I. Dinamika Geomaritim Indonesia
Pusat gravitasi geo-ekonomi dan geo-politik dunia sedang bergeser dari barat ke Asia Timur, momentum ini akan sangat baik dalam menunjang cita-cita Indonesia sebagai poros maritim dunia, indonesia memiliki posisi strategis yang diapit oleh 2 benua dan 2 samudra, 2/3 wilayah indonesia adalah lautan namun disisi lain indonesia juga rentan terhadap ancaman.
Indonesia pada tahun 2030 diprediksi akan menjadi negara ekonomi terbesar ke 4 dunia setelah China, India, dan USA. Pada tahun 2013 China menyampaikan konsep One Belt, One Road lalu kemudian pada tahun 2017 berubah menjadi BRI yang telah bekerja sama dengan 150 negara dunia.
Sampai saat ini China secara agresif terus mengklaim laut china selatan adalah miliknya, pada tahun 2015 China menyelesaikan pembangunan landasan di sebuah pulau buatan bernama Fiery Cross yang lokasinya berada di wilayah sengketa, pulau ini memiliki landasan pacu sepanjang 3.110 meter.
Ekspansi China tidak hanya menyasar Asia namun juga menyasar Afrika dan Eropa melalui Program BRI dengan sofl powernya, China melalui diplomasinya dengan Australia juga menyasar pulau Solomon yang di khawatirkan akan menjadi Naval Base, disisi lain China saat ini sudah memiliki 3 kapal induk yang siap berlabuh di pulaun Fiery Cross dan pelabuhan-pelabuhan negara ke yang bekerja sama dengan China, bahkan saat ini China sedang membangun kapal induknya yang ke 4.Â
Kebangkitan China ini membuat Amerika membuat beberapa gerakan antisipasi seperti perubahan beberapa nama armadanya pada tanggal 30 mei 2018, dari US Pacific Command menjadi US Indo-Pasific Command, Amerika juga membentuk aliansi dengan beberapa negara diasia seperti the Quad yang terdiri dari India, Amerika, Jepang dan Australia, dan AUKUS yang terdiri dari Australia, Inggris dan Amerika.
Perang Rusia Ukraina memiliki berbagai efek samping bagi duni diantaranya adalah kelangkaan gandum, jagung, gas, dan bahan bakar kendaraan yang menyebabkan nilai mata uang Amerika dan Eropa dipaksa menjadi rendah, hal ini disebabkan ketergantungan gas eropa yang masih 80% berasal dari Rusia.
Di dalam literatur kajian strategis secara garis besar, gray zone dapat dipahami sebagai "wilayah operasi di antara perang dan damai" di mana tujuan strategis dipenuhi melalui penggunaan komponen-komponen yang tidak memicu respons militer.Â
Berbeda dengan konflik dalam konteks konvensional, operasi daerah abu-abu memiliki karakteristik seperti bertahap (gradual), revisionis, ambigu, dan cenderung menggunakan alat-alat atau upaya yang non-konvensional, dan tidak selalu melibatkan unjuk kekuatan militer. Negara-negara revisionis, seperti Rusia dan Tiongkok, dianggap menggunakan operasi daerah abu-abu untuk mencapai kepentingan nasional tanpa perlu mengganggu status quo sisteminternasional. Strategi Gray Zone Operation ini bertentangan dengan hukum Humaniter.Â
Tiongkok melalui penggunaan komponen non-militer dan paramiliter sedang mengembangkan keterampilan beroperasi di daerah abu-abu. Perkembangan ini ditunjukkan dengan penggunaan nelayan sipil. pada 17 Juni 2016, sebuah kapal Angkatan Laut bernama KRI Imam Bonjol, menghadapi tujuh kapal nelayan dan dua kapal coast guard di Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia.
Dari pertemuan kedua presiden ini didapatkan hasil bahwa keduanya sepakat menghindari konflik, Presiden Amerika Joe Biden juga menyampaikan ia akan memprioritaskan stabilitas tatanan global, termasuk nilai-nilai keadilan universal seperti hak asasi manusia serta kepentingan Amerika Serikat dan sekutunya, ia juga mengutuk penggunaan senjata Nuklir, selain itu Biden cukup yakin China tidak akan menempuh jalan konflik untuk menyelesaikan masalah, hal ini disambut baik oleh Presiden China XI Jinping yang mengatakan penyelesaian setiap perbedaan haruslah tanpa konflik serta hubungan antara China dan Amereika harus disikapi dengan tepat karna akan berdampak bagi rakyat dan dunia.
VIII. KesimpulanÂ
Kita harus terus memperhatikan dinamika geomaritim dan geopilitik dunia karena hal ini akan menjadi tantangan indonesia dimasa yang akan datang sehingga kita akan siap dengan perubahan dan dapat mengatasi tantangan tersebut demi keutuhan dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H