Mohon tunggu...
Sitha Afril
Sitha Afril Mohon Tunggu... Freelancer - BINUSIAN

Saya hanya seorang pembelajar yang terkadang "absurd" dalam menyikapi fenomena di sekitar. Jadi, jangan terkejut jika tulisan-tulisan saya pun "absurd", he-he!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Cukup! Aku Tidak Beragama

28 Juni 2020   19:31 Diperbarui: 29 Juni 2020   02:48 843
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bukankah yang sanggup melakukan itu hanya Dia? Dan, apakah orang-orang yang enteng mengafirkan orang lain itu sudah pernah berdiskusi langsung dengan Dia? Atau bagaimana? Kenapa? Kenapa makin ke sini makin banyak orang yang mudah menghakimi tanpa mau menghargai dan lucunya, penghakiman itu didasarkan pada sesuatu yang dangkal. 

Contohnya dari apa yang diunggah seseorang di media sosial, dari diksi yang dia gunakan dan dari hal-hal yang sebenarnya tidak layak dijadikan indikator penghakiman atas keimanan orang lain.

Entahlah, mungkin pergumulan itu relevan dengan apa yang pamanku bilang bahwa sekarang, banyak orang yang berlomba-lomba membaca kitab tapi lupa mengaji. 

Berlomba-lomba menjadi "benar" menurut versinya, tapi lupa bahwa kebenaran itu tidak mutlak jika dipaksakan untuk semua orang. Apalagi jika pemaksaan atas kebenaran itu berujung pada sikap jumawa dan merasa bahwa dialah yang paling suci ketimbang yang lainnya.

Haha, sudahlah!

Bisa jadi satu buku kalau aku melanjutkan tulisan ini karena memang tidak ada habisnya keresahanku atas pertanyaan-pertannyaan konyol yang selalu dilayangkan kepadaku. Tapi ya, itu hak mereka. Toh, mereka punya hak bertanya dan aku pun punya hak menjawab dan inilah jawabanku, "aku tidak akan mengakui satu agama di hadapan manusia, biar Dia saja yang tahu apa agamaku karena Dia yang lebih pantas menghakimi keimananku."

Sebagaimana pernyataan Tan Malaka pada bulan November 1922 yang menegaskan, "ketika saya berdiri di depan Tuhan saya adalah seorang Muslim, tapi ketika saya berdiri di depan banyak orang, saya bukan seorang Muslim, karena Tuhan mengatakan bahwa banyak iblis di antara banyak manusia!" Begitulah aku yang berharap untuk dianggap sebagai manusia utuh tanpa dipermasalahkan agamanya.

Terakhir, jangan lupa untuk memanusiakan manusia karena kemanusiaan lebih utama dalam konsep hidup horisontal dan biar jalan vertikal masing-masing individu itu menjadi privasi yang tidak perlu dicampuri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun