"Akhirnya"
"Tersisa ampas bukan?"
Â
*****Kau bilang setelah perjumpaan itu, tak akan lagi ada lagu tentang ragu. Ternyata semua hanya halu. Kita sepasang toko, yang hanya memainkan peran di atas panggung. Sungguh dengan sangat apiknya, hingga semua mata yang memandang menjadi suka, apalagi dengan ketampananmu. Jika waktu yang sudah selesai maka kita juga akan  selesai. Astaga Kita? Ha tentu saja saat Kita memerankan peran dengan begitu apiknya. Aku mengagumimu. Tetapi itu dulu.
Pernah percaya sepenuhnya padamu. Kau adalah lelaki yang tahu memperlakukan wanita seperti apa. Hingga aku tenggelam dalam lautan cinta dan kembali sadar ketika menabrak sebuah palung kesadaran jika cintamu hanya sajak-sajak menarik dan Puitis agar puisimu berlaku.
"Apa yang sedang Kau pikirkan Nu"
"Bagaimana caranya agar tidak trauma dengan Jatuh Cinta"
"Mengapa?"Â
"Karena pernah jatuh tetapi ternyata...... "
******Kita hanya bisu saat malam sudah mulai larut kau mulai mengotak- atik ponsel mengirim pesan singkat yang sebenarnya berisikan lagu-lagu tentang luka......Hei lampu hati sudah meredup dan mata sudah mulai mengantuk......Begitu pula dengan perjalanan Cinta Kita bukan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H