Tentang sebuah nama yang kultus dalam hidupku. Aku yakin, kamu tahu siapa dia. Sosok yang secara berulang aku ceritakan padamu, bahkan hingga aku rincikan sikap dan tuturnya ketika memperlakukanku.Â
Kadang, ketika aku menikmati malam di balkon sembari menatap langit yang tak berbintang, aku jadi berpikir, jangan-jangan laku manismu menduplikasi apa yang dia lakukan padaku di masa itu. Masa yang pelan-pelan aku ampuni dan ikhlaskan, walau tak sepenuhnya bisa aku terima.
Lalu, perihal nama sesosok pria yang melemparkan sepuntung rokok berbara ke kakiku. Kamu pun paham betul, siapa dia. Lelaki yang mendorongku ke dalam pencobaan terbodoh dan memasungku dalam was-was yang berkepanjangan.Â
Sungguh, terkadang aku pun berpikir, jangan-jangan keberanianmu untuk menarikku dalam kesemuan ini adalah hasil dari penerapan atas rangkuman kisah yang aku deskripsikan rincinya dengan baik di hadapanmu.
Duga demi duga itu masih saja menghantuiku, entah sampai kapan, aku pun tidak tahu. Mungkin sampai Tuhan memberikan waktu yang tepat, atau mungkin juga di saat kita goyah karena iman yang tergoda. Sebagaimana katamu, kan? Kita akan diberi waktu untuk menjadikan hal-hal absurd ini sebagai sebuah hal yang pasti. Meski kita sama-sama mengamini bahwa yang paling pasti dari semua ini adalah ketidakpastian itu sendiri.
Oh iya, kamu gimana kabarnya?
Baik, kan?
Aku yakin kamu baik-baik saja, malah akan semakin baik dengan apa yang kamu pilih. Aku mengimani itu dengan sepenuh hati karena aku paham, kamu sedang berada dengan perempuan yang tepat dan itu bukan aku. Percayalah, aku pun baik-baik saja di sini karena bagaimana pun kita sekarang hingga nanti, aku tetaplah pemenang di neraka yang kita tempati ini. Aku tetaplah si brengsek yang dituntun semesta untuk bersua dengan bajingan sepertimu.
Kamu tahu?
Tepat di saat aku menyusun tulisan ini, aku sedang menunjukkan kepayahanku dalam urusan berbohong. Lagi-lagi, itu seperti katamu, kan? Lima bulan yang lalu kamu pun bilang demikian.Â