Mohon tunggu...
Afriyanto Sikumbang
Afriyanto Sikumbang Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Belajar mensyukuri apa yang kita miliki

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Siasat UMKM di Tengah Covid-19, dari Konsinyasi hingga Jemput Bola

14 April 2020   00:07 Diperbarui: 14 April 2020   00:01 401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kopi susu kemasan botol. (Dok pribadi)

Pandemi Covid-19 telah membuat ekonomi lesu, tidak terkecuali Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Kebijakan pemerintah dalam upaya memutus rantai penyebaran Covid-19 seperti phisycal distancing (jaga jarak), stay at home (berdiam di rumah), work from home/WFH (bekerja dari rumah), dilarang berkerumun, telah menekan omzet UMKM baik yang bergerak di bidang usaha produk maupun jasa.

Muhammad Adriansa, mahasiswa semester 8 sebuah perguruan tinggi swasta di Bandung, bersama teman-temannya sedang merintis usaha kedai kopi kekinian yang diberi nama Ottimista Coffee, sebuah nama yang diambil dari bahasa Italia yang berarti optimistis. Kedai kopi yang terletak di daerah Gintung, Ciputat, tersebut baru resmi dibuka pada pertengahan Februari 2020. 

Ada tiga jenis menu yang disajikan, yaitu kopi, non-kopi, dan makanan. Menu kopi andalan Ottimista antara lain Americano, Caf Latte, Hazelnut Latte, dan Sicura Coffee. Menu non-kopi adalah Formaggio Matcha, Lychee Tea, dan Formaggio Chocolate. Adapun menu makanan utama antara lain Tiramizu Banana Nugget, Grilled Sandwitch, dan Ottimista Platter.

Menu makanan.  (Dok pribadi)
Menu makanan.  (Dok pribadi)

Setelah dibuka, pengunjung lumayan ramai, terutama anak-anak muda dan mahasiswa. Namun siapa sangka, awal Maret 2020 Indonesia diserang wabah Covid-19.  Sejak merebaknya pandemi Covid-19, pengunjung Ottimista Coffee perlahan mulai berkurang. Namun Rian, begitu Adriansa biasa dipanggil, tidak putus asa.

Dia menyiasati kelesuan pengunjung dengan melayani paket order melalui Gofood. Pesanan secara online ini cukup efektif. Terbukti banyak pesanan yang masuk.

Cara lain yang dilakukan adalah menjalin kerja sama dengan sejumlah koperasi yang memiliki toko atau minimarket, dengan menjual produk kopi kemasan botol melalui sistem konsinyasi. Sistem jual titip ini sebenarnya kurang baik bagi cashflow, karena pembayaran baru diterima 1 minggu ke depan. 

Meski demikian, cara inipun ternyata cukup sukses. Produk yang dijual dengan harga Rp 15.000,- per botol ini bisa laku hingga 50 botol dalam sehari. Maski masa kadaluarsa kopi kemasan ini hanya 2 minggu, namun baru beberapa hari di-display di konter minimarket, produk tersebut sudah habis terjual.

Terlebih lagi di minimarket koperasi karyawan (kopkar), penjualan kopi Ottimista laku keras, mengingat banyak karyawan yang menjadi anggota koperasi tersebut adalah anak-anak muda milenial yang memang sangat menyukai kopi Ottimista tersebut.

Kopi susu kemasan botol. (Dok pribadi)
Kopi susu kemasan botol. (Dok pribadi)

Siasat jemput bola juga dilakukan oleh sejumlah pengusaha UMKM lain. Erwin misalnya, memiliki enam outlet ayam penyet di sejumlah kantin perkantoran. 

Namun sejak adanya kebijakan WFH, omzet outletnya menurun drastis. Akan tetapi, para karyawan yang bekerja dari rumah, yang notabene adalah pelanggan setia ayam penyet Erwin di kantin perkantoran tempat mereka bekerja, tetap memesan makanan kesukaan mereka tersebut. 

Pesanan ada yang melalui Gofood atau grabfood, ada pula yang diantar langsung oleh staf Erwin. Jika order banyak, Erwin terpaksa turun tangan mengantar pesanan pelanggan.

Pandemi Covid-19 justru membawa berkah tersendiri bagi para pengusaha UMKM, baik itu usaha kuliner, fashion, aksesoris, maupun produk-produk lainnya. 

Jika selama ini mereka lebih banyak menjual secara offline, dengan banyaknya warga yang berdiam di rumah, pesanan via online lah yang lebih banyak memberikan kontribusi terhadap omzet mereka.

Di tengah ancaman dari Corona, virus mematikan ini ternyata banyak memberikan pelajaran berharga bagi UMKM. Setidaknya Covid-19 telah memaksa para pengusaha UMKM untuk memutar otak dan berkreasi, berinisiatif, serta melakukan tindakan out of the box demi mempertahankan hidup usahanya serta mencegah terjadinya PHK terhadap para karyawan.

Meski skala usahanya relatif kecil, UMKM ternyata cukup kebal terhadap goncangan. Sejarah telah membuktikan itu. Ketika krisis multi dimensi pada tahun 1998, UMKM terbukti menjadi salah satu sektor usaha yang mampu survive.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun