A.Sejarah
Partai Buruh didirikan pada 28 Agustus 1998 setelah terjadinya reformasi di Indonesia. Awalnya partai ini bernama Partai Buruh Nasional yang dipimpin oleh Muchtar Pakpahan.
Lahir kembalinya Partai Buruh ini didukung oleh beberapa serikat buruh seperti KSPI, FSPMI, KSPSI, SPI, KPBI, FSP KEP, FSP Farkes Reformasi, FPTHSI, dan GPI. Partai ini bermaksud untuk mewujudkan negara kesejahteraan melalui 13 platform perjuangan antara lain kedaulatan rakyat, lapangan kerja, pemberantasan korupsi, jaminan sosial, dan keadilan sosial.
Partai Buruh muncul kembali karena penolakan terhadap UU Cipta Kerja 2020 yang dinilai akan membahayakan para pekerja. Hal ini terlihat dari aksi unjuk rasa dengan isu-isu seperti penolakan kenaikan BBM, penolakan UU Cipta Kerja, kenaikan upah minimum, reformasi agraria, dan disahkannya RUU Pekerja Rumah Tangga.
Partai Buruh membangun perbedaan dengan menyatakan dirinya mewakili kelas pekerja, sedangkan pemerintah dan partai-partai lain dianggap mewakili kelas pemodal dan kelas agama. Partai ini juga menganggap dirinya sebagai partai politik yang benar-benar memperjuangkan keadilan sosial dan mewujudkan negara kesejahteraan. Dengan demikian, Partai Buruh mengklaim dirinya sebagai wakil dari rakyatIndonesia.
B.Kelemahan Partai Buruh
Partai Buruh berusaha membangun konstituen dan meningkatkan popularitasnya di tengah situasi politik pasca Orde Baru di Indonesia. Pada saat itu, masyarakat bersifat pragmatis dalam berpolitik akibat deideologisasi yang terjadi selama Orde Baru.
Partai-partai politik sebelumnya lebih mengutamakan kepentingan kelas borjuis dengan mengedepankan modal sebagai faktor utama. Sementara Partai Buruh hadir untuk mewakili aspirasi kelas pekerja.
Dalam upaya meningkatkan pengenalan masyarakat, Partai Buruh memfokuskan pada program advokasi untuk masyarakat yang membutuhkan. Akan tetapi popularitas Partai Buruh masih rendah, yakni sekitar 30% dalam kurun waktu 4 bulan menurut survei Kompas.
Hal ini disebabkan karena Partai Buruh sibuk melakukan verifikasi anggota dan kekurangan dana untuk sosialisasi lewat spanduk atau baliho. Sosialisasi ke 204 juta DPT yang tersebar di seluruh Indonesia juga menjadi tantangan tersendiri.
Hingga pemilu, hanya sekitar 40% masyarakat yang mengenal Partai Buruh. Rendahnya kesadaran politik dan ideologi kelas pekerja juga memperlemah dukungan. Atas kekalahannya, Partai Buruh menganggap ini bukan hanya kekalahan partai tapi kelas pekerja dalam melawan kelas borjuis. Dengan kata lain, perjuangan masih panjang untuk mewujudkan partai yang sesungguhnya mewakili aspirasi kelas pekerja.
C.Faktor Internal dan Eksternal yang Melatarbelakangi Partai Buruh Lemah
Partai Buruh merupakan partai politik baru di Sulawesi Selatan yang berfokus pada perjuangan hak-hak buruh dan pekerja. Namun demikian, dalam proses pelembagaannya Partai Buruh menghadapi berbagai kendala. Berdasarkan wawancara dengan salah satu pengurus partai, diketahui adanya faktor-faktor intern dan ekstern yang mempengaruhi kelemahan partai ini.
Secara internal, masalah keuangan menjadi kendala utama. Keterbatasan dana menghambat kegiatan kampanye guna meraih dukungan pemilih. Disusul rendahnya tingkat popularitas akibat kurangnya eksposur dan keterbatasan kampanye. Proses verifikasi juga menyita waktu dan sumber daya partai. Di samping itu, lemahnya kesadaran politik dan ideologi di kalangan basis pendukungnya yakni buruh juga menjadi masalah.
Adapun faktor eksternalnya antara lain situasi politik pasca Orde Baru yang cenderung pragmatis. Persaingan dengan partai-partai besar yang sering bersumber dana dari donasi juga mempersulit. Luasnya wilayah dan jumlah pemilih Indonesia menjadi tantangan tersendiri bagi sosialisasi partai ini.
Akibat berbagai kendala tersebut, Partai Buruh kesulitan membangun organisasi yang solid dan mendukung perjuangan hak-hak buruh. Untuk itu diperlukan berbagai strategi seperti peningkatan basis massa, kaderisasi, dukungan masyarakat dan media, serta konsolidasi nasional. Diharapkan hal ini dapat memperkuat eksistensi Partai Buruh sebagai wadah aspirasi buruh dan pekerja di Sulawesi Selatan.
D. Peluang Partai Buruh untuk bisa Memperkuat Gerakan Partai Buruh di
Indonesia
Partai Buruh merupakan partai politik yang telah lama berjuang untuk memperjuangkan hak-hak pekerja dan kelas buruh di Indonesia. Sejarah panjang perjuangan mereka telah membangun fondasi kuat bagi Partai Buruh untuk terus memperkuat pengaruhnya ke depan. Memahami sejarah panjang perjuangan ini menjadi penting. Identitas mereka sebagai partai kelas pekerja juga menjadi ciri khas yang membedakan mereka dari partai lain.
Konsolidasi dukungan dari serikat buruh dan buruh juga menjadi faktor penting bagi kekuatan Partai Buruh. Selain itu, dukungan dari kaum muda dan mahasiswa juga memberikan potensi besar mengingat mereka akan menjadi generasi pekerja masa depan. Fokus Partai Buruh pada isu ketenagakerjaan dan kebutuhan perubahan kebijakan terkait pekerja dianggap relevan. Peningkatan pendidikan dan kesadaran politik masyarakat juga penting.
Namun, Partai Buruh juga menghadapi beberapa tantangan seperti keterbatasan pendanaan dan persaingan dengan partai besar. Untuk memperkuat pengaruhnya, dibutuhkan berbagai strategi seperti penguatan infrastruktur organisasi, kerja sama dengan serikat buruh terbesar SBSI, pembentukan organisasi massa yang saling mendukung, pemanfaatan teknologi, serta perekrutan dan pelatihan kader.
Dengan sejarah perjuangan yang panjang dan berbagai strategi yang tepat, Partai Buruh diyakini memiliki peluang besar untuk menyatukan suara buruh dan pekerja di Indonesia serta memperjuangkan hak-hak mereka secara lebih kuat di kancah politik nasional. Konsisten mengampanyekan agenda ketenagakerjaan yang progresif juga penting bagi keberhasilan Partai Buruh ke depan.
E. Faktor Internal dan Eksternal yang Melatarbelakangi untuk bisa Memperkuat
Gerakan Partai Buruh di Indonesia
Partai Buruh bukanlah partai baru, karena telah ada sejak sebelum reformasi 1998. Pendirinya adalah Muhtar Pakpahan. Sebelum reformasi hanya ada 3 partai, yaitu PDI, Golkar dan PPP. Reformasi membuat demokrasi lebih terbuka dan pada pemilu 1999 hadir Partai Buruh yang digagas oleh Pakpahan.
Sejak masa pra-kemerdekaan, gerakan buruh dan serikat buruh sudah berperan dalam berbagai perjuangan. Partai Buruh selalu mengidentikan diri sebagai partai kelas pekerja. Ide ini sudah ada sejak awal kemerdekaan.
Partai Buruh memiliki kekuatan internal berupa pendirian oleh 11 organisasi seperti serikat buruh. Namun juga menghadapi tantangan internal seperti keterbatasan sumber daya dan masalah organisasi. Faktor neo-liberalisme dan sistem politik yang ada berpotensi memicu fragmentasi.
Partai Buruh dihadapkan pada ketergantungan tokoh sentral, kurangnya dukungan partai lain dan persaingan politik. Media sosial juga menjadi sumber kritik yang ditanggapi dengan video klarifikasi.
Strategi yang ditempuh antara lain kerja sama dengan serikat buruh, sosialisasi, pendidikan ke sadaran politik masyarakat, peranan perempuan, dan infrastruktur organisasi untuk memperjuangkan buruh, petani dan disabilitas. Dengan berbagai upaya internal dan eksternal, diharapkan dapat memperkuat gerakan Partai Buruh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H