Mohon tunggu...
Asri Wijayanti
Asri Wijayanti Mohon Tunggu... Konsultan - Penyintas Autoimun, Konsultan Komunikasi

Perempuan asal Semarang, penyintas autoimun, pernah bekerja lembaga internasional di Indonesia dan Myanmar, di bidang pengurangan risiko bencana. Saat ini bekerja sebagai konsultan komunikasi di sebuah lembaga internasional yang bergerak di bidang kependudukan dan kesehatan reproduksi. Alumni State University of New York di Albany, AS, Departemen Komunikasi. Suka belajar tentang budaya dan sejarah, menjelajah, dan mencicipi makanan tradisional. Berbagi cerita juga di www.asriwijayanti.com.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ruang Publik Ramah Lansia, Ruang Publik yang Ramah untuk Semua

30 September 2015   12:17 Diperbarui: 30 September 2015   13:13 1234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ibu saya, yang dulunya aktif dan suka jalan-jalan, terkena stroke ringan sejak tahun 2011 silam. Setahun belakangan ini Ibu juga mengalami vertigo yang sering kambuh dan membuat beliau limbung kehilangan keseimbangan. Dengan keadaan ini, Ibu tidak mampu lagi berjalan jauh. Bila hendak pergi ke masjid atau mengikuti arisan di rumah tetangga yang agak jauh, ibu perlu berjalan sambil berpegangan pada orang lain karena roda di alat bantu jalannya tak bisa menggelinding mulus di jalanan yang tak rata permukaannya. Ibu yang dulunya sangat mandiri kini sangat terbatas mobilitasnya. Beliau kini hanya bisa bepergian dengan bantuan orang lain. 

Ibu saya tidak sendirian. Beberapa tetangga lainnya yang telah lanjut usia (lansia*) dan terkena stroke juga nyaris tak pernah lagi beraktivitas di luar rumah. Padahal, berbagai penelitian menunjukkan pentingnya mobilitas bagi kebahagiaan dan kesejahteraan lansia.

Mengapa Lansia Perlu Ruang Publik yang Ramah 

Mobilitas manusia selalu terkait erat dengan ruang di mana ia berada. Bicara tentang ruang publik yang ideal untuk lansia, Fleuret dan Atkinson (2007) menjelaskan konsep ruang-ruang kesejahteraan (‘spaces of well-being’). Ruang yang tercipta dari interaksi individu dengan elemen-elemen material dan non-material ini memungkinkan mobilitas, pemenuhan kebutuhan diri, dan konstruksi sosial yang positif pada suatu kelompok sosial, termasuk kelompok lansia. Ruang seperti itu juga berkontribusi pada harga diri dan penghargaan yang imbal-balik; menyediakan perlindungan dari risiko sosial dan lingkungan, dan bisa membantu pemulihan fisik, mental, dan emosi.

Keterbatasan mobilitas membatasi peluang lansia dan orang-orang dengan kebutuhan khusus untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan, sehingga berdampak pada kesejahteraan dan kebahagiaan mereka. Penelitian Urry (2007), Kronlid (2008) or Shin (2011) yang dirangkum oleh Nordbakke dan Schwanen (2013) menegaskan bahwa mobilitas adalah fasilitator bagi terwujudnya kesejahteraan manusia. Kemampuan untuk bergerak, dan perjalanan yang dilakukan oleh manusia memungkinkan mereka untuk melakukan aktivitas di tempat-tempat yang dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan mereka, yang selanjutnya juga memungkinkan manusia untuk mengalami kebahagiaan atau mewujudkan potensi dirinya. Pergerakan manusia dapat meningkatkan kesejahteraan melalui berbagai cara, diantaranya melalui pengalaman yang membahagiakan, kemandirian, dan terbentuknya hubungan positif dengan orang lain.

Terus-terusan meminta bantuan orang lain juga berpotensi membuat lansia merasa tak berguna dan kehilangan harga dirinya. Ucapan “maaf ya, ibu/bapak merepotkan kamu terus”, atau “apa gunanya hidup lama-lama kalau kita selalu tergantung pada orang lain”, yang sering terdengar dari para lansia menunjukkan beratnya beban psikologis yang ditanggung para lansia ketika mereka merasa tak mampu melakukan banyak hal sendirian lagi. Padahal, bila ruang dan fasilitas publik memungkinkan mereka untuk mandiri, mereka bisa saja mengurangi ketergantungannya pada orang lain. Kebahagiaan dan harga diri mereka pun tetap terjaga.

Seperti Apa Ruang Publik yang Ramah Lansia?

Menurut Badan PBB untuk Pemukiman Manusia, UN-Habitat (2015), ruang publik meliputi ruang yang bisa diakses dan dinikmati oleh semua orang, tanpa tujuan untuk mengambil keuntungan. Ruang publik bisa berwujud taman, jalan, tepian jalan, pasar, dan tempat bermain. Sayangnya, meski penting untuk membentuk kota yang nyaman dan aman, keberadaan jalanan dan ruang publik yang ramah bagi semua orang masih sering terabaikan.

Ruang publik yang ramah lansia biasanya didukung oleh masyarakat yang juga ramah lansia. Di masyarakat seperti ini, layanan dan struktur yang berhubungan dengan lingkungan fisik dan sosial dirancang untuk membantu para lansia “menua secara aktif”; yakni lingkungan yang memungkinkan lansia untuk hidup dengan aman, memiliki kesehatan yang baik, dan dapat berpartisipasi di masyarakatnya (WHO, 2007).

Di masyarakat yang ramah lansia, layanan publik dan komersial dirancang agar mampu mengakomodasi berbagai tingkat kemampuan orang-orang berusia lanjut. Masyarakat seperti ini memiliki penyedia layanan yang ramah lansia, pejabat publik, pemuka masyarakat dan agama, serta para pelaku usaha yang memahami beragamnya kelompok lansia. Mereka mendorong keterlibatan dan kontribusi lansia dalam kehidupan masyarakat, menghormati keputusan dan pilihan hidup lansia, mengantisipasi dan merespon kebutuhan dan pilihan-pilihan yang behubungan dengan kondisi lansia.

Di negara-negara maju, seperti Singapura, Jepang, dan Amerika Serikat, fasilitas yang mengakomodasi lansia dan orang-orang berkebutuhan khusus telah menjadi bagian tak terpisahkan dari ruang publik. Untuk memastikan keamanan, kemudahan dan kenyamanan mereka, trotoar yang lapang dan mulus, tombol bantuan untuk menyeberang di zebra cross, tactile paving – semacam ubin bertekstur yang memandu para tunanetra untuk menemukan jalan yang aman dengan tongkatnya, elevator di stasiun kereta bawah tanah, ramp di jalur-jalur yang mendaki, area khusus untuk pemakai kursi roda di dalam bus dan kereta, hingga toilet berpintu lebar yang bisa dilalui kursi roda sangat mudah ditemui. Di Jepang bahkan ada situs Japan Accessible yang menyediakan peta dan informasi tentang ruang-ruang publik yang menyediakan fasilitas bagi orang-orang berkebutuhan khusus.

Taman-taman yang ramah lansia biasanya juga terawat dengan baik, mudah dijelajahi, dan aman bagi lansia. Taman seperti ini memberikan ruang yang tenang dan udara segar bagi para lansia yang ingin melewatkan waktu di antara hijaunya pepohonan, atau berinteraksi dengan anggota masyarakat lainnya.

Pendidikan di sekolah juga mengajarkan perlunya membantu dan memprioritaskan lansia, orang-orang berkebutuhan khusus, wanita hamil dan anak-anak, sehingga hal ini menjadi bagian norma bermasyarakat.  Penyedia layanan publik dan komersial serta masyarakat telah terbiasa mendahulukan lansia ketika mengantri, atau memberikan tempat duduk di sarana transportasi publik.

Ruang Publik Ramah Lansia di Indonesia 

Sebenarnya, Indonesia juga telah memiliki ruang publik ramah lansia. DKI Jakarta punya Taman Lansia di Jalan Langsat, Kebayoran Baru, dan Bandung memiliki Taman Lansia di Jalan Cisangkuy. Taman-taman ini menyediakan fasillitas yang aman dipakai oleh para lansia. Surakarta punya trotoar yang lebar dan mulus, yang nyaman dilalui kursi roda. Di beberapa tempat di Jakarta, tombol bantuan untuk menyeberang di zebra cross dan tactile paving juga sudah ada. Meski belum banyak, ini adalah awal yang baik, yang tentu masih perlu diikuti dengan banyak upaya lain untuk mewujudkan ruang publik ramah lansia di seluruh Indonesia.

Menurut Rencana Aksi Nasional Lansia (RAN Lansia) 2009 – 2014, dengan persentase penduduk lanjut usia di atas 7%, Indonesia tergolong sebagai negara berstruktur penduduk tua. Namun himbauan mengenai kepedulian terhadap lansia di Indonesia baru terdengar samar-samar, dan belum tampak pengaruhnya dalam kebijakan pembangunan ruang publik.

Pemerintah Indonesia sebenarnya juga telah mewajibkan Kementrian dan Lembaga untuk ikut memperingati Hari Lanjut Usia Nasional (HLUN) setiap 29 Mei, yang acaranya kebanyakan terdiri dari pemasangan spanduk, lomba-lomba, dan senam bersama. Semestinya HLUN bisa menjadi momentum untuk merunut seberapa jauh kemajuan Indonesia dalam memperhatikan kebutuhan lansia dan mengintegrasikan kebutuhan tersebut dalam berbagai kebijakan, termasuk dalam kebijakan tata ruang wilayah. Urusan layanan terhadap lansia dan peningkatan kualitas hidup mereka juga seharusnya menjadi isu lintas lembaga.

Peringatan Hari Habitat Dunia (HHD) yang akan diperingati pada 5 Oktober 2015 dengan tema “Ruang Publik untuk Semua” juga bisa menjadi kesempatan untuk kembali mengingatkan berbagai pihak tentang pentingnya ruang publik yang inklusif.

Untuk mewujudkan ruang publik yang ramah lansia, sumbang-saran dan pengetahuan dari kelompok-kelompok yang paham tentang kebutuhan lansia sangat diperlukan, karena pengembangan ruang publik ramah lansia perlu diawali dari pemahaman pemerintah dan masyarakat tentang kebutuhan lansia. Contoh penerapan ruang publik yang ramah lansia dari negara-negara lain juga dapat menjadi referensi. Pemahaman tersebut selanjutnya perlu dikuatkan dengan komitmen pemerintah untuk memperhatikan kebutuhan lansia dan kelompok-kelompok lainnya dalam masyarakat, termasuk masyarakat berkebutuhan khusus, anak-anak, dan wanita. Komitmen itu perlu diwujudkan dengan menyusun kebijakan tata ruang dan pembangunan fasilitas publik yang dapat memenuhi kebutuhan mereka. Kebijakan ini juga perlu didukung kebijakan lainnya, seperti kebijakan terkait layanan publik dan kurikulum pendidikan yang membangun empati pada kelompok masyarakat berkebutuhan khusus, dan bagaimana anggota masyarakat bisa saling membantu.

Sementara itu, masyarakat juga perlu membangun empatinya terhadap kelompok lansia dan kelompok berkebutuhan khusus lainnya, berusaha memahami kebutuhan mereka, membantu menyediakan dukungan yang diperlukan, dan membantu terwujudnya ruang publik dan masyarakat yang ramah bagi semua anggotanya.

Ruang Publik Ramah Lansia, Ruang Publik yang Ramah untuk Semua

Ruang publik yang dirancang serta dikelola dengan baik adalah aset bagi kehidupan dan ekonomi sebuah kota. Ia bisa meningkatkan nilai properti, keselamatan, kerukunan warga, kesehatan dan kesejahteraan, memperbaiki kualitas lingkungan, membantu terciptanya transportasi dan mobilitas yang lebih efektif dan efisien, dan pada akhirnya membuat sebuah kota menjadi lebih menarik untuk ditinggali (UN-Habitat, 2015).

Ruang publik yang ramah lansia secara otomatis juga akan ramah terhadap kelompok-kelompok masyarakat lainnya. Di ruang publik yang ramah, lansia bisa terlibat dalam kegiatan sosial dan memberi manfaat bagi orang lain, sembari menjaga kebahagiaan dan kualitas hidup mereka. Trotoar yang lapang dan mulus, taman dan lingkungan yang aman juga membuat anggota masyarakat lain ikut merasa lebih nyaman. Keluarga pun akan lebih tenang, karena tahu bahwa anggota keluarga mereka berada di tempat yang baik dan aman. 

*****

*Menurut UU No. 13 Tahun 1998 Pasal 1, "Lanjut Usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun keatas"

Referensi:

Fleuret, S., and S. Atkinson. 2007. Wellbeing, Health and Geography: A Critical Review and Research
Agenda. New Zealand Geographer 63: 106–118

Nordbakke, S., and Scwannen, T. 2013. Well-being and Mobility: A Theoretical Framework and Literature Review Focusing on Older People. Mobilities 9 (1): 104-129

Rencana Aksi Nasional Lanjut Usia 2009 - 2014.

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia

UN-Habitat. Public Space for All.   

UN-Habitat. World Habitat Day.  

WHO. Global Age-friendly Cities Project.  

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun