Satu hari datang seorang teman. Tak biasanya ia terlihat sedih saat bertemu saya. Rupanya ia hendak bercerai dari suaminya. Terus terang saya kaget mendengar keputusan itu muncul, sementara pernikahan mereka baru berumur setengah tahun.Â
Pertanyaannya kemudian "Dukungan seperti apa yang bisa kita berikan?". Saat teman ingin bercerai, berikut ini bentuk dukungan yang bisa kita berikan:
1. Alih-alih nasehat, luangkan waktu untuk mendengarkan ceritanyaÂ
Bukannya tak butuh nasehat, namun dalam kondisi tertekan seringkali yang dibutuhkan adalah pendengar yang baik. Tanpa perlu bertanya ini itu apalagi menyalahkan. Susah nggak? Banget. Karena umumnya kita punya kecenderungan agar nasehat kita didengar.Â
2. Jangan jadi kompor jika dimintai pendapat
Ketimbang menyuruhnya untuk bubar, mengapa tidak memintanya berpikir ulang. Karena penyesuaian itu butuh waktu tahunan. Bisa persoalan yang terjadi sesungguhnya hanya salah paham, yang bisa dibenahi saat masing-masing dalam kondisi tenang.
Karena itulah hal pertama yang saya tanyakan ketika teman bilang ingin bercerai adalah "Sungguh? Apa benar tidak ada yang bisa diperbaiki lagi?". Bukan tanpa sebab saya menanyakannya. Kadang saat emosi datang, kita jadi kurang jernih memandang persoalan. Lebih mengedepankan dorongan amarah, ketimbang logika sehat.Â
3. Dorong untuk meminta pendapat atau nasehat pada orang-orang yang tepat agar tak salah mengambil keputusan
Saat sedih, pada umumnya kita membutuhkan dukungan. Tidak heran jika orang-orang yang hendak bercerai kerap meminta pendapat atau nasehat pada orang-orang di sekitarnya.Â
Padahal tidak semua orang mampu memberikan pendapat dan nasehat yang dingin serta menenangkan. Bagus jika bertemu dengan orang yang baik, kalau sebaliknya justru bahaya. Karena omongan yang buruk bisa menjerumuskan pasangan suami istri untuk mengambil keputusan yang salah.
Untuk itu sarankan temanmu untuk meminta pendapat atau nasehat pada orang yang tepat. Entah itu saudara, teman, atau bahkan ustadz atau ustadzah yang mumpuni baik ilmu, pengalaman, dan kematangan secara emosional. Dengan demikian dia bisa mendengar pendapat yang adil, menenangkan, sekaligus mencerahkan. Bukannya pendapat serampangan yang akan memicu seseorang untuk mengambil keputusan yang kelak akan disesalinya.
Bagaimana jika di kemudian hari dia memilih cerai setelah mendapat nasehat dari orang-orang yang kompeten dan tepat? Wallahu a'lam. Itu di luar jangkauan kita. Allah jauh lebih tahu apa yang baik bagi teman kita itu.
Kalau menurut pendapatmu bagaimana? Apa yang kamu lakukan saat mengalami situasi serupa?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H