Mohon tunggu...
Sitha Afril
Sitha Afril Mohon Tunggu... Freelancer - BINUSIAN

Saya hanya seorang pembelajar yang terkadang "absurd" dalam menyikapi fenomena di sekitar. Jadi, jangan terkejut jika tulisan-tulisan saya pun "absurd", he-he!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Z

10 Desember 2020   22:32 Diperbarui: 9 Februari 2021   01:09 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pun aku juga masih mudah untuk menangis tiap kali meratapi "kita". Aku benar-benar lucu, ya? Untuk perkara rasa yang jauh dari kata penting saja, aku tidak bisa memahaminya. 

Bahkan, untuk tegas pun tidak mampu. Tapi, tenang saja! Sekalipun aku seperti ini, tidak terbesit ingin dalam benakku untuk merebutmu. Toh dari awal pun aku tidak merebutmu dari siapapun, kan? Katamu, tidak ada ikatan dengan siapapun lagi dan aku pun demikian. Namun sayangnya, kita memiliki satu persamaan yang persis, yakni, sebuah ketidaktuntasan dengan masa lalu masing-masing.

Jadi, agar keadaan membaik, biar aku tetap berjalan di jalurku. Bersiap untuk tinggal di benua seberang demi cita dan hidupku yang baru. Kamu pun demikian! Jangan lagi kecewakan dia yang begitu tulus mencintaimu! 

Jaga dia dengan baik dan haramkan saja hal-hal yang berkaitan dengan kita. Percayalah, aku sedang mengupayakan hal yang sama! Aku sedang mendoktrin diriku agar sanggup mengharamkan apapun yang berkaitan denganmu. Sekalipun aku paham, ini jauh dari kata mudah. 

Tapi, tidak ada yang salah dari sebuah usaha. Jika kita saja bisa menuruti naif yang dibumbui nafsu untuk menghalalkan sesuatu yang jelas-jelas haram, kenapa tidak kita usahakan untuk membalik keadaan? Kini, alangkah baiknya kita menjadikan haram hal-hal baik yang memang tidak layak kita pertahankan. Seperti, pertemuan yang bisa memicu luka perempuanmu, obrolan yang berpotensi menggoyahkanku dan segala hal yang sanggup menjatuhkanmu dalam situasi pelik.

Kita layak bahagia dengan pilihan masing-masing, kan? Kamu pantas bahagia dengan apa yang kamu jalani sekarang, dan aku pun layak merasakan bahagia dengan apa yang aku pilih saat ini. Terima kasih telah singgah tanpa sungguh, kini saatnya aku mengagungkan sanggah!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun