Mohon tunggu...
Afni Handayani
Afni Handayani Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswi Tasawuf dan Psikoterapi Universitas Muhammadiyah Cirebon

Pembelajar Sepanjang Hayat

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Perempuan Penepuk Debu

6 Juni 2020   18:47 Diperbarui: 6 Juni 2020   18:53 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penuh pertimbangan yang luar biasa dalam penulisan kali ini. Mencoba mengangkat topik yang dari ujung ke ujung menjadi musuh perempuan. Ada apa dengan topik kali ini? Saya mencoba mengangkat topik tentang pelakor, iya tentang perebut laki orang. 

"Musuh" utama dalam perempuan yang sudah menikah adalah hadirnya orang ketiga, ada banyak orang ketiga dalam suatu pernikahan. Entah itu ipar, mertua, orang tua dan bahkan perempuan lainnya. Saya akan memilih tentang perempuan lainnya, tapi belum bisa spesifik disebut sebagai pelakor.

Belum ada penjelasan yang valid terkait artian umumnya, bahkan dalam kbbi saja tidak ditemukan arti yang sesungguhnya. Sebutan tersebut punya makna dan arti masing-masing bagi tokoh yang berperan di dalamnya dan bahkan bagi aktor utamanya sendiri. 

Dalam sebuah pernikahan perempuan dituntut untuk melayani seorang suami dengan sempurna, baik dimulai dari perihal urusan domestik dapur, sumur dan kasur. Perempuan ingin mengabdikan seluruh hidupnya dengan bentuk "manut" terhadap apa yang suami titahkan.

Di zaman modern ini banyak sekali perempuan yang ingin menampilkan hasil paripurna dari kecantikan fisiknya demi membuat pasangannya lebih "betah " di rumah. Padahal dalam pernikahan tidak semudah itu. Berpasangan tidak melulu soal penampilan fisik, pernikahan bukan pesta pora panca indera laki-laki yang bebas dalam menjalani pernikahannya.

Apakah betul bahwa pernikahan berarti membuka lembaran dan menempuh hidup baru? Menurut saya tidak, karena pernikahan adalah kelanjutan dari rangkaian masa lalu yang pernah dilalui. 

Seberapa elegan perempuan bisa menerima masa lalu pasangannya dan seberapa jantan laki-laki bisa menerima cerita lalu pasangannya. Banyak yang belum sanggup untuk membuka tangan dan memeluk masa lalu masing-masing. 

Laki-laki dalam masyarakat kita terbentuk dalam pola asuh untuk menyenangkan dan tidak menyakiti perempuan, lupa bahwa laki-laki juga hanyalah manusia biasa yang masih punya hati, perasaan dan keinginan.

Wahai perempuan .. seberapa faham engkau akan kebutuhan , keinginan dan persaan pasangan kalian? Apakah cukup dengan rumah dalam keadaan rapi, masak makanan yang enak, pakaian yang rapi dan wangi sehingga siap untuk dipakai, menghadirkan anak-anak hebat dan luar biasa dari rahimmu dan engkau didik sesuai dengan tatanan keluarga yang berlaku. Apakah cukup hanya itu? 

Jika merasa cukup, maka bersiaplah suatu saat ada perempuan lain yang terbuka tangannya untuk bersiap menjadi tempat laki-lakimu bersandar, maka bersiaplah dengan telinga lain yang siap mendengarkan keluh kesah dari pasanganmu, bersiaplah akan ada makhluk yang disebut perempuan yang hadir diantara kalian.

Laki-laki tidak melulu menyoal tentang kecantikan dan penampilan fisik. Mereka juga butuh kawan hidup yang bisa diajak berbicara dan berdiskusi, pasanganmu juga butuh telingamu ketika dia ada dalam keadaan tidak baik-baik saja. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun