Siasat jemput bola juga dilakukan oleh sejumlah pengusaha UMKM lain. Erwin misalnya, memiliki enam outlet ayam penyet di sejumlah kantin perkantoran.Â
Namun sejak adanya kebijakan WFH, omzet outletnya menurun drastis. Akan tetapi, para karyawan yang bekerja dari rumah, yang notabene adalah pelanggan setia ayam penyet Erwin di kantin perkantoran tempat mereka bekerja, tetap memesan makanan kesukaan mereka tersebut.Â
Pesanan ada yang melalui Gofood atau grabfood, ada pula yang diantar langsung oleh staf Erwin. Jika order banyak, Erwin terpaksa turun tangan mengantar pesanan pelanggan.
Pandemi Covid-19 justru membawa berkah tersendiri bagi para pengusaha UMKM, baik itu usaha kuliner, fashion, aksesoris, maupun produk-produk lainnya.Â
Jika selama ini mereka lebih banyak menjual secara offline, dengan banyaknya warga yang berdiam di rumah, pesanan via online lah yang lebih banyak memberikan kontribusi terhadap omzet mereka.
Di tengah ancaman dari Corona, virus mematikan ini ternyata banyak memberikan pelajaran berharga bagi UMKM. Setidaknya Covid-19 telah memaksa para pengusaha UMKM untuk memutar otak dan berkreasi, berinisiatif, serta melakukan tindakan out of the box demi mempertahankan hidup usahanya serta mencegah terjadinya PHK terhadap para karyawan.
Meski skala usahanya relatif kecil, UMKM ternyata cukup kebal terhadap goncangan. Sejarah telah membuktikan itu. Ketika krisis multi dimensi pada tahun 1998, UMKM terbukti menjadi salah satu sektor usaha yang mampu survive.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H