Kedua, Politik Akal Sehat. Secara akal sehat harus ada pemakluman bahwa setelah tumbangnya "Politik Dinasti Alex Noerdin" yang sampai sekarang tersandung kasus hukum, maka domain politik terkesan ada pada HDMY. Namun apakah keduanya akan pecah menjadi pertarungan kedua kubu atau malah sebaliknya akan kembali berpasangan. Terkait "Politik Akal Sehat" ini ada beberapa faktor yang dapat dinilai untuk evaluasi bagi kedua tokoh tersebut.
Faktor pertama, secara akal sehat posisi kursi di DPRD Provinsi Sumsel sebagai pemenang Pemilu 2019 bukan partai pendukung pasangan HDMY. Posisi pertama dikuasai oleh Partai Golkar. Secara kursi di DPRD Sumsel Partai Golkar mendapatkan porsi terbanyak dengan 13 kursi, disusul PDIP 11 kursi, Gerindra 10 kursi, Demokrat 9 kursi, PKB 8 kursi, PKS 6 kursi, Nasdem 6 kursi, PAN 5 kursi, Hanura 3 kursi, Perindo 3 kursi, dan PPP 1 kursi. Tentu secara akal sehat akan terjadi negosiasi yang alot antar kedua tokoh dan tokoh lintas Partai yang memiliki calon masing-masing, lantas bagaimana HDMY meyakinkan kepada semua partai agar dapat mengusung kembali pasangan HDMY, atau mendukung salah satunya baik Herman Deru maupun Mawardi Yahya adalah sesuatu yang juga bisa dipertimbangkan.
Faktor kedua, keuntungan elektoral. Survei yang digelar pada 9 hingga 15 Oktober 2021 itu juga menyebut Herman Deru menjadi sosok yang paling populer (96%) bagi warga Sumsel. Selanjutnya ada Syahrial Oesman (73,5%), Dodi Reza Alex Noerdin (70,5%), Mawardi Yahya (58,3%), dan Eddy Santana Putra (55,9%). Adapun popularitas tokoh lainnya berada di bawah 40%. Sedangkan untuk partai politik yang mendukung Herman Deru partai PDIP (67 %), partai Gerindra (70,5 %), Golkar (61,7 %), PKB (69,6 %), Nasdem (78,6 %), PKS (74,1 %), Demokrat (63,0 %), PAN (80,0 %), dan PPP (75,0 %). Temuan hasil survei ini bersifat indikatif mengingat jumlah responden yang terbatas.
Sampai sekarang faktor elektoral dan polularitas masih dipimpin oleh Herman Deru (96%), sedangkan sosok Syahrial Oesman, Mawardi Yahya, Dodi Reza Alex Noerdin, Anita Noeringhati, Giri Ramadhan Kiemas, Kartika Sandra Desi, Cik Ujang, atau bahkan mulai bakal calon lain: Eddy Santana Putra, Ishak Mekki, Harnojoyo, Prana Putra Sohe, dan mungkin Iskandar, Heri Amalindo, atau Joncik Muhammad. Semua nama-nama tersebut terus bergulat dalam situasi yang berbeda-beda.
Faktor ketiga, perlu disampaikan sampai sekarang belum ada survei terbaru, karena priositas pelaku politik yang terpenting adalah menyukseskan kontestasi Pemilu yang diselenggarakan lebih awal yakni Februari 2024. Kontestasi kemenangan Partai akan berdampak pada pencalonan dan dukungan politik pada Pemilukada Serentak yang akan dilaksanakan akhir 2024, kecuali pelaku politik mengandalkan kerja politik melalui jalur independen untuk meraih hati masyarakat.
Berdasarkan filosofi politik akal sehat, membuatnya antusias terhadap tantangan di depan.. Sebetulnya keduanya punya kans besar untuk menjabat Gubernur dan Wakil Gubernur untuk 2 periode. Namun, peluang Mawardi melawan Herman Deru juga terbuka untuk tidak bersama-sama lagi. Atau keduanya berpisah dengan pasangan berbeda, atau salah satunya pensiun dengan menggantung "sepatu politik" dan keluar dari arena lapangan pertarungan politik Sumsel.
Pilih Deru atau Mawardi?
Dalam kerangka kedua tokoh politik di atas, maka sesungguhnya mereka berdua harus terus melakukan kerja politik, mesin politik dihidupkan, dan menunjukkan prestasi ke publik. Untuk mendongkrak elektabilitas, maka mereka harus mampu mengkapitalisasi peristiwa politik dan program yang dilakukan dengan kapasitas dan pengetahuan yang luar biasa. Kalau secara spesifik, maka  harus ada 'mapping politic' ulang apa yang harus dilakukan untuk memberikan warna dan hidangan baru dalam menghadapi kontestasi tahun 2024 nanti.
Dalam konteks pemilihan, sudah seyogyanya semua Bakal Calon Gubernur - Wakil Gubernur Sumsel harus mampu melakukan komunikasi politik secara luas, masif dan sistematis. Selain itu, semua para bakal calon Gunernur-Wakil Gubernur  harus menunjukkan kinerja yang bagus dan berpihak kepada masyarakat sehingga mampu mendongkrak elektabilitas masing-masing bakal calon. Para bakal calon harus melakukan kerja yang harus memiliki efek langsung kepada masyarakat, termasuk memasifkan dan sistematiskan strategi komunikasi politik sehingga memiliki elektoral yang signifikan segala penjuru di wilayah Sumsel.
Dari rangkaian uraian di atas, dapat disampaikan bahwa baik Herman Deru maupun Mawardi Yahya harus mempertimbangkan "Politik Tahu Diri" dan "Politik Akal Sehat" agar mereka tangguh dan mengambil keputusan secara tepat dalam menghadapi Pemilukada 2024. Sampai sekarang tahun 2022 harus diakui bahwa pasangan Herman Deru dan Mawardi Yahya adalah pasangan tangguh dan unggul dibandingkan dengan lawan-lawan politiknya saat ini.Â
Hal berbeda tentu saja, jika Mawardi tidak lagi mendampingi Herman Deru dengan alasan tertentu, "terlalu tua" atau "sepuh", atau  "pensiun" yang lebih memberikan jalan kepada 'yang lain' atau bahkan berlawanan kepada Herman Deru, maka kekuatan Herman Deru agak sedikit berkurang, yang tentu popularitasnya dan elektabilitas akan terpecah dan terganggu.