Mohon tunggu...
Afin Yulia
Afin Yulia Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Writer, blogger

Gemar membaca, menggambar, dan menulis di kala senggang.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Perayaan Hari Kebangkitan

9 Maret 2020   10:49 Diperbarui: 9 Maret 2020   10:48 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Telah sempurnakan kekejamanmu

Pagi berikutnya, ketika terbangun, Bulik sudah siap dengan keputusan baru. Ia hendak mendayung biduknya tanpa pria itu.

Untuk itu ia menyiapkan segalanya. Sedikit demi sedikit bajunya dibawa keluar. Dititipkan pada Bulik Sayem yang berumah di ujung jalan. Lalu belajar bela diri pada seorang kenalan,  kalau-kalau Bakuh melakukan kekerasan sewaktu ia mengujarkan diri menjadi kelasi yang mengarungi samudranya sendirian. Tak perlu ada nakhoda, jika keberadaannya justru membuat kapal oleng saja.

Tak lupa Bulik memberitahu bahwa ia hendak bercerai dari Bakuh pada keluarga besarnya. Semula tak ada yang setuju, mereka bilang Bulik gila karena meminta pisah dari pria sebaik dia. Sampai Bulik membuka baju dan menunjukkan lebam-lebam biru yang masih kentara dibaliknya.

Sunyi. Tak ada satu pun yang bersuara. Hanya tangan-tangan yang menumpang di pundak Bulik dan anggukan dalam jadi tanda persetujuan.

***

Tanggal 9 Maret 1999---ketika sore dilamuri mendung---Bulik menemui Bakuh yang tengah melamun di beranda depan sembari membawa teh tawar hangat dalam cangkir enamel dan tahu berontak. Bukan tanpa alasan Bulik membawakan keduanya.

Bagi Bakuh teh itu harus manis dan disajikan dengan cangkir porselen. Jika tidak matanya akan menyipit, sementara sudut mulut dan matanya naik. Lalu ia akan menggertakkan gigi sambil berkata "Kau pikir aku ini orang miskin?", dengan suara rendah penuh tekanan. Disusul gemelontang cangkir yang dilempar,  seperti yang dialami Bulik di awal-awal pernikahan.

Begitu pula jika Bulik menyuguhkan tahu berontak, hidangan sederhana yang tercipta sebagai bentuk dukungan kaum ibu pada suami mereka yang pergi ke medan perang di jaman penjajahan. Rupanya semasa kecil Bakuh pernah dihukum menghabiskan tahu berontak berisi cabai karena berani mencomot penganan itu dari meja sang ayah. Sejak itu Bakuh benci dengan tahu berontak. Tak perlu disulut, matanya akan  nyalang jika sampai makanan itu terhidang di depannya.

Maka jika Bulik berani menyuguhkan berarti menyulut perang. Bulik akan dianggap pembangkang. Akan tetapi, Bulik tak ambil pusing. Memang itu tujuannya, menunjukkan pemberontakan.

Seperti yang diperkirakan, Bakuh naik pitam. Ia lemparkan nampan berisi teh tawar dan tahu berontak ke arah Bulik. Akan, tetapi Bulik sudah bersiap. Dengan sigap ia menghindar seraya menarik kursi besi yang didudukinya sebagai senjata.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun