Mohon tunggu...
Afina Mahardhika
Afina Mahardhika Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Indonesian Studies, Faculty of Humanities, Universitas Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Asmara Dua Belas Purnama

16 Desember 2015   16:24 Diperbarui: 16 Desember 2015   16:24 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku tiada tahu apa-apa

Hanya tengah rindu akan senja

Di sela-sela riuhnya Yogyakarta

 

Aku tiada tahu apa-apa

Hanya haus akan sua

Pada tiap senja di Yogyakarta

 

Aku lebih tiada tahu apa-apa

Saat segalanya lekat akan dirimu, Narendra

 

Ingatkah kau akan suatu masa

Yang kita habiskan bersama

Dan berakhir kala purnama

 

Kala itu anak-anak tertawa tanpa dosa

Remaja putri tersipu akan ketampanan perjaka

Kala itu kau datang, Narendra

Saat senja tengah mengihiasi Yogyakarta

 

Antara kuli-kuli bangunan yang rindu kampung halaman

Dan wanita mereka yang menunggu di perapian

Kita bersua untuk kali pertama

Dan kau memilih untuk kita saling sapa

 

Di sanalah aku jatuh cinta padamu, Narendra

Tepat pada senja dan purnama langit Yogyakarta

 

“Sudah dua belas purnama!

Kau mau apa?”

 

Sungguh tiada tahu aku akan dirimu, Narendra

Engkau memintaku menulis cerita kita bersama

Dan hanya sebatas dua belas purnama

 

Sungguh tiada tahu aku akan dirimu, Narendra

Engkau mengajakku melupakan senja

Dan mulai mengelu-elukan purnama

 

Aku tiada tahu apa-apa

Hanya tengah rindu akan senja

Di sela-sela riuhnya Yogyakarta

 

Aku tiada tahu apa-apa

Hanya haus akan sua

Pada tiap senja di Yogyakarta

 

Aku lebih tiada tahu apa-apa

Saat segalanya lekat akan dirimu, Narendra

 

Seketika kau melesat

Meninggalkan mata yang layu

Dan beginilah aku

Menyayat akan pilu

 

Seketika kau tiada

Menguap bersama kabut yang didera

Dan tinggalah aku meraba-raba

Hingga aku lelah menjadi buta

 

Dua belas purnama

Tiada kabar akan nyawa atau raga

Meninggalkan aku dan amarah

Dan pagi yang cerah menemu duka

 

Purnama tengah menjemput pagi

Saat angin masih merayuku

Menatap punggungmu yang pergi

 

Purnama tengah menjemput pagi

Enggan rasanya untukku berdiri

Narendra telah pergi

 

Aku tiada tahu apa-apa

Hanya tengah rindu akan senja

Di sela-sela riuhnya Yogyakarta

 

Aku tiada tahu apa-apa

Hanya haus akan sua

Pada tiap senja di Yogyakarta

 

Aku lebih tiada tahu apa-apa

Saat segalanya lekat akan dirimu, Narendra

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun