Dalam sebuah jurnal juga dijelaskan bahwa Pemerintah akan memberikan ijin tatap muka bagi sekolah-sekolah yang sudah memenuhi syarat protokol kesehatan dengan memfasilitasi peserta didik maupun tenaga pendidik dengan, Menyediakan sanitasi, seperti toilet yang bersih, dan fasilitas cuci tangan lengkap dengan sabun atau hand sanitizer, memiliki akses ke fasilitas kesehatan masyarakat, seperti puskesmas, klinik, dan rumah sakit, menerapkan area wajib masker atau pelindung wajah (face shield); Melakukan pengukuran suhu tubuh dengan termometer infrared, pada setiap orang yang memasuki wilayah sekolah, mengidentifikasi dan melakukan isolasi diri beberapa hari bagi warga sekolah yang baru kembali dari wilayah zona merah atau hitam seperti guru, murid, atau staf, dan membuat kesepakatan dengan komite sekolah, terkait penerapan kegiatan belajar mengajar secara tatap muka.
Namun dalam penerapan Inovasi baru sebagai Urgensi untuk melindungi, keamanan dan kesehatan bersama pada sarana dan prasarana pendidikan khususnya pada sarana prokes atau protokol kesehatan.Â
Belumlah banyak diterapkan secara baik dan ketersediaan sarana tersebut masih sangat terbatas dan belum merata. Hal tersebut sangat menjadi permasalahan dimana Protokol Kesehatan ini menjadi hal yang wajib pada Masa Pandemi Covid-19 serta hal ini yang menjadikan syarat untuk melakukan pembelajaran tatap muka.
Beberapa media digital banyak menyajikan informasi dimana pihak pemerintah belum bisa sepenuhnya memberikan sarana prasarana baru ini dalam mencegah penularan Virus Covid-19. Banyak diantaranya sekolah sekolah terpencil yang sudah melakukan pertemuan tatap langsung ini tidak menerapkan Protokol Kesehatan dengan baik, dimana pendidik dan peserta didik hanya menggunakan masker saja, tidak ditunjang dengan sarana seperti handsanitizer, alat cuci tangan seperti sabun atau wastafel, bahkan sampai alat pengukur suhu tubuh atau thermogun.
Hal ini sangatlah memprihatinkan karena selain masih kurang meratanya pemberian fasilitas pencegahan Virus Covid-19 serta masih banyaknya orang yang tidak mematuhi protokol kesehatan yang sudah dihimbaukan oleh pemerintah untuk menjaga jarak, memakai masker, dan mencuci tangan apabila keluar rumah dan ketika setelah bertemu dengan orang banyak yang mana kita semua tidak tahu apabila orang yang kita temui di setiap harinya terpapar Virus Covid-19 atau tidak. Diperlukan kesadaran dari seluruh pihak untuk dapat mendukung penerapan inovasi ini sebagai bentuk pencegahan terhadap penyakit yang membahayakan.
Dalam beberapa kasus juga terlihat di mana sekolah tidak memiliki fasilitas WASH yang memadai, kepala sekolah yang diwawancarai mengatakan bahwa siswa tidak memiliki pilihan selain menggunakan fasilitas di rumah-rumah di sekitar lingkungan sekolah mereka atau pergi ke sungai terdekat untuk memenuhi kebutuhan mereka.Â
Bahkan jika toilet tersedia di sekolah, tidak semuanya menggunakan toilet leher angsa, yang mungkin tidak higienis dan aman untuk digunakan. Jumlah toilet yang tersedia di sekolah juga seringkali tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan siswa, dengan rata-rata lebih dari lima puluh siswa harus berbagi satu toilet.
Kurangnya toilet yang dipisahkan berdasarkan jenis kelamin juga menjadi masalah karena lebih dari 25 persen sekolah Kemendikbud-ristek secara nasional tidak memiliki toilet yang dipisahkan berdasarkan jenis kelamin.Â
Toilet yang dipisahkan berdasarkan jenis kelamin sangat penting terutama untuk perempuan. Maka dari itu, faktor utama yang mempengaruhi protokol kesehatan adalah kesadaran diri dari berbagai elemen sekolah.
Sarana dalam pendidikan mengacu kepada alat, bahan dan perabot yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran di sekilah. Sedangkan prasarana berkaitan dengan perlengkapan dasar penunjang sistem pembelajaran di sekolah. Keduanya amat sangatlah penting demi menunjang proses pembelajaran yang baik, dengan begitu tujuan pembelajaran pun akan terpenuhi.Â
Pada masa pandemi seperti saat ini mengakibatkan terhambatnya berbagai macam kegiatan termasuk proses pembelajaran, mengingat virus corona yang dapat menular ke siapa saja. Inovasi yang dapat dilakukan contohnya seperti menerapkan berbagai macam protokol kesehatan ataupun dengan tidak melakukan pembelajaran secara tatap muka 100 persen dan hanya bisa 50 persen saja.Â