Sebelum memulai apa yang menjadi tema, alangkah lebih baik kita mengetahui dulu apa makna dari mahasiswa.
Mahasiswa secara terminologi terdiri dari 2 kata yaitu Maha dan Siswa. Pertama, maha berasal dari bahasa Sansekerta yang memiliki makna 'sangat', 'besar' atau 'mulia'.
Kedua, siswa. Kata siswa memiliki beberapa asal. Terdapat pemahaman kata siswa merupakan serapan dari dewa trimurti agama Hindu yaitu Siwa. Â
Terdapat pula yang mengatakan siswa berasal dari bahasa Jawa yaitu wasis. Kata wasis ini memiliki arti orang yang pandai. Â Â
Kata siswa, ada yang mengatakan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu siya. Siya memiliki arti apapun yang anda katakan, saya akan menerimanya.
Menurut Knopfemacher, Â mahasiswa memiliki arti calon sarjana. Tentu arti ini berkaitan dan terlibat dengan perguruan tinggi.Â
Setelah mengetahui arti dari kata mahasiswa, kita akan masuk ke pembahasan topik kali ini.
Pandemi covid-19 mempengaruhi banyak aspek kehidupan bahkan sampai sekarang, setelah WHO mencabut status darurat dari covid-19.
Salah satu aspek yang terdampak pandemi covid-19 ialah dunia pendidikan. Baik dari jenjang dasar sampai perguruan tinggi. Â
Metode pembelajaran yang bersifat daring selama pandemi covid-19 turut mengubah kondisi sosial para civitas academica khusus nya mahasiswa. Â
Terdapat perubahan kondisi sosial mahasiswa sebelum pandemi dan sesudah pandemi.
Sebelum itu, kita pahami dulu kondisi sosial mahasiswa sebelum pandemi supaya kita paham apa saja perubahan yang terjadi pasca pandemi.
Sistem pembelajaran sebelum adanya pandemi menggunakan sistem pembelajaran luar jaringan atau biasa disebut dengan pembelajaran tatap muka. Â Â
Pembelajaran tatap muka ini mengharuskan setiap individu untuk berinteraksi sosial. Interaksi sosial berperan penting dalam hubungan antar individu. Â Â
Interaksi sosial juga dapat meningkatkan dapat mendorong perubahan diri yang signifikan sehingga terlihat dari prestasi belajarnya. Â Â
Menurut Gerungan, interaksi sosial memiliki empat aspek pembentuk yakni imitasi, sugesti, identifikasi, dan simpati. Berikut penjabaran empat aspek tersebut. Â Â
Imitasi yaitu adanya masalah dorongan mahasiswa untuk mematuhi nilai-nilai serta peraturan yang berlaku di sistem akademik. Â Â
Sugesti yaitu adanya masalah mahasiswa yang menerima pandangan atau sikap tertentu yang dimiliki mahasiswa lainnya atau dosen karena memiliki prestise sosial yang tinggi. Â Â
Identifikasi yaitu adanya masalah mahasiswa dalam membentuk dirinya melalui komunikasi antar individu dalam situasi akademik. Â Â
Simpati yaitu adanya ketertarikan antara mahasiswa satu dengan mahasiswa lainnya dan dosen sehingga mendorong mereka untuk terlibat dan bekerja sama.Â
Telah dikatakan bahwa interaksi sosial dapat mendorong perubahan diri yang signifikan bagi seorang mahasiswa. Â Â
Perubahan diri ini tidak hanya dalam di bidang akademik namun juga di bidang non-akademik. Bisa juga berkaitan dengan keinginan berorganisasi.Â
Interaksi sosial ini dapat dilakukan dengan mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh organisasi-organisasi mahasiswa baik ditingkat fakultas maupun universitas. Â Â
Kegiatan-kegiatan tersebut bisa seperti seminar, diskusi, pelatihan, lomba dan sebagainya. Â Â
Mungkin ada yang berpikiran bahwa kegiatan-kegiatan tersebut dapat dilakukan secara online atau dalam jaringan. Â Â
Namun, ada perbedaan yang signifikan antara cara online dengan cara offline. Interaksi sosial akan lebih terasa ketika kegiatan tersebut di luar jaringan. Â Â
Sebab, ketika dilaksanakan secara online kebanyakan individu hanya terfokus dengan gawainya bukan dengan isi atau makna dari kegiatan tersebut. Â Â
Kesibukan dengan gawai pribadi ini salah satu dampak yang terjadi pasca pandemi covid-19 bagi mahasiswa. Mahasiswa menjadi lebih sering bermain gawai. Â Â
Hal ini juga berpengaruh terhadap minat baca mahasiswa yang berkurang. Kesadaran akan manfaat suatu bacaan tergantikan dengan keinstanan dengan penggunaan hp. Â Â
Minat terhadap organisasi di kalangan mahasiswa juga ikut menurun. Baik organisasi intra kampus maupun ekstra kampus. Â
Organisasi memiliki ruang lingkup interaksi sosial yang luas. Tidak hanya dengan organisasi yang sama-sama satu universitas  tetapi juga dengan universitas lain. Â
Begitu pula dengan organisasi ekstra kampus. Organisasi-organisasi ini memliki banyak manfaat bagi mahasiswa. Â Â
Tentu menjadi suatu kerugian baik dari sisi organisasi maupun individu mahasiswa jika minat untuk ikut organisasi menurun. Â Â
Karena organisasi tidak akan berjalan jika tidak ada mahasiswa. Sedangkan mahasiswa akan rugi akan manfaat ketika tidak ikut organisasi.
Di dalam organisasi, mahasiswa dapat mengasah kemampuan diri. Kemampuan diri ini dapat berupa cara berpikir kritis, kreatif, inovatif, dan kepemimpinan. Â Â
Kemampuan diri ini sangat penting ketika sudah masuk dalam dunia kerja maupun ketika berada di lingkungan masyarakat. Â Â
Dalam berorganisasi pasti terjadi perbedaan pendapat, ada yang tidak bertanggung jawab, rasa malas atau bahkan konflik dengan pihak kampus akan dana dan sebagainya. Â Â
Namun hal-hal inilah yang akan membuat kita semakin berkembang ketika kita mampu dalam melaluinya. Baik dengan diri sendiri maupun dengan bantuan orang lain. Â Â
Mungkin dengan dicabut status kegawat daruratan pandemi covid-19 dunia pendidikan dapat kembali seperti sebelum pandemi covid terjadi.
Khususnya bagi mahasiswa dapat memahami apa makna dari mahasiswa sebagai agen perubahan sehingga dapat mengamalkannya di kemudian hari.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H