Mohon tunggu...
Afriana Jenita
Afriana Jenita Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis Recehan

Seorang gadis kecil dari keluarga sederhana, Bergelut dengan banyak luka yang tak biasa. Ia suka membaca, menulis,mendengarkan musik dan suka jalan-jalan. Baginya Menulis tidak hanya menyenangkan tapi bisa menyembuhkan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lelaki yang Suka Bikin Luka

15 September 2024   11:48 Diperbarui: 15 September 2024   11:55 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada segala tatap matamu. Kau biarkan aku jatuh. Kau berikan bahumu untuk bersandar. Kau menjadi pendengar saat aku berkeluh tak berhenti mengadu tentang hidup. Awalnya sulit sekali membedakan antara rasa Cinta dan rasa hanya sebatas kasihan. Bukan main kau memainkan peran dengan sangat apik.

"Nu belum tidur ko"

"Belum Nong"

Waktu Kita telah berlalu. Tetapi rindu kita masih tetap mengadu. Aistt di atas atap hujan begitu merdu menyanyikan lagu sendu. Kopi ini belum sampai separuh ku teguk tetapi aku sudah tidak tertarik lagi lalu,

"Mengapa tak sampai habis? " 

"Tidak apa"

"Kau tidak minum kopi lagi Nu"

"Au sudah belajar untuk tidak menjadi candu akan kopi lagi"

"Mengapa?"

"Sebab dengan Kopi aku sadar jika yang di butuhkan hanya tegukan awal. "

"Akhirnya"

"Tersisa ampas bukan?"

 

*****Kau bilang setelah perjumpaan itu, tak akan lagi ada lagu tentang ragu. Ternyata semua hanya halu. Kita sepasang toko, yang hanya memainkan peran di atas panggung. Sungguh dengan sangat apiknya, hingga semua mata yang memandang menjadi suka, apalagi dengan ketampananmu. Jika waktu yang sudah selesai maka kita juga akan  selesai. Astaga Kita? Ha tentu saja saat Kita memerankan peran dengan begitu apiknya. Aku mengagumimu. Tetapi itu dulu.

Pernah percaya sepenuhnya padamu. Kau adalah lelaki yang tahu memperlakukan wanita seperti apa. Hingga aku tenggelam dalam lautan cinta dan kembali sadar ketika menabrak sebuah palung kesadaran jika cintamu hanya sajak-sajak menarik dan Puitis agar puisimu berlaku.

"Apa yang sedang Kau pikirkan Nu"

"Bagaimana caranya agar tidak trauma dengan Jatuh Cinta"

"Mengapa?" 

"Karena pernah jatuh tetapi ternyata...... "

******Kita hanya bisu saat malam sudah mulai larut kau mulai mengotak- atik ponsel mengirim pesan singkat yang sebenarnya berisikan lagu-lagu tentang luka......Hei lampu hati sudah meredup dan mata sudah mulai mengantuk......Begitu pula dengan perjalanan Cinta Kita bukan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun