Mohon tunggu...
Afina PutriSalsabila
Afina PutriSalsabila Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA S1 UNIVERSITAS AIRLANGGA

SAYA ADALAH IRANG EKSTROVERT YANG SENANG BERSOSIALISASI UNTUK MENAMBAH PERSPEKTIF DALAM HIDUP SAYA.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Polemik Manfaat Thrifting di Kalangan Remaja dan Dampaknya Bagi Lingkungan serta UMKM Lokal

29 Maret 2023   22:28 Diperbarui: 29 Maret 2023   22:47 617
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Meskipun thrifting dapat menjadi alternatif dalam mengatasi masalah sampah pakaian bekas. Namun kegiatan tersebut justru dapat mengancam UMKM di Indonesia. Bahkan saat ini pemerintah membuat peraturan berupa larangan impor thrifting. Isu tersebut kini tengah ramai diperbincangkan berbagai kalangan mulai dari pelaku UMKM sampai remaja yang paling banyak menjadi konsumen bisnis thrift tersebut.
Thrifting bagaikan mata pisau yang memiliki manfaat juga dampak buruk bagi masyarakat. Dampak positif yang ditimbulkan dari aktivitas thrifting adalah menurunkan jumlah sampah pakaian bekas. Namun, di sisi lain aktivitas tersebut juga dapat menimbulkan konsekuensi yaitu terganggunya UMKM lokal. 

Pasalnya, para pelaku UMKM tersebut kesulitan dalam bersaing harga dan kualitas dengan bisnis thrift shop. Bagaimana tidak, dalam thrift shop kita akan dengan mudah mencari barang berkualitas dengan harga yang jauh lebih murah. Namun yang menjadi perhatian dalam masalah tersebut adalah impor baju bekas. Artinya aktivitas thrifting masih dapat dilakukan namun dengan catatan barang tersebut bukanlah hasil dari impor. Oleh sebab itu, masalah ini hendaklah dikaji lebih mendalam lagi oleh pemerintah untuk menemukan win win solution sehingga tidak ada pihak yang dirugikan baik itu pelaku UMKM, konsumen, maupun pelaku bisnis thrift shop.

Pemanfaatan pakaian lama untuk dipakai kembali dalam kehidupan sehari-hari sudah selayaknya menjadi perhatian semua orang. Terlebih lagi, tren pakaian dalam peradaban ini sejatinya terus berulang. Artinya, trend fashion pada saat ini barangkali pernah eksis di masa lalu. Maka dengan memakai pakaian lama dapat menjadi alternatif yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan sampah pakaian bekas.

Dampak yang ditimbulkan akibat industri mode pakaian yang sangat cepat cukup memprihatinkan lingkungan sekitar. Apabila kita terus mengutamakan gengsi demi tampil trendy tanpa memperhatikan lingkungan sekitar, barangkali 10 tahun ke depan isu-isu permasalahan lingkungan akan terus berkembang dan merusak ekosistem. Oleh sebab itu, sudah selayaknya kita sama-sama berpikir untuk menjaga kelestarian bumi kita tercinta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun