Ada beberapa alasan dari penggunaan mata uang dinar Islam dalam menuju stabilitas sistem moneter, antara lain:
- Uang yang stabil. Pebedaan uang dinar dengan uang fiat adalah kestabilan nilai uang tersebut. Setiap mata uang dinar mengandung 4.25 gram emas 22 karat dan tidak ada perbedaan ukuran emas yang dikandung dinar pada setiap negara, tidak ada perbedaan nilai dinar yang digunakan di Irak dengan dinar yang digunakan di negara Arab saudi. Uang dinar tidak mengalami inflasi semenjak zaman Rasulullah Sallallahu ’Alaihi Wassallam hingga sekarang. Sebuah penelitian telah dilakukan oleh professor Roy Jastram dari Berkeley University dengan menulis buku tentang The Goldent Constant. Ia melakukan penelitian harga emas terhadap beberapa komoditi untuk waktu 400 tahun hingga 1976. hasil dari penelitiannya adalah bahwa harga emas adalah konstan dan stabil. Sekalipun selama waktu tersebut telah terjadi krisis, perang, dan bencana alam nilai emas relatif stabil (Vadillo, 2002).
- Alat tukar yang tepat. Dengan adanya nilai yang stabil dan standar yang sama di setiap negara, dinar akan memberikan kemudahan dan kelebihan bagi masyarakat untuk melakukan transaksi domestik dan transaksi internasional sekalipun. Dinar adalah mata uang yang berlaku secara sendirinya, berbeda dengan fiat money sebagai legal tender yang membutuhkan pengesahan berupa hukum oleh pemerintah yang mencetaknya. Uang dinar emas adalah uang sudah dikenal selama berabad-abad, sehingga tidak diperlukan adanya proses penghalalan dan pengesahan sebagai uang
- Mengurangi Spekulasi, Manipulasi dan Arbitrasi. Nilai dinar yang sama akan mengurangi tingkat spekulasi dan arbitrasi di pasar valuta asing, karena kemungkinan perbedaan nilai tukar akan sulit terjadi. Jika dinar sudah menjadi “single currency” yang sama di setiap negara, maka tidak akan ada perbedaan nilai dinar di setiap negara yang memberikan keuntungan yang besar kepada para spekulator-spekulator tersebut.
- Karena setiap transaksi Dinar dan dirham akan didasari oleh transaksi di sektor riil, maka penggunaannya dapat mengiliminir penurunan ekonomi atau economic downturn dan resesi.
- Penggunaan Dinar dan Dirham dalam suatu negara akan mengiliminir risiko mata uang yang dihadapi oleh negara tersebut, apabila digunakan oleh beberapa negara yang berpenduduk Islamnya mayoritas akan mendorong terjadinya blok perdagangan Islam.
- Penggunaan Dinar dan Dirham akan menciptakan sistem moneter yang adil yang berjalan secara harmonis dengan sektor riil. Sektor riil yang tumbuh bersamaan dengan perputaran uang Dinar dan Dirham, akan menjamin ketersediaan kebutuhan masyarakat pada harga yang terjangkau.
- Berbagai masalah sosial seperti kemiskinan dan kesenjangan akan dengan sendirinya menurun atau bahkan menghilang.
- Kedaulatan negara akan terjaga melalui kesetabilan ekonomi yang tidak terganggu oleh krisis moneter atau krisis mata uang yang menjadi pintu masuknya kapitalis-kapitalis asing untuk menguasai perekonomian negara dan akhirnya juga menguasai politik keamanan sampai kedaulatan negara.
- Hanya uang emar (Dinar) dan perak (Dirham) yang bisa menjalankan fungsi uang modern dengan sempurna yaitu fungsi alat tukar (medium of exchange), fungsi satuan pembukuan (unit of account) dan fungsi penyimpan nilai (store of value).
Pada saat ini, peran uang fulus sudah digantikan oleh uang fiat yang digunakan untuk semua transaksi perdagangan, baik dalam negeri maupun luar negeri. Penggunaan dinar maupun dirham merupakan suatu solusi untuk mengatasi berbagai dampak penggunaan perekonomian yang ditimbulkan oleh penggunaan uang fiat dalam perekonomian dunia.
Dr. Ahmad Hasan dalam bukunya Al-Awraq an-Naqdiyyat fi al-Iqtishadi al-Islamiy menjelaskan bahwa setelah berakhirnya perang dunia I, setiap negara memberlakukan peraturan dan pengawasan ketat terhadap perdagangan dunia untuk menurunkan jumlah impor barang dan komoditi seperti pemberlakuan pajak dan cukai. Setiap negara berusaha untuk mendorong peningkatan ekspor yang kemudian menyebabkan perbedaan harga-harga di setiap negara.
Ketika perdagangan menggunakan emas, maka indeks harga akan mempertahankan kesesuian, karena menggunakan sistem emas sangat berperan penting untuk menjaga stabilitas harga di berbagai negara. Sebagai contoh, terjadinya kerjasama dagang antara Suriah dengan Prancis dengan menggunakan sistem emas. Suriah mengimpor komoditi dengan jumlah besar dari Prancis, hal ini akan menyebabkan keluarnya emas dari Suria menuju Prancis dan persediaan emas akan menipis di Suriah.
Saat itu harga-harga akan mengalami penurunan di Suriah. Ketika harga-harga komoditi komoditi di Suriah menurun, negara lain akan melakukan impor dari Suriah dan saat itu pula emas-emas akan kembali masuk dan menguat di Suriah. Tetapi, ketika perdagangan di dunia tidak lagi berjalan dengan bebas, keberadaan uang emas akan digantikan dengan uang kertas yang berakibat pada perbedaan indeks harga-harga.
Menurut Hafiz Majdi, Dodik Siswantoro dan J.A Brovosky (Stable and Just Global Monetary System, 2002), penggunaan dinar yang dilakukan oleh kedua negara dalam perdagangan bilateral akan menyebabkan penyesuaian otomatis terhadap neraca pembayaran (balance of payment) ke dua negara. Contoh sederhananya adalah ketika salah sati negara mekespor barang ke negara lainnya, maka negara tersebut akan memiliki lebih banyak dinar emas dan jumlah barang yang lebih sedikit. Hal ini akan menyebabkan terangkatnya harga barang karena adanya ekspor dan dengan tingkat harga yang lebih tinggi serta melakukan penyesuaian otomatis terhadap perbedaan pada neraca pembayaran. Dampak implementasi gold dinar dalam perdagangan internasional diproyeksikan akan mendatangkan banyak manfaat.
Pertama, mengurangi dampak voltalitas yang disebabkan oleh fluktuasi mata uang. Kedua, trader tidak perlu melakukan hedging. Ketiga, transaksi semakin efisien karena semakin banyak negara yang bergabung, hanya diperlukan gold dinar yang relatif kecil untuk volume perdagangan yang difasilitasi. Keempat, gold dinar akan berperan seperti mata uang bersama (common currency) yang berimplikasi akan mengurangi biaya transaksi. Kelima, keuntungan politis di mana para pendukung gold dinar akan menjadi blok yang solid yang diperhatikan kiprahnya.
Peluang Bersanding dengan Dolar
Menurut Dr. Mahatir Muhammad solusi yang mudah untuk keluar dari krisis moneter adalah dengan meniggalkan kebijakan IMF dan mulai mandiri dengan kebijakan sendiri. Meniggalkan IMF untuk menjadi sukses ternyata telah dibuktikan oleh Korea Selatan dan Thailand. Bagaimana halnya dengan Indonesia? Ternyata hal ini tidak cukup berhasil pada kenyataannya kontrak kerja sama dengan IMF yang habis 2001 lalu justru diperpanjang. Untuk keluar dari krisis perlu mandiri dengan kebijakan sendiri, dalam hal lain dalam mencegah krisis diperlukan pengembalian sistem keungan dengan kembali menggunakan mata uang emas untuk alat pembayaran.
Krisis moneter yang menghantam kawasan Asia Tenggara pada pertengahan 1997 memang menjadi tonggak peringatan betapa tak berdayanya negara dan betapa jumuwanya para spekulan. Tak heran bila dalam pidato-pidatonya saat itu, Mahatir lantang menuding para spekulan-khususnya George Soros-yang bak malaikat maut memainkan stabilitas mata uang negara tertentu dari jauh.
Mata uang kertas yang tidak mempunyai nilai intrinsik sehingga nilai tukarnya menjadi subjek manipulasi seperti yang kita saksikan selam krisis keuangan di Asia, papar Mahatir pada saat membuka konferensi mengenai Islam di Kuala Lumpur. Orang yang membawa Malaysia sebagai negara yang diperhatikan kelas ekonominya ini seterusnya membandingkan betapa lemahnya uang kertas yang saat ini dipakai bila dibandingkan dengan uang emas. Dinar mempunyai nilai yang jelas berdasarkan kebutuhan dunia akan emas. Artinya, ia tidak perlu dijamin oleh bank sentral manapun, karena dinar menjaminnya sendiri sebagai barang berharga. Selain itu, emas juga memiliki harga yang relatif stabil dan karenanya tidak seperti mata uang kertas yang fluktuatif dibandingkan satu sama lainnya.
Mahatir yang pada saat itu merangkap sebagai menteri keuangan menyebutkan, penggunaan dinar untuk perdagangan internasional banyak menjanjikan keuntungan. Selain risiko spekulasinya nihil, juga ongkos usaha akan dapat dikurangi sebagai akibat batasa-batasan tertentu lenyap yang pada gilirannya akan memacu perdagangan. “Perdagangan tidak perlu dibayar dengan dinar sesungguhnya. Namun impor dan ekspor pasangan negara yang melakukan perdagangan dapat diseimbangkan dan bedanya hanyalah pembayaran dilakukan dengan dinar.”