Bekerja sebagai wartawan freelance ternyata tidak mudah, karena tidak selalu mendapatkan uang. Untuk mencukupi kebutuhan yang tidak sedikit, aku bekerja sebagai guru tari di Elementary School. Sampai suatu hari, grup tari yang aku bimbing diundang menghadiri sebuah pertunjukan di Amerika. Aku mewakili negaraku India datang kesana dari Inggris dan bergabung dengan mereka yang sudah ada disana. Aku yang punya kesempatan itu, bermaksud mengunjungi Grace dan James serta memperlihatkan pada mereka aku yang baru. James yang setiap diemail tidak pernah membalas, mana aku tahu alamatnya. Bertanya pada Grace sama saja, ia tidak tahu dimana James berada. Aku berharap bisa bertemu dengannya sebagai perempuan dan menyatakan perasaanku yang tertunda. Aku tidak bisa berharap lebih, dua tahun sudah aku tidak tahu kabarnya. Aku mengirim email pada Grace, besok lusa aku tiba di Amerika dan mengunjunginya dihari sabtu. Karena pertunjukan seni diadakan besoknya, aku bermaksud mengundang Grace melihat pertunjukan tersebut.
Sesampainya di apartemen, aku tidak berani membunyikan bel~hanya diam. Grace yang keluar dari apartemen terkejut melihatku mengenakan rok mini dan tank top. Dia pikir aku ini adik perempuannya Adit, sampai ia sadar kalau aku anak tunggal. Dia tidak banyak bertanya saat aku menjelaskan semuanya dari awal. Inilah yang aku suka dari Grace, ia tidak banyak menuntut. Aku lega, saat dia mengatakan menerimaku apa adanya. Aku banyak bercerita tentang hidupku di Inggris dan maksudku mendekatinya saat berwujud laki-laki.
“I love you, Grace. So do I with James.”
“I love you too, Dit. Until right now, I want more of you.”
“I know Grace, but everything is change. I hope u still as my friend. If u want to be my friend, u must come to my show tomorrow.”
“I can’t promise u.”
“It’s ok, I hope u come. Bye Grace…”
♣♣♣
Keesokan harinya, aku yang siap tampil mengenakan sari~pakaian tradisional India untuk perempuan. Aku gugup melihat bangku penonton, berharap Grace datang. Aku tampil setelah ini, tersenyum gembira melihat Grace di deretan depan. Perasaan gugup yang melanda hilang seketika. Grace takjub melihat pertujukanku, memuji kecantikan dan kepiawaianku dalam menari. Ia memberitahukan bahwa James ada disekitar gedung ini. Aku yang senang, langsung mencarinya tanpa berpikir lagi. Dengan mengenakan sari, aku berlari dari lorong ke lorong sampai akhirnya bertemu. Aku kangen, tidak bisa menahan untuk memeluknya. Ia terkejut, melepas pelukan dan menatapku tidak percaya.
“Adit, Is it you? What are u doing here? A girl, why?
“Yes, I am. First, aku bukan Adit. Sekarang namaku Josie, aku peserta pertunjukan seni. Second, aku jadi perempuan karena aku mencintaimu. Ambisi ayahku merubahku jadi laki-laki.”