8,2 ribu unit, angka tersebut lebih tinggi 5 kali lipat dibandingkan penjualan mobil listrik Januari hingga Agustus pada tahun 2022 yakni sebanyak 1,6 ribu unit. Mobil listrik digemari karena perawatan yang lebih mudah dari mobil konvensional dan biaya operasional yang lebih rendah daripada mobil bahan bakar fosil. Dari meningkatkatnya permintaan akan mobil listrik membuat pabrikan mobil listrik dunia berlomba-lomba memasukkan line-up mobil listrik mereka ke Indonesia, tak terkecuali Tiongkok. Brand mobil Tiongkok yang memiliki line-up mobil listrik seperti Wuling, BYD, Chery telah menjajaki pasar Indonesia dan mendapat respon yang baik dari konsumen.

            Namun dalam hal ini permasalahan yang terjadi adalah Indonesia merupakan negara dengan status sebagai koloni, melihat Indonesia sebagai konsumen Tiongkok terhadap mobil listrik yang disokong oleh baterai yang merupakan komponen utama mobil listrik, dan bahan baku dasar baterai adalah nikel.

            Indonesia merupakan salah satu negara dengan penghasil barang tambang salah satu yang terbesar di dunia, salah satu komoditi andalan Indonesia adalah nikel, Indonesia merupakan negara dengan penghasil nikel terbesar di dunia, berdasarkan data laporan Badan Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) pada tahun 2022, Indonesia menempati posisi pertama dengan produksi sebanyak 1,6 juta metrik ton, dengan itu Indonesia menyumbang 48,48% dari total produksi global, diperkirakan cadangan nikel Indonesia pada tahun 2022 mencapai 21 juta metrik ton. Selain melakukan kegiatan produksi Indonesia juga melakukan ekspor terhadap nikel, salah satu negara dengan tingkat impor nikel Indonesia paling tinggi adalah Tiongkok, berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) dilaporkan sepanjang tahun 2022, Indonesia melakukan ekspor nikel ke Tiongkok sebanyak 661,7 ribu ton dari total keseluruhan ekspor nikel Indonesia pada tahun 2022 sebesar 777,4 ribu ton.

            Tiongkok mengimpor nikel Indonesia tentu sebagai keperluan bahan baku siap pakai yang nanti akan disalurkan ke perusahaan pengolah kemudian di distribusikan dan dinikmati oleh konsumen, selain itu Tiongkok tentu melakukan ekspor terhadap barang barang siap pakai tersebut ke negara-negara lain termasuk Indonesia, salah satunya mobil listrik, mobil listrik menggunakan baterai yang terbuat dari nikel        yang bisa saja merupakan nikel milik Indonesia yang diproses sebagai baterai mobil listrik. Mobil listrik yang telah jadi kemudian akan di ekspor menuju negara lain termasuk Indonesia, mobil listrik kemudian dijual dengan harga yang lebih tinggi dari harga nikel mentah yang di ekspor oleh Indonesia. Terlihat pula saat ini bahwa pabrikan mobil Tiongkok turut melakukan investasi dengan membangun pabrik mobil listrik di Indonesia dan melakukan perakitan mobil listrik mereka di Indonesia, seperti Wuling yang telah membangun pabrik mobil listrik kemudian akan disusul oleh BYD. Tujuan dibangunnya pabrik dan merakit mobil mereka di Indonesia adalah "mengejar" insentif pajak yang diberikan oleh pemerintah Indonesia terhadap mobil rakitan lokal, sehingga dapat menekan harga lebih murah dan pada akhirnya berdampak meningkatnya angka penjualan mobil listrik di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun